Penembakan Penembakan di Bandara Fort Lauderdale Florida AS, 5 Orang Tewas 2017-01-07 17:04:44
Lima orang tewas akibat ditembak oleh Esteban Santiago di Bandar udara Fort Lauderdale di Florida, AS.(Foto: Istimewa)
AMERIKA SERIKAT, Berita HUKUM - Lima orang tewas akibat ditembak oleh seorang pria bersenjata di Bandar udara Fort Lauderdale di Florida, AS, kata para pejabat.
Adapun delapan orang lainnya terluka. Sementara, pria bersenjata yang melakukan penembakan - diyakini veteran Perang Irak - telah ditahan.
Ratusan orang berdiri di landasan pesawat di luar terminal kedatangan saat puluhan mobil polisi dan ambulans berada ke tempat kejadian.
Saksi mata mengatakan penyerang bersenjata itu, yang berjalan di sepanjang kereta yang membawa bagasi penumpang, tiba-tiba menumpahkan peluru ke arah kerumunan.
Mereka kemudian mencoba untuk lari dan bersembunyi. Saksi mata mengatakan, pelaku penembakan berusia sekitar 20an tahun, mengenakan kaos bergambar Star Wars dan tidak mengatakan apa-apa.
Anggota Senat Florida Bill Nelson mengatakan kepada media bahwa pria bersenjata itu telah diidentifikasi sebagai Esteban Santiago, tapi belum dikonfirmasi oleh aparat hukum.
Tersangka kemudian menyerahkan diri ke polisi ketika ia kehabisan amunisi, ungkap saksi dan dibenarkan aparat kepolisian setempat. Dugaan sementara pelaku bertindak sendiri.
Para pejabat mengatakan dia adalah seorang penumpang penerbangan, dan membawa senjata api itu dalam kopernya yang telah diperiksa.
Rekaman telepon seluler dari tempat kejadian menunjukkan aparat kepolisian dan petugas keamanan setempat menggeledah setiap penumpang.
Sebuah stasiun TV Miami memperlihatkan beberapa orang terluka tergeletak di lantai, dan sebagai saksi berteriak meminta bantuan medis.
Presiden AS terpilih Donald Trump melalui Tweeternya mengatakan bahwa dirinya "memantau situasi mengerikan di Florida" dan dirinya telah berbicara dengan Gubernur Florida.
"Doa saya untuk semuanya," katanya, menambahkan.
Bandar udara Fort Lauderdale adalah salah-satu bandara yang paling dipadati wisatawan. Setiap hari diperkirakan rata-rata 80,000-100,000 penumpang tiba dan pergi dari bandara ini.
Santiago mengaku kepada aparat bahwa dia merencanakan serangan dan membeli tiket satu arah ke Fort Lauderdale. Namun, aparat tidak tahu mengapa dia memilih Bandara Fort Lauderdale sebagai lokasi serangan. Dugaan aksi terorisme pun dicoret dari kemungkinan motif aksi.
Santiago disebut menggunakan senjata api semi-otomatis dan diperiksa secara sah saat turut dalam penerbangan dari Alaska.
Aparat tengah meninjau apakah gangguan kesehatan mental berperan dalam aksi Santiago mengingat sebelumnya Badan Investigasi Federal (FBI) merujuk peninjauan kesehatan mental untuk pria tersebut.
Bulan lalu, sebagaimana dipaparkan FBI dan kepolisian Anchorage, Santiago masuk ke dalam kantor FBI di Alaska dalam keadaan terganggu. Saat itu dia membawa wadah berisi peluru, namun meninggalkan senjata apinya di dalam mobil bersama anaknya yang baru lahir.
Dalam pemeriksaan kesehatan mental, dia mengaku kepada FBI bahwa dirinya mendengar suara-suara dan meyakini dia dikendalikan oleh badan intelijen AS.
Senjata Santiago disita, namun Santiago tidak dikenai pasal pidana. Senjata itu lalu dikembalikan pada Desember 2016 lalu. Belum jelas apakah Santiago menggunakan senjata yang sama dalam dugaan penyerangan di Bandara Fort Lauderdale.
Santiaho adalah mantan anggota Garda Nasional Alaska dan Puerto Rico yang bertugas di Irak sejak April 2010 hingga Februari 2011.
Dia kemudian diberhentikan pada Agustus 2016 dengan alasan kinerja yang tidak memuaskan.
Bibi Santiago mengatakan kepada surat kabar setempat bahwa keponakannya itu "sudah hilang akal" saat bertugas di Irak. Saudara kandung Santiago menambahkan bahwa dia telah menjalani perawatan psikologis.(BBC/bh/sya)
PT. Zafa Mediatama Indonesia Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359 info@beritahukum.com