PALESTINA, Berita HUKUM - Gaza mencatat angka tewas tertinggi sejak serbuan Israel dimulai, dengan setidaknya 87 orang dilaporkan tewas hari Minggu 20 Juli, dengan 67 di antaranya di hanya satu daerah. Militer Israel menyatakan 13 serdadu mereka juga terbunuh dalam semalam.
Presiden Palestina, Mahmud Abbas, menandaskan peristiwa di kawasan Shejaiya di timur kota Gaza merupakan 'pembantaian'.
Genjatan senjata untuk kemanusiaan disepakati untuk berlangsung dua jam, antara pukul 13:30 hingga 15:30 waktu setempat pada hari Minggu.
Tapi sebuah tim BBC di lapangan melaporkan terjadinya baku tembak lagi kurang dari sejam sejak gencatan senjata dimulai dan kedua belah pihak saling menyalahkan sebagai pelanggar pertama.
Jumlah warga Palestina yang tewas, menurut dinas kesehatan Palestina, mencapai lebih dari 425 orang sejak operasi militer dimulai 8 Juli lalu. Jumlah yang luka disebutkan kini lebih dari 3.000 orang.
Petugas medis mengungkapkan para pekerja penyelamat belum bisa menjangkau bagian timur Shejaiya, sebuah kawasan dekat perbatasan Israel, dan sekitar tiga kilometer dari Kota Gaza. Korban tewas yang jatuh di hari Minggu dicemaskan akan terus bertambah.
Asap Tebal Membumbung
Asap hitam tebal membumbung dari Shejaiya, timur laut Kota Gaza. Televisi menampilkan gambar-gambar mengerikan, anak-anak dan orang tua yang tewas berlumuran darah.
Di pintu masuk Rumah Sakit Shifa mobil-mobil unit darurat mengalami kemacetan.
"Rumah Sakit benar-benar kelebihan pasien. Ini pemandangan terburuk bagi sebagian dari kami, bukan saja membludaknya pasien, dan tak terbayangkannya lingkup kerja kami, tetapi juga ihwal sakit dan penderitaannya,"kata Mads Gilbert, seorang dokter Norwegia yang bertugas di UGD sejak semalam dan sudah berada di Gaza sejakkonflik sebelumnya.
Militer Israel mengaku telah 'mengamankan' dua militan yang muncul dari sebuah terowongan di selatan Gaza.
Sementara Hamas terus meluncurkan roket ke Israel dan salah satunya mendarat di kota Ashkelon.
Angkatan Bersenjata Israel (IDF) melancarkan serangan darat ke Gaza Kamis lalu setelah serangan udara dan laut selama berhari-hari tak berhasil menghentikan serangan roket dari Gaza.
Presiden Palestina, Mahmud Abbas, dan Sekjen PBB, Ban Ki-moon, dijadwalkan bertemu di Qatar sebelum pejabat tertinggi PBB itu meluncur ke Kuwait, Mesir, Israel, Palestina dan Yordania.
Pekan lalu Hamas menolak gencatan senjata yang diprakarsai Mesir, dengan alasan semua kesepakatan dengan Israel mesti termasuk diakhirinya blokade terhadap Gaza.
PBB mengatakan bahwa sebagian besar yang terbunuh dalam serangan Israel ini dalah warga sipil. Pada hari Sabtu (19/7), tentara Israel mengatakan dua tentaranya tewas setelah militan bersenjata memasuki wilayah Israel melalui sebuah terowongan.
Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan mereka kehabisan persediaan untuk membantu lebih dari 50.000 orang Palestina yang mencari perlindungan di sekolah-sekolah PBB di Gaza.
Pejabat PBB Robert Turner mengatakan jumlah orang yang mengungsi diperkirakan jauh lebih tinggi dan pengungsi baru harus tidur di lantai beton.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon dijadwalkan tiba di Qatar hari Minggu (20/07) untuk mencoba memberlakukan gencatan senjata.(BBC/bhc/sya) |