SOLO, Berita HUKUM - Kehadiran dialog antar umat beragama dinilai sebagai kunci utama guna menghilangkan ketegangan dan penghindar kebencian antar umat beragama. Dialog yang dilandasi niat baik dan penuh kedamaian, sejalan dengan syiar Islam. Hal itu disampaikan Guru Besar Kajian Timur Tengah Universitas Gajah Mada, Prof. Sangidu dalam seminar bertema 'Toleransi Umat Islam, Perbandingan di Indonesia dan Timur Tengah,' yang diadakan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta, Jum'at (13/3) di Surakarta.
Sangidu mengatakan bahwa, pemikiran Islam yang modern atau berpikiran maju, dapat sebagai tonggak toleransi.
"Budaya dialog yang berlandaskan niat baik merupakan contoh pola pikir maju umat Islam guna menegakkan toleransi. Kita bisa lihat contoh itu pada toleransi beragama di Timur Tengah, yaitu di Arab Saudi dan Mesir," papar Prof. Sangidu.
Dikatakan Sangidu, pemerintah Arab Saudi menjamin kehidupan dan keselamatan umat non muslim sebagai minoritas dengan catatan mengikuti aturan yang diberlakukan. Pun di Mesir, penduduk non muslim dapat berdampingan dengan masyarakat umat Islam. Pentingnya dialog untuk meredakan ketegangan antara Umat Islam dan non muslim terutama dengan Yahudi dan Nasrani, sebagaimana yang digagas Fakultas Ilmu Budaya UGM dengan mendatangkan Rabi Spencer (ketua presidium yahudi internasional) dan Dr.Imam Syamsi Ali (Imam Besar Masjid di Amerika Serikat).
Dikesempatan yang sama, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Surakarta, Dr. Abdul Matin, mengingatkan akan sejarah Islam dari kota Solo yang lekat sebelum jaman kemerdekaan.
"Sejarah Islam di Solo dimulai sebelum zaman kemerdekaan, dengan berdirinya Sarikat Dagang Islam dan Keraton Kasunanan Surakarta. Umat Islam telah berbaur dengan budaya serta adat istiadat jawa yang masih dipegang teguh penduduk jawa," kata Abdul Matin.
Abdul Matin mengingatkan, kota Solo di cap dengan militansi Islam radikal yang kuat, tapi itu tidak mencerminkan umat Islam di Solo pada umumnya, hanya beberapa golongan kecil.
"Kota Solo dituding sebagai kota produsen teroris, tapi umat Islam di Solo menurun hingga 70% sejak tahun 1998 hingga 2004. Jadi tudingan itu tidak tepat dan sangat tidak berdasar," jelas Abdul.
Baik Sangidu dan Abdul Matin sepakat, pemahaman yang salah terhadap ayat-ayat jihad oleh sejumlah kalangan tertentu dijadikan pembodohan dalam memahami Islam itu sendiri.
Kebanyakan penganut Islam garis keras yang menggunakan kekerasan dalam aktivitasnya adalah orang pendalaman Islamnya dangkal.(bhc/rar)
|