MANADO, Berita HUKUM - Selain memiliki kewajiban moral untuk mengkritisi dan mengkoreksi apa yang dilakukan oleh negara dan pemerintah, pers juga diharapkan berperan untuk membangun optimisme dan keyakinan bangsa. Harapan ini disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat memberikan sambutan pada puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2013 yang berlangsung di Grand Kawanua City, Manado, Sulawesi Utara, Senin (11/2) siang.
Presiden SBY yang didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono mengemukakan, terhadap peran pertama pers untuk mengkritisi dan mengkoreksi apa yang dilakukan oleh negara dan pemerintah, termasuk semua lembaga dan pejabat-pejabatnya, ia selalu menyimak dan memperhatikan kritik pers dan pengamat, misalnya, menyangkut masih banyaknya kasus korupsi, masih belum baiknya birokrasi kita, masih kurang responsifnya upaya aparat keamanan untuk menanggulangi kekerasan horizontal, atau juga masih banyaknya pemberian izin di tingkat daerah yang bermasalah dan tumpang tindih.
“Semuanya itu saya dengar. Saya berharap semua lembaga negara beserta pejabatnya juga mendengarkan, menyimaknya, dan dijadikan masukan untuk perbaikan di dalam kehidupan bernegara dan menjalankan roda pemerintahan di seluruh Indonesia. Silakan kritis, objektif, itu yang pertama,” ujar SBY.
Namun Kepala Negara mengingatkan, tentu pers juga berperan untuk membangun optimisme dan keyakinan bangsa. Bahwa di tengah masih banyaknya kekurangan, ketidak berhasilan, tidak sedikit pula prestasi dan keberhasilan yang kita capai, yang dicapai negara ini, yang hakekatnya juga keberhasilan kita semua, sejak negeri kita mengalami krisis, krisis besar lima belas tahun yang lalu.
“Kalau tidak ada kedua-duanya, baik yang positif maupun yang negatif, yang plus maupun yang minus, rakyat akan bingung dan bertanya-tanya. Mengapa pihak internasional, termasuk pers asing yang juga sangat kritis, mereka mau dan berani mengkritik negara kita tetapi juga mau dan berani memberikan apresiasi kalau memang ada yang kita capai. Kadang-kadang barangkali kita kurang generous untuk melakukan hal-hal itu,” sebut Kepala Negara.
Dalam acara yang dihadiri oleh sekitar 3.000 wartawan termasuk jajaran pengurus PWI Pusat dan Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) itu, Presiden SBY memberikan contoh, rakyat akan bertanya-tanya ketika dunia (international community) memberikan pujian karena di tengah krisis ekonomi dunia sekarang ini, ekonomi Indonesia di antara sesama anggota G-20 (20 ekonomi terbesar). “Kita memiliki pertumbuhan nomor dua tertinggi, setelah Republik Rakyat Tiongkok. Dengan keadaan dan capaian seperti itu tentu rakyat akan bertanya kalau kita sendiri mengatakan ekonomi kita jalan di tempat, tidak tumbuh baik atau bahkan mundur,” tutur SBY.
Juga ketika Indonesia dinilai berhasil dalam transisi demokrasi dan reformasi. Bahkan banyak negara yang diminta untuk menimba pengalaman kita, pengalaman Indonesia dalam proses transisi demokrasi ini. Namun sejumlah kalangan di tanah air sendiri mengatakan reformasi dan transisi demokrasi kita gagal total.
Juga ketika banyak negara di dunia yang politiknya tidak stabil serta keamanan dan perdamaian di negerinya koyak dan runtuh. Bahkan Presiden SBY mengaku melihat sendiri negara-negara yang sekarang mengalami nasib seperti itu. Dan mereka memuji stabilitas politik serta keamanan nasional Indonesia yang relatif terjaga, namun justru sejumlah media nasional yang menggambarkan, yang menggambarkan politik dan keamanan negeri kita serba buruk dan serba jelek.
“Inilah contoh yang kita rasakan dan saya yakin juga dirasakan oleh sebagian besar rakyat kita. Mari kita tampilkan sesuatu yang seimbang, ada yang baik ada yang buruk, ada yang plus ada yang minus, ada yang sudah kita capai, ada yang belum kita capai. Ini juga cermin bagi bangsa kita, to do more, to do better,berbuat yang lebih keras lagi dengan melihat cermin yang objektif dan aktual seperti itu,” tukas Presiden SBY.
Hadir dalam puncak peringatan Hari Pers Nasional 2013 itu antara lain Ketua Dewan Pers Bagir Manan, Ketua MK Mahfud MD, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Kesra Agung Laksono, Mensesneg Sudi Silalahi, Menkominfo Tifatul Sembiring, Ketua KEN Chairul Tanjung, Jaksa Agung Basrif Arief, dan Menteri PU Djoko Kirmanto.(wid/es/skb/bhc/opn) |