JAKARTA (BeritaHUKUM.com) � Tidak hanya Jakarta, tapi seluruh daerah diminta menyiapkan langkah cepat tanggap darurat dalam menghadapi kemungkiinan banjir. Atas dasar ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera mengeluarkan instruksi presiden (Inpres) untuk mengantisipasi bencana alam. Demikian dikatakan juru bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha kepada wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (25/11).
Menurutnya, berdasarkan laporan dari Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Menteri PU, dan Gubernur DKI dalam rapat terbatas, diperlukan langkah-langkah cepat tanggap darurat untuk mengatisipasi kemungkinan datangnya bencana alam.
"Kalau diperlukan, segera akan ditertibkan Inpres untuk mengatisipasi bencana alam, khususnya banjir dan tanah langgsor. Untuk antisipasi, dipersiapkan langkah-langakah seperti pendirian posko darurat, agar bisa lebih cepat penangannnya," jelas Julian, seperti dikutip situs presidenri.go.id.
Sementara itu, Menteri PU Djoko Kirmanto mengatakan, semua sungai besar telah memiliki kepala balai, seperti Kepala Balai Sungai Brantas, Bengawan Solo, Ciliwung, dan lain-lain. "Mereka sudah diminta, menjelang musim penghujan selalu ada SOP (Standard Operating Procedure-red), mereka harus melakukan persiapan dan perbaikan tanggul sepanjang kali,� imbuhnya.
Untuk menghadapi musim hujan, lanjut Djoko Kirmanto, juga telah dipersiapkan bahan-bahan banjiran, seperti karung pasir, kawat beronjong, kapal karet, dan pompa air. "Mudah-mudahan semua itu sudah kita persiapkan. Kalau banjir yang datang normal-normal saja, saya kira kita semua siap. Kecuali kalai nanti ada cuaca ekstrim, menjadi banjir yang luar biasa," tutur dia.
Beberapa hari yang lalu, Menko Kesra Agung Laksono, Menteri PU, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Boeo, dan Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih sudah meninjau sejumlah daerah di Jakarta yang biasanya menjadi langganan banjir. Mereka juga mengecek kesiapan posko banjir di sejumlah daerah yang ada di Jakarta.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BMKG Sri Woro B Harijono menjelaskan, dari hasil tinjauan uap air dari Samudera Pasifik, Samudera Hindia, dan perairan Indonesia sampai dengan April 2012 masih termasuk dalam kategori normal. Ada sedikit pengaruh La Nina di kawasan Pasifik, tapi masih tergolong moderat.
"Namun demikian, pada skala lokal harus dilihat hari per hari. Bisa muncul secara tiba-tiba bibit tekanan rendah yang bila ditunggu tiga hingga empat hari bisa tumbuh menjadi badai tropis," Sri Woro menjelaskan. "Pada bulan November sampai April mereka secara bergiliran akan berada di selatan Katulistiwa dan sekitar Indonesia, persis di bawah Pulau Jawa, NTT, dan lain-lain, dan itulah yag harus kita waspadai," Sri Woro menambahkan.
Presiden, lanjut Sri Woro, meminta BMKG terus mencermati dan memonitor situasi tersebut sambil mempersiapkan antisipasinya. Seperti kita ketahui bersama, banjir besar yang terjadi di Thailand diakibatkan adanya badai tropis dengan jarak yang cukup rapat. Badai tropis sendiri baru dapat terdeteksi tingkatannya setelah tiga hari. (wmr)
|