LONDON, Berita HUKUM - Hasil penghitungan suara sementara yang menunjukkan Inggris memilih keluar dari Uni Eropa, menyebabkan nilai mata uang Inggris, Poundsterling, anjlok.
Poundsterling sempat menyentuh $1.3305 atau turun 10%, terlemah sejak tahun 1985.
Sebelum hasil pemilihan suara dihitung, Pound sempat naik hingga $1.50 karena pasar percaya Inggris akan tetap di Uni Eropa.
Namun, saat suara mendukung Inggris keluar dari Uni Eropa naik di wilayah timur laut Inggris, Pound langsung turun ke $1.43 dan kemudian terjun lebih dalam saat suara untuk keluar memimpin perolehan suara.
Para peemain pasar mengatakan pergerakan Pound kali ini lebih ekstrim dibanding krisis keuangan di tahun 2008 lalu.
"Saya tidak pernah melihat seperti ini. Ini adalah pergerakan sekali seumur hidup, lebih besar dibanding ketika Lehmans [bangkrut], dan kita bahkan belum memiliki hasil akhirnya," kata Joe Rundle, kepala perdagangan nilai tukar di ETX Capital.
"Semakin lama semakin terlihat suara 'Keluar' yang akan menang dan pergerakan besar di Poundsterling dan saham akan semakin besar lagi jika ini yang terjadi," dia menambahkan.
Untuk saham, pasar jatuh sebsar 8% ketika indeks saham FTSE 100 di Bursa Saham London dibuka hari Jumat.
Di Tokyo, indeks saham Nikkei 225 turun lebih dari 8% dengan Yen naik 5% karena investor langsung membeli Yen begitu Poundsterling jatuh.
Untuk komoditas, harga emas meloncat hamper 7% ke harga $1,348 per ons.
Sementara, Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, memperingatkan Inggris bahwa negara itu tidak bisa merundingkan kembali persyaratan keanggotaan Uni Eropa setelah dilakukannya pemungutan suara tetap atau keluar dari Uni Eropa pada hari Kamis (23/6).
Berbicara pada sebuah konferensi pers di Brussels, Belgia satu hari sebelum referendum, Juncker mengatakan Inggris tidak akan mendapatkan kesepakatan yang lebih baik dibandingkan yang telah dirundingkan Perdana Menteri David Cameron permulaan tahun ini.
Dia mengatakan keputusan meninggalkan EU adalah final, "Keluar artinya Keluar!"
Kata-kata senada juga disampaikan Presiden Prancis, Francois Hollande, yang mengatakan keputusan Inggris keluar "tidak bisa diubah".
Sementara itu di Inggris sendiri, para pemimpin politik terus menemui pemilih sebagai usaha terakhir untuk mendapatkan dukungan.
Pimpinan UK Independence Party, Nigel Farage, mendesak penduduk untuk memberikan suaranya.
Dia meyakini kelompok yang mendukung keluar EU akan menang.
Tetapi mantan perdana menteri partai Konservatif, John Major, mengatakan suara keluar EU akan mengurangi "Inggris Raya yang sebenarnya" menjadi "Inggris kecil" yang pengaruhnya berkurang di dunia.(BBC/bh/sya) |