JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Puluhan pengunjuk rasa yang menjahit mulutnya, bersikukuh melanjutkan aksinya. Hingga Kamis (22/12) dini hari ini, mereka yang tergabung dalam Forum Komunikasi Masyarakat Penyelamat Pulau Padang (FKM PPP) itu, masih tetap bertahan di depan pintu gerbang gedung DPR/MPR RI, Jakarta, hingga tuntutan mereka dipenuhi.
Pertemuan perwakilan pengunjuk rasa dengan Ketua DPR Marzuki Alie pada Rabu (21/12) siang kemarin, tidak mengendurkan semangat untuk terus bertahan di gedung wakil rakyat. Meski Marzuki berjanji akan membantu, tapi mereka belum merasa yakin tuntutannya terwujud. Bahkan, aksi jahit mulut yang semula dilakukan delapang orang, kini bertambah 10 orang menjadi 18 orang.
Massa FKM PPP tersebut merupakan warga dari berbagai desa di Pulau Padang, Kabupaten Meranti, Provinsi Riau. Mereka menginap di depan gedung DPR/MPR RI, sejak Jumat (16/12) lalu. “Karena tidak ada kemajuan yang berarti, kami akan tetap berada di sini. Kami tidak peduli kalau DPR reses,” ujar Koordinator FKM PPP, Muhamad Ridwan.
Aksi jahit mulut ini merupakan puncak kekesalan masyarakat Pulau Padang yang menuntut pemerintah, agar menghentikan aktivitas PT Riau Andalan Pulp and Paper (PT RAPP) di Pulau Padang. Selain merusak wilayah hutan yang berpotensi menghasilkan karet, penggusuran yang dilakukan perusahaan tersebut akan mengancam kehidupan masyarakat sekitar.
Sebelumnya, peserta unjuk rasa ini diiukuti sebanyak 100 warga. Mereka berangkat dari Riau pada 14 Desember lalu dan menginap di depan gedung DPR sejak 16 Desember. Tetapi beberapa orang dari mereka, mendetita sakit dan harus segera pulang ke kampun halamannya. Kini, hanya 73 orang terus bertahan untuk melanjutkan aksinya tersebut.(dbs/rob)
|