Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Politik    
Rizal Ramli
Rizal Ramli: Jokowi Harus Segera Hentikan 'Pertunjukan Ludruk'
Thursday 05 Feb 2015 00:15:53
 

Rizal Ramli (paling kanan) diskusi di Warung Daun, Jakarta, Rabu (4/2).(Foto: Istimewa)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Presiden Joko Widodo diminta segera menghentikan perseteruan antara Polri dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kisruh dua lembaga penegak hukum itu bagai “pertunjukan Ludruk” yang sama sekali tidak lucu.

“Mas Pram, tolong sampaikan ke mbak Mega. Minta agar Presiden Jokowi segera menghentikan “pertunjukan Ludruk” ini. Solusinya harus politis, bukan hukum. Penyelesaian secara hukum hanya akan membuat negara ini semakin runyam. Akan semakin banyak pelaku hukum yang tiba-tiba menjadi pemain ludruk,” ujar ekonom senior Rizal Ramli diskusi di Warung Daun, Jakarta, Rabu (4/2).

Menurut tokoh nasional yang dikenal sebagai perintis Gerakan Perubahan ini, penyelesaian pertentangan KPK vs Polri secara hukum, akan membuat persoalan makin berlarut-larut. Masing-masing pihak akan menjerat para petinggi institusi hukum lawannya dengan status tersangka. Pimpinan KPK akan habis. Akibatnya, upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi bisa berhenti total.

Diskusi siang itu berusaha menjawab sejumlah pertanyaan. Antara lain Benarkah Jokowi Boneka Megawati? Atau Megawati yang sebenarnya dihancurkan oleh mereka yang merusak Jokowi? Diskusi yang dipandu pengamat politik Boni Hargens itu juga menghadirkan politisi senior PDIP Pramono Anung dan Pemimpin Redaksi Berita Satu Don Bosco. Namun hingga acara berakhir, tidak ada jawaban yang pas atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Turun lebih cepat

Rizal Ramli juga menyampaikan keterkejutannya atas popularitas Jokowi yang anjlok jauh lebih cepat dibandingkan prediksinya. Tadinya, lanjutnya, dia memperkirakan popularitas Jokowi akan mulai turun setelah setahun memerintah. Namun ternyata prediksinya itu keliru.

“Jokowi membuat banyak kebijakan yang menyusahkan rakyat kelas menengah bawah di awal-awal pemerintahannya. Misalnya, dia menaikkan harga premium di saat harga minyak dunia justru turun. Kita tahu, premium dikonsumsi sebagian besar rakyat kelas bawah. Sopir angkutan umum, nelayan, pesepeda motor, dan lainnya. Pada saat yang sama, pertamax dan pertamax plus tidak naik harganya,” papar ekonom yang konsisten menyuarakan ekonomi konstitusi ini.

Dia menambahkan, kebijakan Jokowi lainnya yang justru menyengsarakan rakyat adalah dinaikkannya harga LPG tabung 3kg, naiknya tarif dasar listrik (TDL), dan kenaikan tarif kereta api kelas ekonomi hingga 400%. Semua itu sangat bertentangan dengan jargon Trisakti yang diusung sewaktu kampanye Pilpres. Kebijakan-kebijakan tersebut sangat kental bernuansa neolib dan menyakitkan rakyat.

“Ternyata Trisakti ditinggalkan dan hanya jadi jualan kampanye, sudah tampak sejak awal. Ini sudah tampak sejak kabinetnya dinamai dengan Kabinet Kerja. Kalau hanya kerja, zaman penjajah Belanda dan Jepang juga digenjot kerja, kerja, kerja. Tapi yang diuntungkan bukan rakyat Indonesia. Blunder Jokowi makin menjadi ketika kabinetnya diisi banyak para penganjur neolib dan berkualitas KW-3. Para menterinya hanya bisa menaikkan harga,” ungkap tokoh yang pernah menyelamatkan PLN dan BII dari kebangkrutan tanpa menyuntikkan dana dan menjual selembar pun saham.

Pada kesempatan itu, Don Bosco menyoal penggunaan diksi ‘Petugas Partai’ yang dilekatkan pada Jokowi. Saat deklarasi pencapresan Jokowi, lanjut dia, mungkin masih bisa diterima akal, kalau Megawati mengatakan Jokowi adalah Petugas Partai.

“Namun kemarin diksi ini kembali diulang Puan Maharani. Dia menyatakannya berulang-ulang di hadapan wartawan. Kalimat ini sangat tidak elok, mengingat Jokowi hari ini adalah Presiden Republik Indonesia. Baiknya mas Pram menyampaikan soal ini kepada mbak Mega,” tukas Don.(rls/edy/bhc/sya)



 
   Berita Terkait > Rizal Ramli
 
  Tinta Emas Sang Begawan Ekonomi dan Pejuang Demokrasi
  Rizal Ramli Siaga Nyapres
  Dituding SARA, Rizal Ramli: Yang Dikritik Itu Negara China, Bukan Etnis Tionghoa!
  Ekonomi Nyungsep, Ramalan Rizal Ramli 9 Bulan Lalu Yang Jadi Kenyataan
  Dituduh Haus Jabatan, Rizal Ramli: Mari Bung Rebut Kembali, Lagu Perjuangan Yang Relevan
 
ads1

  Berita Utama
Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

Pakar Hukum: Berdasarkan Aturan MK, Kepala Daerah Dua Periode Tidak Boleh Maju Lagi di Pilkada

 

ads2

  Berita Terkini
 
Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Hari Guru Nasional, Psikiater Mintarsih Ingatkan Pemerintah Agar Segera Sejahterakan Para Guru

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Judi Haram dan Melanggar UU, PPBR Mendesak MUI Mengeluarkan Fatwa Lawan Judi

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2