JAKARTA, Berita HUKUM - Sebagai salah satu dokumen Pilkada Jakarta 2012, buku ini menampilkan hal - hal yang berkaitan dengan angka.
Calon Gubernur DKI Fauzi Bowo harus menelan ludah pahit. Jagoan satu putaran untuk nomor satu yang digaungkan selama kampanye Pilkada DKI pada 11 Juli lalu tidak terbukti. Foke sapaan akrab Fauzi harus mengikuti putaran kedua melawan Joko Widodo (Jokowi). Kemenagan Jokowi dalam putaran pertama bagi sebagian pihak diluar dugaan.
“Kemenangan Jokowi merupakan hasil dari pertarungan dua genre kandidat yakni hard power melawan soft power. Kali ini, soft power yang menjadi juaranya”, sebut Husin Yazid penulis buku Kenapa Foke dan Jokowi? Data dan Analisa Putaran Pertama Pilkada DKI Jakarta.
Husin menulis di halaman 45 bahwa kandidat gubernur Jakarta yang termasuk hard power tercermin pada sosok Foke, Alex Noerdin, dan Hendardji. Mereka mengandalkan modal kekuatan dan materinya untuk mengggalang dukungan.
Sebaliknya, ungkap Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), soft power lebih mengutamakan pengaruh yang ditanamkan secara halus. Kekuatan pada genre ini lebih sedikit mengandalkan materi tetapi bertumpu pada kekuatan kepriibadian, kharisma dan nilai - nilai maupun budaya. Kubu soft power ini seperti Jokowi, Hidayat Nur Wahid dan Faisal Basri.
Buku yang terbit pada Agustus 2012 itu terdiri dari lima bab. Setiap bab menghadirkan uraian sederhana, jelas serta dilengkapi tabel - tabel. Misal bab 1 dengan judul Menyongsong Dua Jawara dengans sub bab Kejutan Ronde Pertama. Selanjutnya bab II Data Berbicara yang memaparkan Pemilih Militan vs Pemilih Retail, Kepuasan Warga dan Kerindunguan akan Perubahan dan terakhir, Tersandera Macet dan Banjir.
Kemudian bab III, Kemana Suara Mengalir yang menjelaskan perihal Tingkat Pengetahuan Publik, Tingkat Partisipasi, Kapan Menentukan Pilihan dan Tak Kenal Maka Tak Sayang. Bab yang menarik dikuak yakni bab IV, Di Balik Lolosnya Jokowi dan Foke yang mendedahkan Representasi Pertarungan Elit dan Populis serta Mengintip Basis Dukungan. Terakhir, bab V Antara Survei, Quick Count dan Real Count.
“Pertarungan pilkada putaran kedua semakin menarik. Sebab Foke dan Jokowi sama - sama menghimpun kekuatan dalam persiapan laga politik dan kekuatan mulai seimbang”, jelas Direktur Eksekutif Puskaptis ini.
Mengapa Jokowi bisa mengungguli Foke, Husin mengingatkan ada kecenderungan masyarakat memilih Jokowi karena lebih merakyat dan membuat masyarakat percaya pada perubahan. Karena itu, Husin menyarankan Foke harus mencari masyarakat yang golongan putih (golput) dan membuat kepercayaan terhadap mereka terlebih dulu agar menang.
Husin mengakui, buku setebal 91 halaman ini digarap dalam sepekan. Konsultan politik ini menjelaskan tidak sulit merampungkan analisa politik ini karena sudah jadi makanan sehari - hari. Pria bertubuh subur itu sudah memprediksikan Pilkada DKI Jakarta berlangsung dua putaran. Padahal ketika itu, lembaga serupa telah ramai - ramai melansir bahwa Pilkada DKI Jakarta berlangsung satu putaran. Fakta, Pilkada mesti digelar dua putaran.
“Saya bicara ke publik bukan hanya dengan akal sehat, tetapi juga berbasis data - data riset yang kami lakukan secara ilmiah, Alhamdulillah publikasi hasil riset kami ternyata benar di lapangan”, jelas pria kelahiran 25 Juli 1968. .
Secara keseluruhan, buku ini secara ringkas memperlihatkan tren tingkat elektabilitas enam calon gubernur DKI yang disurvei secara berkala. Melalui buku ini, pembaca memahami mengapa Wali Kota Solo Joko Widodo mampu menaklukan Gubernur Jakarta Fauzi Bowo walaupun tidak mencapai 50 persen sebagai syarat sah menjadi gubernur Jakarta.
Entah karena kejar tayang buku ini mesti beredar sebelum 20 September 2012, pembaca layak kecewa karena tidak menemukan halaman indeks, biodata enam pasangan calon gubernur plus visi-misinya serta hal - hal lain yang bersifat angka dan data.
Sebagai salah dokumen Pilkada Jakarta 2012, buku ini semakin bernas jika menampilkan secara singkat hal-hal yang berkaitan dengan angka. Dengan demikian, pembaca yang super sibuk bisa langsung paham dengan membuka satu halaman yang dijejali dengan angka dan data seperti pilkada DKI 2012 ini diikuti oleh sekitar 6.500.000 pemilih yang tersebar di 44 kecamatan, 267 kelurahan dengan 15.111 tempat pemungutan suara (TPS), Demikian seperti yang dikutip beritasatu.com, pada Minngu (9/9).(brs/bhc/opn) |