JAKARTA, Berita HUKUM - Ketergantungan perajin tempe terhadap komoditas kedelai impor yang harganya terus melambung tinggi, membuat perajin terancam gulung tikar. Bahkan, jika Pemerintah tak juga mampu menghentikan kenaikan kedelai tersebut, 1.290 perajin tahu dan tempe di Jakarta Barat sepakat menghentikan produksi pada 25-27 Juli mendatang.
“Keputusan itu kami ambil berdasarkan hasil rapat pengurus dan pengawas Primkopti dari lima wilayah di DKI Jakarta dan Bodetabek,” ujar Suharto, Ketua Koperasi Primer Tahu Tempe (KOPTTI) Jakarta Barat, sebagaimana dirilis BeritaJakarta, Sabtu (21/7).
Ia mengaku, telah memberitahukan rencana tersebut kepada 729 rumah produksi dengan 1.290 perajin tahu dan tempe di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, sebagai bentuk protes kepada pemerintah akibat kenaikan bahan baku tahu tempe sebesar 35 persen. Akibatnya, sejak Januari 2012 harga kedelai yang semula Rp 5.500 per kilogram, bulan Maret sampai Juni naik menjadi Rp 6.700 per kilogram, kemudian Juli naik kembali menjadi Rp 7.900 per kilogram.
“Kegiatan penghentian produksi ini juga akan diikuti perajin dari berbagai daerah,” tegasnya. (bhc/bj/rtm)
|