MERANTI, Berita HUKUM - Markas Kepolisian Resort (Polres) Kepulauan Meranti di Selatpanjang dikepung seribuan warga dari segala arah, Kamis (25/8) siang. Mereka menuntut kejelasan tewasnya seorang tersangka pembunuhan polisi.
Polres Kepulauan Meranti sempat kewalahan karena tidak memiliki cukup banyak personel anti huru-hara. Belakangan Polda Riau mengirim tim gabungan, termasuk Brimob.
Sejumlah orang yang melemparkan batu ke arah personil Polisi anti huru-hara. Polisi membalas dengan memukul demonstran menggunakan pentungan karet.
Karena kalah jumlah, personil polisi terdesak mundur. Massa leluasa menerobos dan masuk ke halaman markas polisi.
Dalam situasi yang kacau itu tiba-tiba terdengar letusan senjata api dari arah dalam Markas Polres Kepulauan Meranti, disusul tumbangnya satu orang di antara massa, Muhammad Sholah dengan bersimbah darah.
Teriakan massa sontak berhenti dan langsung membubarkan diri. Sementara sebagian lainnya membawa Sholah yang tertembak ke RSUD Kepulauan Meranti menggunakan becak motor.
Belakangan diketahui, Sholah sudah dalam keadaan meninggal sebelum mendapatkan perawatan medis.
Aksi massa semakin mengganas. Mereka kembali melemparkan batu, kayu dan benda keras lainnya ke arah Mapolres Meranti.
Dua unit sepeda motor pun jadi sasaran amukan massa. Dua unit motor yang diparkir tidak jauh dari Markas Polres Kepulauan Meranti hangus dibakar. Hingga menjelang senja, aksi massa masih terjadi. Sesekali terdengar letusan senjata api dari arah dalam Mapolres Meranti.
Bentrokan di depan Markas Polres Kepulauan Meranti merupakan lanjutan dari peristiwa terbunuhnya seorang polisi, Brigadir Adil S Tambunan (31), dalam perkelahian di parkiran Hotel Furama, Selatpanjang, Kamis dini hari.
Ia ditikam Adi Pratama (24), seorang pegawai honorer Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kepulauan Meranti.
Brigadir tewas dengan enam tusukan badik di dada. Setelah kejadian, Adi melarikan diri ke Desa Mekar Sari, Kecamatan Merbau.
Brigadir Adil dan Adi saling kenal. Sebab perkelahian dua sahabat tersebut diduga karena persoalan asmara, karena saat kejadian Brigadir Adil bersama seorang wanita.
Posisi Adi diketahui ketika penyidik Mapolres Kepulauan Meranti selang sejam meninggalnya Brigadir Aidil. Sekitar pukul 03.30, Aidil berhasil ditangkap.
Menurut Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Asep Iskandar, saat hendak ditangkap, Adi berusaha melawan dengan badik dan melarikan diri.
"Kami terpaksa melumpuhkan tersangka dengan menembak kedua kakinya. Ini adalah langkah terakhir kami agar pelaku tidak melawan dan melarikan diri," kata Asep Iskandar.
Namun, belakangan diketahui Adi juga tewas saat dibawa ke RSUD Kepulauan Meranti. Masyarakat mencurigai, tewasnya Adi merupakan tindakan polisi, rekan-rekan Brigadir Adil, yang main hakim sendiri.
"Saat kami lihat, wajahnya sudah lebam-lebam membengkak dan banyak darah. Saya yakin Adi tewas karena dianiaya polisi. Kalau hanya luka tembak saya tidak yakin Adi tewas," ujar seorang tokoh masyarakat Selatpanjang, Asman Mahadar.
Kapolres minta tiga hari untuk dilakukan penyelidikan terhadap anggotanya terkait kematian Adi.
Sementara, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, Orang nomor satu di Intitusi Polri ini menyesalkan terjadinya peristiwa mencekam tersebut. "Saya sesalkan ini terjadi, harusnya peristiwa di Meranti tidak perlu terjadi," katanya, Jumat (26/8) di Mabes Polri.
Diungkapkan Tito, inti permasalahan yakni ada anggota Polres Meranti, Brigadir Adil Tambunan dibunuh pada Kamis (25/8) dini hari di halaman parkir Hotel Furama Selat Panjang hanya karena rebutan perempuan dan pelakunya, pegawai honorer dispenda Meranti, Apri Adi Pratama ditangkap.
Lalu pelaku melakukan perlawanan dan dilakukan upaya kekerasan sampai akhirnya meninggal dunia kemudian jenazahnya dibawa ke RSUD Meranti. Warga kemudian protes dan mempertanyakan mengapa pelaku bisa sampai meninggal dunia.
Terkait peristiwa ini, Propam Polda Riau mengamankan 15 anggota Polisi yang terlibat untuk diperiksa dalam tragedi berdarah di Selatpanjang dari jajaran Mapolres Meranti terkait kisruh meninggalnya salah satu warga yang tengah melakukan aksi.(dbs/hendra/tribunnews/bh/sya) |