BANDA ACEH (BeritaHUKUM.com) – Pasangan Tarmius dan Yusnidar sebenarnya sudah pasrah dengan nasib. Warga desa Ujung Baroh, Aceh Besar ini sudah menerima kenyataan tidak akan bertemu lagi dengan Meri Yulanda, salah satu anak mereka yang hilang saat tsunami hebat menerjang pantai barat Aceh pada 24 Desember 2004 silam.
Mereka pasrah setelah upaya mencari Meri selama ini tidak membuahkan hasil. Namun kepasrahan dan penantian panjang mereka berubah menjadi kebahagiaan ketika Meri ditemukan pada Rabu (21/12) llau.
"Awalnya saya sempat ragu. Tetapi setelah dilakukan pemeriksaan pada beberapa tanda di tubuh Meri yakni bagian luka di perut dan tahi lalat di mata, saya yakin bahwa Meri merupakan anak kedua saya yang pernah hilang pada musibah tsunami lalu," kata Yusnidar seperti dikutip Serambi News, Jumat (23/12).
Yusniar menceritakan, ketika terjadi tsunami dirinya lari bersama suami dan tiga anaknya. Meri dan kakak Meri, Yuli, diselamatkan di sebuah rumah yang lebih tinggi dengan harapan bisa terhindar dari gelombang laut. Namun, rumah tersebut dihantam air dan sejak itu Yusniar dan sang suami tidak melihat lagi Meri dan Yuli. Ia dan suami memperkirakan Meri tidak selamat dari bencana ini.
Dari pengakuan Meri terungkap ia dibesarkan oleh seorang perempuan warga Banda Aceh. Meri, menurut Yusniar, dipaksa menjadi pengemis dengan meminta uang di jalan-jalan di Banda Aceh. Perlakuan buruk dari wanita membuat Meri melarikan diri. Beberapa laporan lain menyebutkan wanita tersebut tidak bisa lagi menghidupi Meri dan mengirim Meri ke Meulaboh dengan bus antarkota.
Saat hidup bersama wanita ini, nama Meri diganti menjadi Herawati. Tarmius dan Yusnidar mengatakan, sangat berbahagia bisa menemukan kembali Meri. "Ketika ia melihat ibunya ia berteriak 'mama' dan langsung memeluknya. Keduanya menangis terharu," jelas Tarmius.
Seperti diketahui, bencana tsunami di Aceh yang dipicu oleh gempa hebat 9,1 pada skala richter, membuat tidak kurang dari 220.000 tewas atau hilang. Kakak Meri, Yuli, menjadi salah satu di antaranya.(bbc/sya)
|