JAKARTA, Berita HUKUM - Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar Rapat Pleno ke-36 di kantor MUI Pusat, Jalan Proklamasi No.51, Menteng, Jakarta Pusat pada, Rabu (20/2). Dalam rapat Pleno kali ini, tema yang diusung adalah "Silaturahim dan Dialog Capres-Cawapres 2019".
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin menyerukan agar bangsa Indonesia menghadapi agenda demokrasi secara damai dan beradab. Selain itu, Din Syamsuddin juga menyampaikan sebuah ungkapan hikmah untuk masyarakat Indonesia dalam Pemilihan Presiden (Pilpres 2019).
"Cintailah kekasihmu (Calon Presidenmu) sedang-sedang saja. Karena boleh jadi sewaktu-waktu dia akan menjadi orang yang engkau benci. Dan bencilah lawan politikmu (Pilpres bukan pilihanmu) sedang-sedang saja. Karena boleh jadi sewaktu-waktu engkau akan mencintainya," kata Din, Rabu (20/2).
Din menjabarkan makna dari ungkapannya adalah agar interaksi antar pendukung masing-masing calon presiden 2019 tidak terlalu ekstrim. "Apalagi sampai menghujat, meniadakan, dan mendegradasi kemanusiaan," ujarnya.
Din sangat prihatin dan menyayangkan adanya penyebutan nama binatang yang dilontarkan kepada masing-masing pendukung yang berbeda pilihan politiknya. Karena, kata Din, itu sama saja tidak menghargai manusia sebagai ciptaan Tuhan yang seharusnya dimuliakan.
Sementara itu, terkait ketidakhadiran kedua pasangan calon dalam undangan rapat pleno ke-36 ini, Din berhusnuzhan. Mungkin mereka tidak bisa hadir karena agenda di luar kota yang sudah terjadwal. Surat undangan yang dilayangkan Wantim MUI ke mereka pun, kata Din, juga sangat mendadak. Sehingga mereka tidak punya waktu yang cukup.
Kalau mereka hadir, lanjut Din, Wantim MUI ingin mendengarkan visi-misi kedua paslon secara langsung. "Kita juga ingin menyampaikan aspirasi-aspirasi dari ormas-ormas Islam secara langsung," ujarnya.(bh/na)
|