JAKARTA, Berita HUKUM - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Setanah Air rencanannya bakal menggelar aksi demonstrasi pada Kamis 12 Januari 2017. Bagus Tito Wibisono, selaku Koordinator BEM Setanah Air menyampaikan, "Mahasiswa dan rakyat tidak boleh diam terhadap berbagai persoalan yang melanda Negara ini. Mahasiswa harus bersatu dan bankit dengan spirit menyampaikan persoalan pada Pemerintah," tukas Koordinator Pusat BEM se-Indonesia kepada pewarta BeritaHUKUM.com di Jakarta (9/1).
Aksi demo adalah sah secara konstitusi dan dibenarkan undang-undang, tidak boleh dihalangi dan dilarang siapapun. "Ramaikan jalanan, dan buat parlemen jalanan yang akan kami serukan sebagai Reformasi Jilid II, jika Pemerintah tidak sanggup menata negara ke arah yang lebih baik. Mahasiswa harus selalu membela rakyat yang sebagai kaum tertindas," tegasnya.
"Bila Pemerintah masih bercanda mengelola Negara, maka Reformasi Jilid II haru menggelora. Bergeraklah, turunlah kejalan jika penjajahan dirasa masih ada," tandasnya.
Sementara itu Zainuddin Arsyad yang turut pula menyerukan, "Bangkit Mahasiswa! Jaya Rakyat Indonesia! Suaramu dinanti ratusan juta Rakyat Indonesia, kebijakan pemerintah yang menindas rakyat serta membuka pintu gerbang surga kepada kepentingan Bangsa Asing membuat Bangsa Indonesia berada di gerbang kehancuran. Tahun 2017 menjadi kado terberat dengan naiknya kebutuhan pokok," ucapnya.
"Bangkit Mahasiswa! Jaya Rakyat Indonesia! Suaramu dinanti ratusan juta Rakyat Indonesia, kebijakan pemerintah yang menindas rakyat serta membuka pintu gerbang surga kepada kepentingan Bangsa Asing membuat Bangsa Indonesia berada di gerbang kehancuran," imbuhnya.
Zainuddin pun menyatakan kalau pada tahun 2017, selaku Mahasiswa turut menyerukan tuntutannya sebagai berikut ini :
Pertama (1), Cabut peraturan pemerintah nomor 60 tahun 2016, Kedua (2), Tolak kenaikan harga BBM Non Subsidi, Ketiga (3), Meminta tanggung jawab pemerintah atas kekacauan negara, Keempat (4), Membangun kepentingan rakyat diatas kepentingan bangsa asing, dan terakhir Kelima (5) Kembali ke UUD 1945 yang asli.
"Turunlah ke jalan ! Ramaikan jalanan dan tetaplah menjadi mahasiswa yang mempertahankan Idealisme. Suarakan keresahan rakyat dan tuntutlah pemerintah untuk bertanggung jawab, jika tidak dipenuhi maka lengserkan rezim neolib ini! Maka tetapkanlah! 10 Januari - 10 April 2017 Sebagai aksi Parlement Jalanan Mahasiswa berkelanjutan!"
"Jika tuntutan kita tidak dipenuhi Maka REFORMASI JILID 2 harus segera laksanakan! Bergeraklah! Turunlah ke jalan! Jika penjajahan masih ada, bahkan dari saudara sendiri Maka semboyan kita tetap, BANGKIT ATAU JAYA! Bangkit Mahasiswa! Jaya Rakyat Indonesia!," tandasnya.
Sementara, dari informasi yang di himpun, Kondisi negara Indonesia yang carut marut dari segi hukum, politik dan ekonomi inilah yang membuat mahasiswa bakal kembali turun ke jalan pusat DKI Jakarta yang diperkirakan ratusan ribu mahasiswa akan mendesak pemerintahan Jokowi - JK.
Koordinator Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seluruh Indonesia, Ketua BEM Universitas Negeri Jakarta, Bagus Tito Wibisono mengatakan dipastikan para aktivis mahasiswa dari berbagai daerah bakal "menyerbu" Jakarta.
"Iya benar, aksi mahasiswa dipastikan bakal dilakukan tanggal 12 Januari 2017 dari Sumbagut, Sumbagsel, Kaltimsel Sulawesi dan Papua," ujar Bagus kepada Harian Terbit di Jakarta, Minggu (8/1).
Bagus menjelaskan sudah dipastikan mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya akan turun. "Jabodetabek, Banten Jabar (bahkan) Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB dan Kalteng," sambungnya.
Sebelumnya beredar informasi yang menyebutkan pergerakan mahasiswa di berbagai media sosial:
Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
Jika hari ini pemerintah sewenang-wenang dalam menetapkan kebijakan, serta saling lempar-melempar tanggung jawab, maka hanya ada satu kata, LAWAN!
Harga-harga naik di awal tahun 2017, menunjukan prospek dan kualitas kerja pemerintah yang nyata. NYATA MEMERAS RAKYATNYA!
Rezim kali ini seakan main-main, memerintah negara yang kualitasnya bukan main, sehingga harga diri bangsa serta kesejahteraan rakyat jauh dari kata bahagia.
Maka, saya menyerukan kepada seluruh mahasiswa Indonesia, turunlah ke jalan !
Ramaikan jalanan dan buatlah parlemen jalanan !
Jika hari ini parlemen sesungguhnya lemah dalam memanggul amanah.
Turunlah ke jalan !
Ramaikan jalanan dan tetaplah menjadi singa di jalanan.
Aumkan keresahan rakyat atas kegagalan pemerintahan mengelola negara!
Maka tetapkanlah!
12 Januari 2017
Sebagai aksi serentak mahasiswa di seluruh wilayah Indonesia !
Maka tetapkanlah!
Aksi 121 adalah aksi bela rakyat !
Maka tetapkanlah!
Jika pemerintah masih bercanda mengelola negara
Maka REFORMASI JILID 2 harus menggelora!
Bergeraklah!
Turunlah ke jalan!
Jika penjajahan masih ada, bahkan dari saudara sendiri
Maka semboyan kita tetap, MERDEKA ATAU MATI!
"Karena memimpin tidak sebercanda itu."
Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
Sementara, ratusan Mahasiswa dari berbagai kampus dan organisasi mahasiswa di daerah Yogyakarta mulai melakukan konsolidasi seiring adanya himbauan dari Badan Eksektif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) yang akan menggelar aksi unjuk rasa pada Kamis (12/1) mendatang.
Moh. Latif Santoso, salah satu mahasiswa yang terlibat dalam konsolidasi itu mengatakan, menyambut baik jika mahasiswa mulai bangkit spiritnya untuk membela rakyat yang tertindas. Kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat, kata Latif, menjadi harusan bagi mahasiswa untuk mengkritisinya.
"Kita menyambut baik himbauan BEM SI ini. Demo di jalan dijamin oleh peraturan perundang-undangan. Sprit kita di sini adalah perubahan. Dan tidak menutup kemungkinan aksi demontrasi besar-besaran melededak di jogjakarta, menuntut pemerintahan jokowi yang terbukti gagal. Mahasiswa jogja sedang melakukan diskusi dan konsolidasi terkait persoalan kebangsaan dan keummatan hari ini, bisa jadi ini bom waktu," ujar Latif kepada Publik-News.com, Senin (9/1).
Latif mengaku senang jika mahasiswa tidak apatis dalam membaca realitas yang terjadi di negara ini. Menyampaikan aspirasi kepada pemerintah dengan cara aksi unjuk rasa, kata dia, harus menjadi ritual yang dilestarikan. Mahasiswa sebagai bagian dari kaum muda dalam tatanan masyarakat yang mau tidak mau pasti terlibat langsung dalam tiap fenomena sosial, harus mampu mengimplementasikan kemampuan keilmuannya dalam akselerasi perubahan keumatan ke arah berkeadaban.
"Kita sebagai mahasiswa yang memiliki peran dan fungsi Agent of change, Social control, Iron stock, Moral force, mewajibkan akan keterlibatan seluruh mahasiswa dalam melakukan kontrol terdap pemerintah dan melakukan transformasi sebagai penyambung lidah masyarakat," ucapnya.
Mahasiswa yang memiliki pikiran rasional, objektif , dan independen merupakan suatu idealisme yang kuat sebagai suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut.
"Jadi sebetulnya itu merupakan indikator bahwa kita meminjam bukan untuk investasi, tapi meminjam untuk keperluan men-service utang masa lalu, kata Menteri Keuangan 2016 lalu," pungkas dia.
Mahasiswa dari Universitas Islam Indonesia (UII) ini juga melihat bahwa kinerja pemerintah tidak mampu mengelola negara dan sumber daya alamnya. Maka dari itu, wajar jika krisis multidimensi datang silih berganti dan mengundang kekhawatiran dari kalangan masyarakat."
"Kenaikan tarif biaya STNK, BPKB, SIM, disusul kenaikan harga BBM dan ditambah tingginya harga cabai hingga mencapai 200ribu lebih, dianggap menjadi bukti nyata ketidak berhasilan Jokowi memimpin Indonesia," lanjutnya.
Sedangkan, Sebelumnya, aksi demonstrasi yang digelar ratusan mahasiswa di depan Balai Kota Solo berlangsung panas, Senin (9/1) siang. Aksi dorong antara mahasiswa dan polisi terjadi ketika ban bekas dibakar peserta aksi.
Demo tersebut dimulai sekitar pukul 10.15 WIB di Bundaran Gladak, Jalan Slamet Riyadi. Setelah puas berorasi, mereka longmarch menuju Balai Kota Solo yang berjarak sekitar 200 meter.
Secara bergantian, mereka kembali berorasi di depan pintu gerbang balai kota. Suasana mulai panas ketika mahasiswa mengeluarkan ban bekas dan membakarnya. Aksi langsung direspons polisi dengan meminta agar kobaran api dipadamkan.
Setelah berulang kali permintaan tak digubris, Polisi Dalmas diturunkan dengan membawa peralatan pemadaman api. Upaya dihalangi para mahasiswa dengan membuat barikade.
Setelah saling dorong, barikade berhasil dilewati dan kobaran api dari ban bekas berhasil dipadamkan. Adu mulut giliran terjadi ketika mahasiswa bermaksud menutup pintu gerbang balai kota.
Polisi akhirnya mengalah dan membiarkan mahasiswa menutup dan menyegel gerbang dengan spanduk. Mereka lalu membacakan sejumlah tuntutan. Yakni meminta pemerintah mencabut kenaikan bahan bakar minyak (BBM), listrik dan tarif penertiban STNK/BPKB.
Yang kedua menuntut pemerintah membatalkan kenaikan BBM non subsidi yang memicu kenaikan harga. Menuntut pemerintah mengembalikan subsidi listrik.
"Kami juga menuntut pemerintah bersikap tegas dan berhenti lempar tangan terhadap kebijakan yang menyangkut hajat dan kesejahteraan rakyat Indonesia," tandas Okta Nama Putra, koordinator umum aksi.(dbs/maf/sindonews/UM/publik-news/Danial/harianterbit/bh/mnd/sya) |