KUPANG, Berita HUKUM- Ratusan ekor sapi di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), mati akibat kekeringan yang parah musim kemarau saat ini.
Salah seorang anggota DPRD NTT asal kabupaten Timor Tengah Selatan, Jefry Unbanunaek, menjelaskan bahwa ternak sapi yang mati itu bersumber dari bantuan pemerintah pusat kepada sejumlah kelompok masyarakat.
"Saya melihat langsung ternak-ternak sapi yang mati itu saat melakukan kunjungan kerja ke Timor Tengah Selatan untuk mensosialisasikan sejumlah Perda produk pemerintahan NTT," katanya.
Dampak kekeringan tahun ini sangat dirasakan, sehingga hewan-hewan di padang penggembalaan yang telah kehabisan pakan akhirnya harus mati.
Jefry yang juga Ketua Fraksi Keadilan dan Persatuan DPRD NTT itu meminta Dinas Peternakan Kabupaten TTS untuk segera mendatangkan pakan dan air ke Desa Salbait, Kecamatan Molo Barat.
Sementara, Ketua kelompok Moenmese, Melki Batu, Kamis (23/10) mengatakan, bantuan yang didapat kelompoknya yakni sebanyak 110 ekor sapi dengan rincian 100 ekor betina dan 10 ekornya jantan.
“Dari 110 ekor sapi, sampai saat ini yang hidup hanya 67 ekor saja karena yang lain mati, karena kita di sini kesulitan air dan pakan ternak. Untuk mendapatkan pakan ternak, kita harus cari daun di tengah hutan yang jaraknya dari kandang sapi sekitar 5 kilometer. Sedangkan untuk air, yang tersedia hanya satu embung saja, itu pun jaraknya sampai 7 kilometer,” jelas Melki.
Selain kurang pakan dan air, lanjut Melki, matinya sapi tersebut disebabkan kondisi sapi yang tidak sehat saat didistribusikan. Melki menyatakan peternak hanya bisa mempertahankan kehidupan ternak, namun tidak bisa melakukan penggemukan. Seharusnya, kata dia, pemerintah memiliki perencanaan agar bantuan ternak ini bisa bermanfaat bagi masyarakat.
"Kalau bisa, pemerintah jangan tidak diam dengan keberadaan kami anggota kelompok yang ada saat ini. Kami minta dinas terkait segera menindaaklanjuti kasus ini agar sapi yang sisa bisa diselamatkan, secara otomatis menyelamatkan anggota kelompok," ujarnya.
Sementara itu anggota kelompok Tafenat Monit, Jumina Manbait mengaku, dari 110 ekor sapi yang diterima oleh kelompoknya, sebanyak 50 ekor telah mati akibat kurangnya pakan, air dan juga penyakit.
"Kami susah dengan kondisi saat ini karena pengawasan oleh pemerintah tidak ada. Kami merasa berjuang sendiri sehingga sangat terbebani," keluh Jumina.
(Antaranews/kompas/bhc/sya) |