JAKARTA, Berita HUKUM - Ada gejala perubahan perilaku pemilih pada Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2014. Dimana, masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihannya.
Menurut pengamat politik dari Lingkar Studi Masyarakat Madani (LIMMA) Ray Rangkuti, hal itu menunjukkan bahwa tradisi uang politik (money politic) bukan lagi hal yang paling menentukan kemenangan.
"Sekarang ada pergeseran tradisi money politic di kalangan masyarakat," ujar Ray saat diskusi yang bertema "Menguak Caleg Mantan Narapidana Politik dan Aktivis di Pemilu 2014" yang digelar di Media Center KPU Pusat, Menteng, Jakarta, Jumat (17/5).
Lebih lanjut, Ray menambahkan, hal tersebut berdasarkan hasil survei yang dilakukan Lembaga Median (Media Survie Nasional).
Dimana, motif dan persepsi para konstituen dalam memilih partai politik (parpol) berdasarkan 5 hal. Yang pertama tradisi, figur, kerja kader, ideologi dan yang terakhir tema perubahan.
"Sehingga, hal ini bisa dimanfaatkan oleh para mantan aktivis yang maju pada pencalegkan tetapi terbentur biaya. Karena, mereka mengetahui dan memiliki skill berpolitik," ungkapnya.
Skill politik tersebut, diantaranya memobilisasi massa dan memberikan pencerahan pandangan. "Apalagi, pemilih yang berdasarkan uang semata. Bukanlah, pemilih yang solid dan tidak bisa dipegang komitmennya," turut Ray.
Sebagai contoh, dalam survei yang dilakukan Median. Sebagai besar koresponden, memilih PDI-Perjuangan karena tokoh sebanyak 16,2 persen, tradisi 10 persen, merakyat 6,9 persen dan program 5,7 persen.(bhc/riz)
|