JAKARTA, Berita HUKUM - Sekitar seribu masyarakat Mahasiswa Komite Mahasiswa Unilam dan LSM dari Kalimantan Selatan yang berada di Jakarata, datang berdemo di depan Istana Negara, Jumat (12/10). Para pendemo ini melakukan aksi treatikal, menggambarkan keadaan masyarakat saat ini, dimana listrik sering padam dan kami terus diminta kesabaran dalam gelap gulita.
Namun, daerah kami tersebut merupakan sebagai daerah sumber penghasil energi, sedangkan energi yang dihasilkan ternyata bukan untuk menunjang kesuksesan daerah kami sebagai penghasil, maka kecemburuan dapat memicu pergolakan dan kecemburuan itu yang kami rasakan saat ini di Kalimantan Selatan (Kalsel).
Para pendemo ini mengingatkan Pemerintah agar bertindak tegas, dalam menyikapi permintaan mereka ini. Maka, dalam orasinya mereka mengatakan, "pemerintah dimintai tanggapannya yang serius terkait masalah ini. Masyarakat Kalsel sebagai daerah penghasil Batubara terbesar untuk kebutuhan listrik di Jawa, saat ini masih sering mengalami pemadaman listrik, hal tersebut berlangsung setiap dua dan tiga hari dalam setiap bulannya, ini merupakan hal biasa terjadi di Kalsel.
Namun perlu kami ingatkan, kesabaran kami itu ada batasnya, sehingga masyarakat Kalsel mengingatkan Pemerintah dan PLN, agar jangan tutup mata dengan hal ini. Kami datang ikut berdemo ke Istana ini, untuk meminta kepada Presiden SBY agar dapat menyelesaikan permasalah listrik di Kalsel ini. PLN harus ada yang bertangung jawab dan memandang keluhan kami, agar kami dapat bernaung dalam institusi resmi pemerintah, maka kami harus memperjuangkan daerah kami secara resmi pula," teriak para pendemo.
Para pendemo meminta agar PLN benar-benar memperhatikan masalah PLTU 34 di Kalsel yang menelan anggaran triliunan rupiah itu, agar supaya dapat segera beroperasi. Dalam pelaksanaan pembangunanya, tercium aroma bauk busuk korupsi, karena dikatanya mereka, salah satu mesin terpasang generator Listrik tidak dapat dioperasikan. Dan kasus ini sekarang telah kami dilaporkan ke BPK untuk diaudit, mengingat alokasi anggaran yang sangat besar, sehingga timbul kecurigaan terjadinya korupsi," ujar para pendemo lagi.
Sepanduk yang bertuliskan, 'segera bebaskan krisis listrik di kalimantan', serta aksi corat, coret badan dan muka sambil berguling di tanah, mereka meminta dan berharap, perwakilan dari pemerintah dapat keluar dan menemui mereka, serta segara mengambil kebijakan energi untuk menyelamatkan krisis energi di Kalimantan Selatan.
Namun hingga aksi mereka berakhir sekitar pukul 15:00 WIB, tidak satupun perwakilan dari pendemo yang diterima di Istana Negara, dengan mengendarai 5 buah mobil Bus, mereka bergerak meninggalkan Istana, dan mengancam akan kembali lagi bila belum ada tangapan dari pihak istana, dan Pemerintah.(bhc/put) |