JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Hasil tes urine terhadap pengemudi Daihatsu Xenia bernopol B 2479 XI, Afriyani Susanti (29), tersangka kecelakaan maut di Jl MI Ridwan Rais, terbukti positif mengandung metamphetamine. Zat ini yang terkandung dalam obat-obatan terlarang, seperti sabu. Selain itu, tiga rekannya juga terbukti positif menggunakan barang haram tersebut.
“Pemeriksaan urine terhadap mereka, kami lakukan di RS Polri Kramatjati. Hasil tes, memperlihatkan bahwa kandungan dalam urine mereka terdapat methamphetamine yang biasa ada dalam sabu-sabu. Mereka juga mengaku menggunakan ekstasi dan ganja," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Rikwanto kepada wartawan, Senin (23/1).
Tersangka Afriyani yang menggunakan narkoba itu, menurut Rikwanto, diduga berefek telah membuat tersangka kehilangan konsentrasi saat mengemudikan mobilnya. Hal ini yang menyebabkan dia tak mempu mengendalikan kendaraannya, sehingga oleng dan menabrak belasan orang. “Kami akan mengusut dari mana narkotika itu diperoleh,” jelas Rikwanto.
Kepala Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro, Kombes Pol. Nugroho Aji membenarkan bahw pihaknya telah Polisi menetapkan sopir mobil Xenia maut, Afriyani Susanti dan ketiga penumpangnya sebagai tersangka pemakai narkoba. Hasil pemeriksaan Polisi menyimpulkan keempatnya mengonsumsi narkoba, sebelum mengalami kecelakaan yang menewaskan sembilan orang di Kawasan Tugu Tani, Jakarta Pusat, Minggu (22/1) kemarin.
Menurut dia, tersangka Afriani dan tiga orang teman-temannya ini sedang diproses Polda Metro Jaya dengan ancaman dijerat pasal berlapis. Selain dengan pasal 127 UU Nomor 35/2009 tentang Narkoba, Afriani dkk juga akan dijerat dengan pasal 310 ayat (4) jo pasal 283 jo pasal 288 UU Nomor 22/2009 tentang Lalu-Lintas. "Keempatnya sudah dijadikan tersangka karena positif urinenya. Otomatis jadi tersangka, masih sebagai pengguna," jelas yang dihubungi wartawan melalui ponselnya.
Menurut dia, narkoba itu belum lama dikonsumsi pengemudi dan tiga penumpang Xenia maut itu. Mereka diperkirakan menggunakan pada Sabtu (21/1) antara pukul 20.00-22.00 WIB, saat berada di Hotel Borobudur menghadiri pesta ulang tahun temannya. Setelah acara itu selesai, keempatnya pergi menuju sebuah Cafe di Kemang. Di tempat ini, keempatnya bertahan hingga Minggu (22/1) pukul dua dini hari, dan diketahui minum whisky dan bir. B
Belum puas bersenang-senang, keempatnya melanjutkan acara mereka ke sebuah diskotek di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, Diskotek Stadium. Di lokasi ini, satu dari keempat penumpang Xenia maut bertemu dengan temannya yang sedang mengonsumsi ganja. Keempatnya lantas ikut-ikutan mengonsumsi barang haram itu. Di tempat ini pula, keempatnya membeli dua pil ekstasi secara patungan. "Jadi minumnya cuma setengah-setengah sampai jam 10 pagi," kata dia.
“Sebelum kecelakaan itu, sebenarnya mereka ingin kembali ke Kemang. Mereka akan mengambil sesuatu yang tertinggal di sana. Tapi belum sampai di sana, pengemudi Afriani keburu menabrak belasan orang yang berada di halte kawasan Gambir. Pelaku menyetir mobil di luar kontrol, karena pengaruh narkoba sehingga menabrak,” jelas Nugroho.
Tertutup Rapat
Sementara itu, kediaman tersangka Afriani Susanti yang berada di Jalan Ganggeng Terusan RT 11/07 No 148, Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara, tampak sepi. Rumah berlantai dua dan bercat putih itu, terlihat tertutup rapat dan tidak ada rutinitas seperti hari-hari sebelumnya. “Tidak ada orang di rumah, semuanya ke Polda (Metro Jaya) sejak kemarin," kata Bawor yang merupakan ketua RT setempat.
Menurutnya, tidak ada yang menyangka akan adanya musibah tersebut. Ibu kandung Afriani, Yuneli (51) mengalami shock berat saat mendengar kejadian tersebut. Bahkan, ibunya beberapa kali sempat pingsan. Afriani sendiri merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan dari Susanto dan Yurneli. Keluarga tersebut dikenal sangat religius dan taat pada agama.
Sedangkan sosok Afriani di lingkungan masyarakat selama ini, lanjut dia, dikenal kurang bergaul dengan para tetangga. Hal ini akibat dari dirinya yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya itu. Dirinya hanya mengetahu bahwa Afriani berprofesi sebagai produser di salah satu rumah produksi. Namun, ia sendiri tidak mengetahui nama perusahaan tempat Afriani bekerja.
“Kalau pulang kerja, sering malam hari. Bahkan, juga pagi hari. Setahu saya, dia sudah dua tahun berprofesi sebagai asisten produser. Dia belum menikah. Orang tuanya memang taat pada agama, tapi saya tidak mengetahui pasti pergaulan anak-anaknya di luar seperti apa. Tapi semua anggota keluarga dan warga setempat terkejut dengan musibah itu. Kami ikut prihatin atas kejadian ini," jelas Bawor.(dbs/irw/wmr/bim)
|