MAKASAR, Berita HUKUM - Calon Wakil Presiden Pemenang pilihan KPU Jusuf Kalla (JK) di Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah melakukan bagi-bagi sedekah berupa 1 dus makanan dan uang Rp. 50 ribu di rumah kediaman JK di Jl. Haji Bau, Makassar, Sulawesi Selatan. Namun, sangat disayangkan karena acara ini hingga mengakibatkan musibah, Hadika seorang anak perempuan umur 11 tahun yang ikut datang malah tewas, diduga akibat terhimpit dan terinjak-injak oleh orang-orang yang berebut di lokasi acara tersebut.
Acara Open House yang digelar di kediaman keluarga besar Jusuf Kalla ini, Selasa, (29/7), berakhir ricuh. Aparat yang menjaga dibikin kewalahan, sangat disayangkan aparat Satpol PP, Sabara dan Brimob yang ada mengawal acara ini tak mampu melakukan pengaturan agar berjalan aman dan kondusif, akibat ribuan warga yang datang bahkan ada yang dari pukul 5 pagi untuk mengharap uang yang dibagi-bagi oleh JK.
Korban Alm. Hadika (11) adalah anak perempuan kelas 6 SD merupakan warga Daeng Tantu, Rappokalling, Makasar. Tidak diketahui pasti bagaimana kronoligis meninggalnya korban, Korban dibawa ke RS Stella Maris yang tidak jauh dari rumah JK. Orangtua korban yang datang ke rumah sakit terpukul dan histeris karena melihat anaknya yang tak bernyawa lagi.
Selain Dika, dikabarkan ada 6 orang lainnya yang masih mendapat perawatan RS Stela Maris, Makassar serta puluhan orang pingsan karena peristiwa itu.
Tercatat, kericuhan dalam pembagian sedekah di rumah JK tidak sekali ini terjadi. Pada Lebaran tahun lalu, kediaman keluarga pengusaha nasional itu juga diserbu warga. Kericuhan tak terelakkan. Banyak juga anak-anak terjepit dan merintih kesakitan akibat terjepit di antara orang dewasa yang berebut masuk.
Peristiwa mengenaskan serupa menimpa Handika sebetulnya sudah cukup sering terjadi dan mengemuka dalam pemberitaan. Kebanyakan karena kelalaian tuan rumah dan kekurangan antisipasi dan cara pengamanan serta pembagian atas "serbuan" warga yang datang, yang berebut sekedar uang pemberian atau sejenisnya. Akibat kelalaian itu, nyawa orang bisa melayang.
Di balik peristiwa itu, warga menyesalkan mekanisme pembagian uang tunai itu yang hanya pada satu titik. "Warga sebanyak ini, masa' hanya satu pintu pembagian yang dibuka, seharusnya sepuluh titk," protes warga Jalan Nuri, Umar.
Siang tadi JK sendiri sudah mengungkapkan dukacita lewat media twitter. Beberapa follower JK ikut mengungkapkan rasa duka. Ada yang menganggap musibah itu sebagai suratan takdir, tetapi banyak juga yang meminta perhatian lebih dari JK selaku penyelenggara.
Jusuf Kalla @Pak_JK: Innalillahi waina ilaihi raji'un, turut berbelasungkawa utk keluarga @ammang: Hadika (11 th) bocah perempuan kelas 6 SD meninggal dunia...
Misalnya, pengguna akun @mscendani yang menulis "lain kali dibagi door to door sj pak, sdh sering hal sperti ini terjadi".
N D Zoubair Bakry yang menggunakan akun @nervadias juga mengungkapkan hal senada. "Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun..Benar sangat disayangkan dan perihatin atas kejadian tsb. Sehingga perlu antisipasi & penanganan," tulisnya.
Joy Runtuwene @joyharison menyatakan: kalau memang niat buat kebajikan tolong lebih profesional,masyrkt bnyak miskin, yg cukupun ikut antri...
Ada juga follower yang tak mau menyalahkan siapapun dan menganggapnya sudah takdir.
"inalillahi wa inalillahi rojiun Mungkin itu udah memang takdir diia Bukan karena desak-desakan di rumah pak JK," tulis irfan walhidayah @019irfan.
Memang pengaturan antrean warga perlu ditata sedemikian rupa jika lain kali akan melakukan hal yang diyakini berniat mulia. Di sini, selain perlu adanya keterlibatan dari si empunya hajat, namun juga peran serta aparat keamanan.
Ini bukan hanya peringatan buat JK, tetapi semua warga yang berkecukupan dan hendak membagikan kelebihannya kepada kaum yang kurang mampu. Pasalnya, kejadian serupa ini hampir tiap tahun terjadi di seputar hari-hari besar keagamaan.
Selalu ada hikmah di balik tiap bencana. Di suasana Lebaran pasca Pilpres ini, tragedi di rumah JK adalah pelajaran buat bangsa Indonesia bahwa masih banyak rakyat miskin yang rela berdesakan sampai bertaruh nyawa hanya untuk mendapatkan makanan dan uang Rp 50.000.
Tragedi ini menggambarkan betapa rakyat memerlukan pemimpin negara yang bisa menciptakan kesejahteraan, bukan cuma rajin membagikan bantuan sosial.
Menciptakan kesejahteraan atau kemakmuran adalah tugas utama pemimpin negara. Menciptakan kesejahteraan berarti bisa menjamin adanya lapangan pekerjaan untuk kelas produktif dan menjamin kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia.
Semoga, di bawah kepemimpinan nasional yang baru nanti, tidak ada lagi "tragedi rumah JK" lainnya di Tanah Air Indonesia.(ald/ant/rmol/dbs/bhc/sya)
|