JAKARTA, Berita HUKUM – Ditemui seorang diri di bundaran Hotel Indonesia, Feriyanto tengah asyik membaca buku. Sejak tahun lalu sesekali ia menyempatkan waktu membaca beberapa buku di lokasi tersebut. “Ini kan wilayah umum mas, siapa saja boleh duduk membaca di sini. Membaca buku di sini terasa jadi lebih tertantang,” ujarnya pada pewarta BeritaHUKUM.com.
Lelaki paruh baya yang memiliki seorang istri dan satu orang anak ini, dari pengakuannya dulu ia adalah seorang pegawai negeri sipil di kantor pos pusat Jakarta. Keinginannya yang besar di dunia pergerakan dan buku menjadikan ia cukup banyak terlibat dalam aktivitas membaca. “Kalau di sini kan jika ada yang datang, kemudian ada yang menanyakan tentang bacaan buku saya ini, maka otomatis saya mau tidak mau harus segera menguasai,” ungkapnya, Senin (24/12).
Ditambahkannya bahwa, “Anak muda zaman sekarang harus mampu membuat karakter, bukan sekedar ikut-ikutan. Buatlah karakter, seperti dengan menulis buku, itu bagian dari membuat karakter. Tak lupa Feriyanto memberikan selembar kertas mengenai aksi pergerakannya. Dijelaskannya, hukum tegak benar-benar tegak, adil dan tidak semau orang-orang berduit dan punya kuasa, negara akan hancur. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme masih berkuasa, hal ini jelas-jelas berbahaya.
Bila negara dalam keadaan gawat atau genting, warga negara wajib bela negara, tapi bila rakyat miskin, lapar, sakit, atau tertindas dapatkah membela diri? Situasi tersudut dalam keadaan “Kill to be kill” (membunuh atau dibunuh). Orang kaya semakin kaya, orang miskin silahkan mati saja, jangan repotin negara.
Sebagai rakyat berdaulat, dituntut peran serta cerdas dalam bernegara di negeri indah subur, gemah ripah loh jinawi ratna mutu manikam, bak mutiara di garis khatulistiwa. Hamparan kepulauan makmur permai pemilik garis pantai terpanjang kedua di dunia, sumber daya alam terkandung, dikuasai negara dan dipergunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat. Sahnya manusia sebagai makhluk mulia, berakal, bila ditindas akan semakin kuat dan bertahan.
Apa yang diungkapkan Feriyanto, sama dengan banyaknya harapan anak bangsa lainnya. Dimana kejadian Sengkon dan Karta, Samuri bin Darimin, Prita, Marsinah, Munir, Udin Wartawan Bernas, Edih dan Keluarga Terus Berjuang Mencari Keadilan, Ibu Imah dan buah coklat, pencuri kayu bakar, anak dan sandal jepit, Dedi Suganda bacok jaksa, jangan sampai terulang. Betapa banyak orang-orang lemah dari bangsa kita sendiri, hukum tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas.
Ada lebih dari 5 buku koleksi yang dibawa Feriyanto sejak pagi, diantaranya buku dengan judul BUMN Expose, menguak pengelolaan asset negara senilai 2000 Triliun lebih, penulis Baso Amir. Buruh Bergerak, membangun kesadaran kelas, penulis Andito Suwignyo. Perang Dunia III di Pelupuk Mata, Iran Skenario Penghabisan, penulis Musa Kazhim dan Alfian Hamzah.(bhc/mdb) |