Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Gaya Hidup    
Satwa
Inilah 8 Filosofi Burung Elang yang Bisa Kamu Tiru
2020-07-26 05:52:26
 

Burung Elang.(Foto: Chris Hill)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Burung Elang, unggas yang memiliki postur tubuh elegan dan gagah, sering banget dijadikan simbol kekuatan dan perlindungan. Mengulik tentang burung elang mungkin takkan jauh-jauh dari bahasan soal kehebatannya.

Elang adalah burung pemangsa yang dikenal menakjubkan. Dikenal jarang gagal dalam berburu. Sekali cengkeram, mangsanya sulit terlepas.Lewat kakinya yang kuat, elang mampu membawa mangsanya terbang, meski bobot tubuh mangsanya lebih berat.

Di dunia ini ada banyak sekali jenis burung elang, di Indonesia sendiri terdapat sekitar 21 jenis burung elang yang masuk ke dalam kategori hewan yang hampir punah.

Elang adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang diselubungi bulu pelepah. Sebagai burung, elang berkembang biak dengan cara bertelur yang mempunyai cangkang keras di dalam sarang yang dibuatnya. Ia menjaga anaknya sampai mampu terbang.

Elang memiliki mata yang tajam dan mampu terbang hingga ketinggian ribuan meter. Mata elang bersudut pandang 300 derajat dan mampu memperbesar penampakan benda enam hingga delapan kali dari penampakan awalnya. Pada ketinggian 4.300 meter, elang dapat melihat 30.000 hektar daerah di sekelilingnya. Pada ketinggian 1.500 meter, elang dapat melihat gerakan atau perbedaan warna benda untuk menentu-kan letak mangsanya

Elang merupakan hewan pemakan daging. Makanan utamanya hewan mamalia kecil seperti tikus, tupai, kadal, ikan dan ayam, juga jenis-jenis serangga tergantung ukuran tubuhnya. Terdapat sebagian elang yang menangkap ikan sebagai makanan utama mereka.

Elang mempunyai sepasang kaki yang kuat dan kuku yang tajam dan melengkung untuk mencengkeram mangsa serta daya penglihatan yang tajam untuk memburu mangsa dari jarak jauh tak terkira.

Elang mempunyai sistem pernapasan yang baik dan mampu untuk membekali jumlah oksigen yang banyak yang diperlukan ketika terbang. Jantung burung elang terdiri dari empat bilik seperti manusia. Bilik atas dikenal sebagai atrium, sementara bilik bawah dikenali sebagai ventrikel.

Ya, burung elang bisa dibilang sang raja unggas, hingga sering dijadikan simbol semangat pantang menyerah, perlindungan, kecepatan, kekuatan dan kekuasaan di udara. Burung yang satu ini juga sering ditemui sebagai simbol atau lambang negara maupun organisasi militer serta juga digunakan untuk club motor, dll.

Seperti juga di Indonesia, burung elang sudah dikenal dan dipakai sebagai lambang oleh Kerajaan Sintang sekitar abad 13 M. Sedangkan lambang negara Indonesia yaitu burung Garuda, sudah ada dalam cerita-cerita kuno, yang digambarkan sebagai kendaraan milik Dewa Wisnu, serta dianggap sebagai sosok yang kuat dan tangguh.

Dalam cerita atau mitos, Garuda sering digambarkan bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah. Paruh dan sayapnya mirip elang, tetapi tubuhnya seperti manusia. Ukurannya besar sehingga dapat menghalangi matahari.

Namun di dunia nyata, burung yang disebut Garuda itu ada, yaitu Elang Jawa. Berarti tak salah jika dulu pemimpin bangsa ini memilih Garuda sebagai lambang negara, hal ini mencerminkan sikap bangsa Indonesia yang gagah dan berani.

Elang jawa (Nisaetus bartelsi)/republika.co.id

Hal itu bukan tanpa alasan loh, pasalnya ada beberapa filosofi atau semangat hidup tentang burung elang yang bisa dijadikan pedoman buat kehidupan kamu. Biar ga penasaran ini 8 semangat hidup burung elang yang bisa kamu tiru :

Selalu belajar

Elang dikenal sebagai burung perkasa yang mampu terbang cepat. Namun, kemampuan terbangnya tak langsung didapat begitu saja. Ada proses belajar yang harus dilewatinya. Umumnya, seekor elang muda berlatih terbang di usia 2-3 bulan.

Seekor elang dikenal sebagai makhluk tangguh tapi ketangguhannya itu juga tak didapat semudah membalikkan telapak tangan, tidak juga dengan cara instan. Elang selalu belajar dari induknya ataupun dari alam tempatnya hidup untuk mengenal begitu banyak hal yang belum diketahuinya dalam kehidupan.

Induk dan anak golden eagle (Aquila chrysaetos) di sarangnya/pixabay.com

Begitu juga dengan manusia yang diberi akal fikiran tentunya diharapkan memiliki kesadaran yang lebih baik dibanding mahluk lainnya untuk senantiasa mau belajar. Bukan untuk mengungguli, merasa hebat atau merasa lebih dari yang lain. Tapi belajar tentang banyak hal yang bisa memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun banyak orang.

Keluar dari zona nyaman

Meski punya kemampuan terbang yang mengagumkan, faktanya elang lahir sebagai makhluk lemah yang tidak bisa terbang. Untuk mengatasi ini, induk elang akan membuang semua daun yang membuat sarangnya nyaman dan hanya menyisakan ranting-ranting tajam di sarang mereka.

Anak golden eagle (Aquila chrysaetos)/pixabay.com

Bukan hanya itu, jika waktunya tiba para induk akan melempar anak-anaknya keluar dari sarang. Anak elang yang ketakutan akan berusaha terbang kembali ke sarang dan terpaksa menginjak ranting tajam yang membuat kaki mereka terluka.

Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga akhirnya si anak bisa berhasil terbang. Dibalik semua usaha sang induk itu yang sangat keras, sebenarnya induk elang sedang mengajari anak-anaknya. Bukan hanya mengajarkan mereka untuk terbang namun juga keluar dari zona nyaman yang selama ini mereka tinggali.

Fokus pada tujuan

Burung elang memiliki pandangan yang sangat tajam. Saat berburu dan membidik mangsa, burung elang bisa melakukannya dari jarak puluhan kilometer. Kemampuan berburu elang juga didukung oleh kecepatan terbangnya yang mampu mencapai kecepatan 300 km per jam.

Martial Eagle (Polemaetus bellicosus)/pixabay.com

Kemampuan elang dalam berburu ini bisa dimaknai bahwa dalam menjalani kehidupan kamu harus selalu fokus. Fokus pada tujuan-tujuan positif yang ingin kamu capai dengan mengerahkan segala kemampuan terbaik yang kamu miliki.

Tingkatkan potensi diri

Meski rata-rata unggas lainnya menghindari hembusan angin kencang saat terbang, elang justru sebaliknya. Elang adalah jenis burung yang suka terbang tinggi, karena semakin tinggi ia terbang, maka semakin kencang pergerakan angin yang ia dapatkan.

Kebiasaan elang yang selalu berjuang terbang tinggi dan selalu tinggal di tempat yang tinggi bisa dimaknai sebagai proses perkembangan diri dalam kehidupan. Jangan merasa takut atau malu untuk selalu memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik. Jangan merasa lelah untuk selalu berusaha mencapai hal-hal yang lebih baik dari sebelumnya. Tapi jangan merasa jumawa dan sombong saat kamu sudah berada di puncak.

Berkawan dengan badai

Badai sudah pasti merupakan hembusan angin yang sangat kencang dan hal ini sangat sesuai dengan kesukaan elang. Memanfaatkan hembusan angin untuk terbang lebih tinggi, mengistirahatkan kepakan sayapnya. Elang bukanlah sosok burung yang menghindari badai, tapi justru siap menanti datangnya angin badai bahkan cenderung mencari lokasi keberadaan angin badai.

Bald eagle (Haliaeetus leucocephalus) sendiri terbang melayang menantang badai/assets.inhabitat.com

Hal ini juga bisa kamu terapkan dalam hidup, saat menghadapi masalah kamu juga harus mampu berkawan dengan kesulitan. Badai dalam kehidupan pasti akan dihadapi semua mahluk hidup, termasuk juga manusia, selain diciptakan memiliki hati nurani manusia juga diberi nafsu.

Hati nurani dan nafsu harus bisa berjalan beriringan, hingga saat menghadapi masalah, secara mental kamu siap dan mampu menghadapinya, tidak hanya bersikap tenang tapi juga bisa terus menggali hal-hal positif dibalik suatu masalah.

Mandiri

Elang bukanlah hewan yang terbiasa hidup berkelompok. Elang selalu punya semangat terbang sendiri. Kesendirian elang aat terbang mengajarkan kita untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang mandiri. Baik dalam kondisi senang ataupun susah.

Namun, sendiri bukan berarti menjadi pribadi anti sosial atau memiliki pola perilaku yang eksploitatif, penuh tipu muslihat, mengabaikan hukum, melanggar hak orang lain, melanggar etika dan moral, serta berlaku kasar, tanpa motif yang jelas atau logis.

Terbang sendiri seperti elang berarti menjadi sosok manusia yang mandiri dan mampu menjalani kehidupan, pekerjaan dan hal-hal lainnya dengan kemampuan diri sendiri, tidak menyusahkan orang lain atau bergantung pada orang lain. Apalagi jika kemandirian yang kamu miliki itu mampu membantu atau memberikan manfaat bagi orang banyak.

White tailed eagle (Haliaeetus albicilla) sedang mencengkram mangsanya/wallpapersin4k.net

Meninggalkan hal negatif

Ada hewan tertentu yang kegemarannya memang mengkonsumsi bangkai. Bahkan hewan pemangsa bangkai ini tidak hanya berburu bangkai, tetapi juga menyimpan hasil buruan mereka sebaik-baiknya tanpa diketahui oleh hewan lainnya dalam kondisi membusuk untuk kemudian dikonsumsi kembali.

Lalu bagaimana dengan burung elang? Elang sama sekali tidak pernah mengonsumsi bangkai. Elang selalu berburu hewan dalam kondisi segar untuk dikonsumsi. Lalu apa maknanya bagi kehidupan kita?

Dalam berkehidupan, jangan merasa bangga saat bisa meraih impian dengan cara-cara negatif. Seharusnya kita bisa meninggalkan hal-hal yang tidak baik, hal-hal negatif yang berpotensi menjadi racun bagi diri kita sendiri maupun orang-orang disekitar kita.

Sedangkan jika kamu ingin berbuat baik jangan pernah takut untuk melakukannya. Terapkan dan wujudkan kebaikan-kebaikan itu dalam kehidupan, yakinlah bahwa hasil yang kita peroleh juga akan sama baiknya.

Berkut Golden Eagle (Aquila chrysaetos)/loshbaugh.com

Kesempatan hidup baru

Burung elang bisa hidup mencapai usia 70-75 tahun, namun untuk mencapai usia ini bukanlah hal mudah. Di usia 40 tahun, elang sebenarnya dihadapkan pada dua pilihan: menunggu kematian atau siap melalui proses transformasi.

Untuk itu, elang akan berdiam diri di sarangnya yang tinggi di puncak gunung selama 150 hari. Bukan sekedar mengasingkan diri atau semedi lho! Elang harus meregenerasi tubuhnya sendiri. Pilihannya adalah tersiksa atau mati.

Elang akan berusaha melepaskan paruhnya. Selanjutnya, elang akan menunggu hingga paruh barunya tumbuh dengan sendirinya. Paruh baru yang tajam itu nantinya akan ia gunakan untuk mencabut cakar-cakarnya dan bulu ditubuhnya hingga terlepas sepenuhnya.

Elang kemudian akan menunggu hingga cakar dan bulunya kembali tumbuh yang baru. Setelah habis masa regenerasi selama 150 hari, elang akan siap kembali menjalani sisa 30 tahun kehidupannya dengan energi dan kekuatan baru.

Bald eagle (Haliaeetus leucocephalus)/boombastis.com

Apa hubungannya transformasi elang dengan kehidupan kita sebagai manusia? Ini berarti untuk mencapai suatu impian besar dalam hidup, kamu perlu berkorban. Tak ada hal yang mudah dan instan dalam hidup. Pencapaian dalam hidup pasti memiliki fase-fase yang sulit dan menyakitkan.

Tapi percayalah, layaknya elang, setelah kesulitan akan ada kemudahan. Dibalik masalah yang kita hadapi pasti akan ada kebahagiaan yang bisa kita dapatkan. Tetaplah berfikir positif, berlaku jujur, cerdas dan bijak.

Lantaran, semua mahluk yang diberi kehidupan pasti akan menjadi tua, tapi untuk menjadi manusia dewasa yang mampu mengelola sisi intelektual, emosional dan spiritualnya hingga bisa terasah dan terarah pada sisi yang positif maka semua itu merupakan pilihan dari manusianya itu sendiri.

Mungkin sekarang kamu menjadi ngerti, kenapa beberapa tokoh besar seperti Ir. Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, sering mengutip hal-hal hebat dari seekor elang dalam pidato maupun kalimat-kalimat yang disampaikannya. Demikian tentang burung elang yang dilansir dari berbagai sumber.(dbs/opini/fimela/bh/sya)



 
   Berita Terkait >
 
 
 
ads1

  Berita Utama
Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

Pakar Hukum: Berdasarkan Aturan MK, Kepala Daerah Dua Periode Tidak Boleh Maju Lagi di Pilkada

 

ads2

  Berita Terkini
 
Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Hari Guru Nasional, Psikiater Mintarsih Ingatkan Pemerintah Agar Segera Sejahterakan Para Guru

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Judi Haram dan Melanggar UU, PPBR Mendesak MUI Mengeluarkan Fatwa Lawan Judi

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2