JAKARTA, Berita HUKUM - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta menyatakan, sebanyak 20 jurnalis yang menjadi korban kekerasan saat bertugas meliput Aksi 21-22 Mei 2019. Kekerasan itu terjadi di beberapa titik kerusuhan di Jakarta, seperti di kawasan Thamrin, Petamburan, dan Slipi Jaya, Jakarta.
"Pihak kepolisian dan massa aksi diduga menjadi pelaku kekerasan tersebut," kata Ketua AJI Jakarta, Asnil Bambani Amri melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto, Jumat (24/5).
Menurut Asnil, 20 jurnalis itu mendapat kekerasan berupa pemukulan, penamparan, intimidasi, persekusi, ancaman, perampasan alat kerja jurnalistik, penghalangan liputan, penghapusan video dan foto hasil liputan. Bahkan pelemparan batu, hingga pembakaran motor milik jurnalis.
"Mayoritas kasus kekerasan itu terjadi saat para jurnalis meliput aksi unjuk rasa di sekitar Gedung Bawaslu, di kawasan Thamrin. Beberapa kasus di antaranya, aparat kepolisian melarang jurnalis merekam aksi penangkapan orang-orang yang diduga sebagai provokator massa," kata Asnil.
Asnil mengatakan, para jurnalis itu tetap mengalami kekerasan walaupun sudah menunjukkan kartu pers kepada aparat. Menurut dia, sikap aparat itu tidak menghargai kerja jurnalis, padahal tugas wartawan telah dilindungi oleh UU Pers.
"Sampai saat ini AJI Jakarta masih mengumpulkan data dan verifikasi para jurnalis yang menjadi korban. Tak menutup kemungkinan, masih banyak jurnalis lainnya yang menjadi korban, dan belum melapor," ungkap dia.
Atas kejadian itu, kata dia, AJI Jakarta dan LBH Pers mengecam keras aksi kekerasan dan upaya penghalangan kerja jurnalis yang dilakukan oleh aparat Kepolisian maupun massa aksi 22 Mei.
Sebab, perbuatan itu termasuk pelanggaran pidana yang diatur dalam Pasal 18 UU Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Setiap orang yang menghalangi kebebasan pers diancam penjara maksimal dua tahun, dan denda maksimal Rp500 juta.
"Mendesak aparat kepolisian untuk mengusut tuntas kekerasan dan intimidasi terhadap jurnalis, baik oleh polisi maupun kelompok warga," kata dia.
Ia pun meminta para pemimpin media bertanggung jawab atas keselamatan jurnalis saat bertugas di lapangan guna menghindari kejadian serupa.
Kasus kali ini merupakan kasus kekerasan terhadap jurnalis yang terburuk sejak reformasi. Atas tindakan itu, AJI Jakarta dan LBH Pers mengecam keras aksi kekerasan dan upaya penghalangan kerja jurnalis yang dilakukan oleh aparat kepolisian maupun massa aksi.
Berikut data AJI Jakarta terkait kasus kekerasan terhadap jurnalis:
1. Budi, kontributor CNN Indonesia TV, mengalami kekerasan fisik, perampasan alat kerja dan penghalangan liputan oleh aparat Polisi.
2. Intan, jurnalis RTV, mengalami persekusi oleh massa aksi.
3. Rahajeng, jurnalis RTV, mengalami persekusi oleh massa aksi.
4. Draen, jurnalis Gatra, mengalami kekerasan fisik dan diusir oleh polisi.
5. Felix, jurnalis Tirto, dihalangi saat liputan.
6. Dwi, jurnalis Tribun Jakarta, mengalami kekerasan tidak langsung, kepala bocor terkena lemparan batu massa aksi.
7. Ryan, jurnalis CNNIndonesia.com, mengalami kekerasan fisik, perampasan alat kerja dan penghalangan liputan oleh aparat polisi.
8. Seorang reporter lainnya dari CNNIndonesia.com juga mengalami penghalangan peliputan dan perampasan paksa alat kerja oleh polisi.
9. Ryan, jurnalis MNC Media, alat kerjanya dirampas oleh massa aksi.
10. Fajar, jurnalis Radio MNC Trijaya, mengalami kekerasan fisik, penghapusan karya jurnalistik dan penghalangan liputan oleh aparat polisi.
11. Fadli, jurnalis Alinea.id, mengalami kekerasan fisik dan penghalangan liputan.
12. Fahreza, jurnalis Okezone.com, mengalami perusakan alat kerja/motor oleh massa aksi.
13. Putera, jurnalis Okezone.com, mengalami perusakan motor oleh aparat.
14. Aji, jurnalis INews TV, mengalami kekerasan fisik dan diusir oleh aparat kepolisian.
15. Setya, jurnalis TV One, mengalami kekerasan fisik dan penghalangan liputan oleh aparat polisi.
16. Ario, VJ Net TV, mengalami perusakan alat kerja/motor dibakar.
17. Yuniadhi, fotografer Kompas, motornya dirusak.
18. Topan, fotografer Tempo, mengalami kekerasan tidak langsung, matanya kena serpihan dari bom molotov massa aksi.
19. Niniek, jurnalis AP, mengalami persekusi online (doxing).
20. Seorang kru ABC News mengalami intimidasi oleh aparat polisi.(dbs/tirto/bh/sya) |