JAKARTA, Berita HUKUM – Sungguh menarik Diskusi sehat Lifebuoy yang digelar di Mall FX Sudirman Jakarta, pada Kamis (11/10), untuk menggugah kembali kesadaran masyarakat pentingnya mencuci tangan dengan sabun. Jemari tangan yang ternyata juga merupakan sumber datangnya bermacam penyakit, karena malas atau memang tak dibiasakan untuk mencuci tangan sebelum makan, terutama pada anak-anak yang kekebalan tubuh atau imun berbeda dengan orang dewasa.
Sabun Lifebuoy produk Unilever yang mensponsori berbagai acara yang mengarah pada persoalan kesehatan, memprakarsai Gerakan 21 Hari untuk membentuk kebiasaan sehat, dengan mengajak masyarakat untuk bersama-sama melakukan kebiasaan sehat, minimal di 5 saat penting selama 21 Hari secara terus menerus tanpa putus, agar kebiasaan ini menjadi perilaku sehat dalam kehidupan sehari-hari. 5 saat penting tersebut adalah mandi menggunakan sabun, CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) sebelum makan pagi, CTPS sebelum makan siang, CTPS sebelum makan malam dan CTPS setelah dari toilet.
Selamatkan Jiwa Anak Indonesia dari Diare dengan Cuci Tangan Pakai Sabun, adalah tema yang diusung untuk menyongsong Hari Cuci Tangan Sedunia pada 15 Oktober 2012. Program Lifebuoy ini merujuk dari berbagai pendapat dan penelitian pakar perubahan perilaku, bahwa untuk membentuk suatu kebiasaan baru pada seseorang, dibutuhkan waktu minimal 21 hari untuk melakukan kebiasaan baru tersebut secara terus menerus tanpa putus. Teori dan penelitian mengenai hal tersebut salah satunya diungkapkan Dr. Maxwell Maltz dalam bukunya berjudul Psyco-Cybernetics.
Pada acara diskusi sehat yang dipandu Jurnalis senior Wimar Witoelar dan dr. Rachmat, DR. Sp.A., MARS sebagai salah satu narasumber mengungkapkan, ada 170 ribu anak yang meninggal karena bakteri yang menyebabkan penyakit, seperti diare, “Padahal jika kebiasaan mencuci tangan telah menjadi perilaku, maka bisa 80 persen tertolong,” pungkasnya.
Dari Laporan Tahunan UNICEF 2012 menunjukkan bahwa Pneumonia dan Diare masih menjadi dua penyakit utama penyebab kematian anak di dunia. Setiap tahun lebih dari 2 juta jiwa (29% dari kematian anak di seluruh dunia) atau 228 jiwa meninggal setiap jamnya akibat dua penyakit infeksi tersebut.(bhc/mdb) |