Pernyataan" /> BeritaHUKUM.com
Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Opini Hukum    
Cina
Japto Minta Data Orang Cina Dikremasi Dibuka
2016-07-15 10:06:32
 

Derek Manangka.(Foto: Istimewa)
 
Oleh: Derek Manangka

DIPERTANYAKAN, MIGRASI Jutaan Warga dari Cina Daratan - "Saya Bukan anti-Cina. Karena saya banyak teman orang Cina. Tapi banyak hal janggal yang menyangkut kehidupan orang Cina di Indonesia sedang terjadi di republik ini", tutur Japto Soerjosoemarno Kamis 7 Juli 2016.

Pernyataan di atas disampaikan Japto selaku pimpinan ormas Pemuda Pancasila kepada beberapa sahabat yang bertandang ke kediamannya, dalam rangka "Open House" Hari Raya Idul Fitri.

Japto antara lain menunjuk pada budaya kremasi. Orang meninggal lalu diperabukan. Bukan dikubur. Hampir semua orang Cina yang meninggal dunia di Indonesia, dikremasi.

Sekalipun kremasi merupakan ritual dan bagian dari tradisi orang Cina, tetapi tak urung Japto mengkritisinya.

"Coba teliti. Siapa yang mendata dan menyimpan data mereka yang sudah dikremasi? Tidak ada dan tidak ada yang tahu khan?" berkata Japto.

Nah di sini, tambahnya, sangat mungkin terjadi KTP dari mereka yang sudah meninggal, dikremasi, masih bisa digunakan kembali oleh mereka yang belum atau tidak punya indentitas.

Menurutnya sejauh ini tak satupun pemerintah daerah di Indonesia yang mendata mereka yang meninggal kemudian dikremasi. Sementara setiap tahunnya berlangsung kremasi di seluruh wilayah Indonesia dalam jumlah yang cukup besar.

"Karena tidak pernah didata, maka KTP orang yang sudah dikremasi atau meninggal, masih bisa digunakan oleh orang lain," tandas Japto lagi.

Sebelumnya, Japto mengeritik tentang ketidakwaspadaan pemerintah dalam mengawasi masuknya orang-orang Cina asal Tiongkok ke Indonesia.

Japto antara lain menunjuk sekaligus mencurigai pembangunan sejumlah apartemen untuk kalangan menengah.

Mulai dari Medan, pesisir Sumatera bagian Timur, hingga ke kawasan Jabodetabatek sampai ke arah Timur pulau Jawa.

Japto menyaksikan pembangunan sejumlah apartemen di sepanjang jalur itu sekalipun secara matematika ekonomi, kondisi perekonomian Indonesia tidak memungkinkan masyarakat membeli ruang-ruang tempat tinggal itu.

"Harga apartemen itu mahal. Tapi tetap saja laku. Dan yang pasti pembelinya bukan orang penduduk lokal. Coba cek siapa penghuninya ? Jadi wajar kalau pembangunan dan jual beli apartemen ini kita curigai," katanya.

Kecurigaan Japto semakin bertambah sebab pemerintah Indonesia secara resmi telah sepakat menerima migrasi warga Tionghoa dari daratan Tiongkok sebanyak 10 juta orang.

Bagi Japto jumlah tersebut relatif kecil. Sebab penduduk RRT saat ini tidak kurang dari 1,4 miliar manusia. Dengan jumlah penduduk seperti itu, Tiongkok membutuhkan tempat tambahan bagi warganya.

"Jangankan 10 juta. 100 juta orang pun yang dipindahkannya ke Indonesia, tak akan mengganggu RRT"

"Yang paling saya khawatirkan kalau nanti dari 100 juta itu, 90 juta di antara mereka terdiri atas wanita. Ini akan menjadi beban tersendiri bagi Indonesia", kata Japto, pimpinan ormas pemuda yang tahun 2012 jumlahnya mencapai 3 juta orang.

Terkait dengan reklamasi Pantai Utara Teluk Jakarta, Japto mengatakan proyek ini sudah digagas di era pemerintahan Presiden Soeharto. Namun Pak Harto sendiri sejak awal tidak menyetujui gagasan tersebut. Karena dari segi dampak lingkungan reklamasi itu tidak bermanfaat. Lihat saja baru satu dua pulau yang mau dibangun, Pantai Indah Kapuk sudah kebanjiran.

Oleh karena itu, Japto melihat adanya semacam pemaksaan atas proyek reklamasi tersebut.

"Saya dengar", katanya, setelah reklamasi, di pulau-pulau buatan hasil reklamasi akan dibangun lapangan terbang.

Ini berarti proyek reklamasi merupakan proyek yang membutuhkan dana yang cukup besar. Sementara pemerintah Indonesia sendiri sedang bergulat menghadapi kekurangan dana.

Pertanyaannya dari mana asalnya dana besar untuk reklamasi itu ?

Seorang sahabat yang duduk berhadapan dengan Japto kemudian menjawab : "Dari Tiongkok?"

Japto hanya tersenyum. Senyum yang penuh arti.

Penulis adalah jurnalis senior.(rmol/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Cina
 
  Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan: Perlu Antisipasi dan Mitigasi Lonjakan Wisatawan Cina
  Ketika Negara-negara Eropa Menghadapi Jebakan Utang' China
  Pertumbuhan Ekonomi Cina Melambat Akibat Pandemi Corona Hingga Utang
  Topan In-fa Melintasi Cina Puluhan Orang Tewas, Shanghai Dilanda Banjir Besar
  Tren 'Kaum Rebahan' Melanda Anak-anak Muda China yang Merasa Lelah Budaya Kerja Keras Tapi Gaji Pas-pasan
 
ads1

  Berita Utama
Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

Pakar Hukum: Berdasarkan Aturan MK, Kepala Daerah Dua Periode Tidak Boleh Maju Lagi di Pilkada

 

ads2

  Berita Terkini
 
Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Hari Guru Nasional, Psikiater Mintarsih Ingatkan Pemerintah Agar Segera Sejahterakan Para Guru

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Judi Haram dan Melanggar UU, PPBR Mendesak MUI Mengeluarkan Fatwa Lawan Judi

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2