JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Identitas pelaku bakar diri di depan Istana Negara masih menjadi misteri. Namun, didasari kronologi peristiwa ini, diduga pembakar diri itu bernama Sondang Hutagalung. Ia merupakan mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK) Jakarta.
Namun, identitas itu pun belum pasti, karena masih menduga-duga. “Saya perkiraan indentifikasi pelaku aksi bakar diri itu, namanya Sondang Hutagalung," kata aktivis Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) Mustar Bona Ventura yang dihubungi wartawan di Jakarta, Jumat (9/12).
Jika pria itu benar Sondang Hutagalung, lanjut Mustar, ia merupakan mahasiswa Fakultas Hukum UBK. Anak muda tersebut kelahiran 12 November 1989 dan kerap mengikuti aksi demo Kamisan yang digelar Kontras dalam rangkat menuntut penuntasan sejumlah kasus pelanggaran berat HAM. “Pekerjaan bapaknya terakhir adalah sopir taksi Blue Bird," imbuh Mustar.
Perkiraan identitas pelaku bakar diri ini, dibenarkan pihak Kontras. Sondang Hutagalung juga diakui sering mengikuti aksi yang digelar LSM tersebut. "Inisialnya SH. Dia itu Ketua Hamurabi dan sering ikut serta dalam gerakan Sahabat Munir dan demo Kamisan. Dia juga sering datang ke Sekretariat Kontras,” kata Kordinator Badan Pekerja Kontras, Haris Azhar.
Namun, lanjut dia, SH sudah dua bulan terakhir ini tidak lagi aktif di Kontras. Entah tidak diketahui keberadaannya, karena keluarganya pun mencari keberadaanya dalam beberapa hari terakhir ini. "Kata keluarganya, SH sudah tidak pulang beberapa hari ke rumahnya di Pondok Ungu, Bekasi," jelas Haris.
Haris menyakini itu adalah SH, berdasarkan ciri-ciri fisik. Satu di antaranya adalah struktur gigi dan sepatu boot mirip tentara yang kerap digunakannya. “Gigi pelaku bakar diri itu sama dengan giginya SH. Begitu juga sepatunya spesial tentara. Tapi kami sulit mengenalinya secara pasti, karena luka bakarnya hampir 95 persen,” jelas dia.
Mengenai motif SH melakukan aksi bakar diri itu, Haris menduga SH tergerak melakukan hal tersebut dalam rangka menuntut penegakan HAM di Indonesia. "Memang motifnya tidak tahu persis, karena dia tak pernah membahasnya. Tapi dia kerap menyatakan keresahannya dalam penegakan HAM di Indonesia. Ia gemas dengan sikap dan kebijakan pemerintah saat ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Dirut RSCM Dr. Akmal Taher mengungkapkan, kondisi pelaku bakar diri makin menurun. Ia dalam keadaan kritis sejak Kamis (8/12) kemarin. Pasien yang berada di Instalasi Gawat Darurat (IGD) itu, mengalami masalah pada sistem jantung dan pembuluh darahnya akibat luka bakar hingga 95 persen.
“Korban masih dirawat di Intensive Care Unit, Unit Luka Bakar. Korban ditempatkan di ruang steril khusus perawatan dan tidak bisa menerima kunjungan. Kami juga melarang wartawan mengambil gambarnya. Ini didasari pertimbangan keselamatan medis,” tegas dia.
Seperti diberitakan, seorang pria tak dikenal membakar diri di depan Istana Merdeka, Rabu (7/12) pukul 17.30 WIB. Ia berhasil diselamatkan dan dibawa ke RSCM untuk menjalani perawatan. Korban mendapat perawatan intensif, karena menderita luka bakar 90 persen. Tim dokter tidak yakin nyawa pelaku bakar ini bisa diselematkan, mengingat lukanya sengat parah.
Tindakan bakar diri sendiri, ternyata mengundang solidaritas dari kelompok mahasiswa dengan menggelar aksi di depan RSCM. Puluhan mahasiswa menggelar aksi keprihatinan itu hingga Kamis (8/12) dini hari. Mereka menyatakan rasa simpatinya kepada korban dalam memperjuangkan sesuatu yang diyakininya sehingga harus melakukan tindakan bakar diri tersebut. Sejumlah petugas kepolisian terlihat berjaga disekitar lokasi korban dirawat.(tnc/irw/wmr)
|