JAKARTA, Berita HUKUM - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menolak berkomentar soal foto-foto dirinya bersama para netizen yang disebut-sebut sebagai pendukung calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang sedang viral di media sosial. Sayang, pertemuan itu malah viral dengan dampak negatif.
Usai memberikan materi pada Kongres Muslimat Nahdlatul Ulama di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Tito bergegas menuju mobil dinasnya tanpa menghiraukan pertanyaan wartawan seputar foto dengan pendukung Ahok dan demo 2 Desember mendatang.
"Bapak buru-buru," teriak seorang ajudan Tito sambil terus memblokade wartawan.
Saat sudah berada di dalam mobil, Tito tidak membuka kaca untuk sekadar memberikan salam kepada Menteri Sosial Khofifah yang mengantarnya dari arena kongres.
Pertemuan antara Tito dengan para netizen yang dituding sebagai pendukung AHok, berlangsung pada Rabu (23/11) yang diakhiri dengan foto bersama dengan kapolri. Foto itu menjadi viral di media sosial karena beberapa orang yang ikut pertemuan dikenal sebagai pendukung Ahok.
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Rikwanto, tudingan Kapolri berfoto dengan pendukung Ahok adalah fitnah.
"Semua gambar-gambar bisa dibuat macem-macem, caption-caption-nya. Nah sekarang kita luruskan. Itu fitnah," ujar Rikwanto.
Menurut dia, kedatangan para netizen merupakan undangan dari Kapolri untuk berdialog. "Di periode tertentu sejumlah nitizen kita undang, kami kumpulkan. Untuk komunikasi dengan humas, kami juga butuh keaktifan mereka men-share pesan-pesan kepolisian," jelas Rikwanto.
Sementara, Komunitas Masyarakat AntiHoax meminta maaf atas beredarnya foto sejumlah pendukung calon gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang beredar di media sosial sejak dua hari lalu.
"Maaf yang sebesar-besanya jika foto bersama netizen usai pertemuan justru ditafsirkan lain oleh beberapa pihak," kata perwakilan Komunitas Masyarakat Indonesia AntiHoax, Judith Lubis dalam keterangan tertulisnya.
Sedangkan, Seperti yang diposting oleh akun Facebook atas nama Alisia Ismael. Dia mengunggah dua buah foto pertemuan kedua belah pihak dan menyertainya dengan tudingan untuk melindungi Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Dalam postingan yang disebar 18.137 kali ketika tulisan ini dibuat, memuat gambar sejumlah orang yang dikenal giat dalam jejaring media sosial seperti Enda Nasution, Wicaksono alias Ndoro Kakung, dan Ulin Yusron.
Dilansir CNNIndonesia, Enda Nasution sebagai salah satu pihak yang diundang membenarkan kehadirannya di sana. Namun ia tidak menolak atau mengakui tudingan yang dialamatkan kepadanya dan peserta lain sebagai pendukung Ahok.
"Saya tidak bisa bilang iya atau tidak, tapi pertemuan ini pemicunya memang kasus Ahok," tutur Enda kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon Jumat (25/11) pagi.
Enda menjelaskan bahwa pertemuan tersebut berawal dari permintaan Tito untuk mengatasi penyebaran informasi palsu yang tak terkontrol di internet, utamanya di media sosial, yang belakangan hingar-bingar.
Pertemuan itu ia nilai sebagai partisipasi publik dalam memerangi berita simpang-siur yang sebenarnya terjadi tak hanya di kubu anti-Ahok namun juga di kubu.pro-Ahok.
"Kita melihat informasi palsu itu datangnya dari kedua kubu. Makanya kita dimintai tolong oleh Kapolri info-info yang tidak benar atau hoax untuk diberitahu atau di-counter," lanjut Enda.
Meski demikian, pertemuan yang diikuti oleh 20-30 orang pegiat media sosial ini Enda akui tidak bisa dianggap sebagai mewakili seratus persen seluruh pengguna media sosial di Indonesia.
Dari pertemuan tersebut potensi kerusuhan yang dapat mengakibatkan stabilitas nasional terguncang menjadi fokus utama. Menurut Enda, Tito menyebut ada beberapa pihak yang menunggangi kasus Ahok untuk mengacaukan negara.
"Intinya adalah ada semacam pihak-pihak yang mau manfaatin kasus Ahok dan ini pihak-pihaknya sudah ketahuan dari dulu," tambah Enda.
Sebagai respon itu, Enda dan partisipan pertemuan itu akan aktif memberi pemahaman kepada publik terkait informasi sesat yang kerap muncul melalui jejaring yang mereka miliki.
Publik pun jadi mempertanyakan pertemuan Kapolri dengan netizen yang oleh beberapa pihak dituding netizen yang diundang adalah para pendukung Ahok.
Terlebih salah satu yang ikut diundang adalah Ulin Yusron. Nama Ulin Yusron dulu heboh saat Pilpres dimana dia memposting foto EDITAN Capres Prabowo Subianto dengan tampilan ala NAZI dan berisi tulisan penghinaan keji.
"Si fasis, penculik, pemberang. #PraharaBocor" tulis Ulin Yusron di akun twitternya saat itu. Masa sih pemilik akun yang menebar Hate Speech dan fitnah keji seperti itu turut diundang Kapolri dan dijadikan referensi?(dbs/rimanews/portalpiyungan/cnn/bh/sya)
|