JAKARTA, Berita HUKUM - Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia Jakob Oetama menilai buku "Selalu Ada Pilihan" karya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bukanlah pembelaan diri atau apologi SBY.
"Buku ini menurut kami bukanlah pembelaan diri atau apologi SBY, tetapi kisah dan refleksi pribadi SBY, keinginan berbagi pengetahuan dan pengalaman," kata Jakob Oetama dalam sambutannya saat peluncuran buku "Selalu Ada Pilihan" karya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Jumat (17/1) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
Sambutan Jakob Oetama, yang diawali dengan Assalamualaikum dan diakhiri Wassalamualaikum, dibacakan oleh Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas St Sularto. Menurut St Sularto, Jakob Oetama minta maaf berhalangan hadir.
Jakob Oetama menilai, kasus-kasus yang tertulis dalam Bab 2 "Asalkan tahu, beginilah jadi presiden" di antaranya berkisah tentang mengapa Presiden SBY aktif di media sosial, dengan Twitter diluncurkan 13 April 2013 dan dengan Facebook sejak 5 juli 2013.
"Saya lega. Saya bisa bicara kepada rakyat kapan saja dan tentang apa saja. Tidak ada yang menyortir. Tidak ada bias dan distorsinya," tulis Presiden SBY seperti yang dilansir setkab.go.id.
Daya tarik l"Selalu Ada Pilihan", kata Jakob, buku ini menyebut dan berkisah tentang sejumlah kasus besar, tetapi tak satu pun menyebut tokoh atau pribadi yang tersangkut di dalamnya.
"Menurut kami inilah unsur suspensi, unsur penting dalam sebuah buku, sesuatu yang menyisakan tanda tanya, sebab pembaca dengan sendirinya tahu siapa-siapa tokoh yang tersirat itu," kata Jakob.
Buku "Selalu Ada Pilihan" setebal 824 halaman yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas (PBK), kata Jakob Oetama, tergolong istimewa. Tidak saja karena ketebalan halamannya, tidak saja isinya, tetapi juga ternyata ditulis sendiri oleh seorang presiden yang masih menjabat.
"Saat ini baru lima orang presiden atau perdana menteri di dunia yang menuliskan otobiografi atau pesan-pesan reflektif atas apa yang dipikirkan, dilaksanakan, dan diputuskan ketika yang bersangkutan masih menjabat,"
Jakob Oetama kemudian menyebut nama Nelson mandela, Presiden Afrika Selatan, Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden Brasil, Ariel Sharon PM Israel, Lee Myung-Bak, Presiden Korea Selatan, dan terakhir Dr. Susilo bambang Yudhoyono, Presiden RI ke-6 Indonesia.
"Inilah pertama kali dalam sejarah negara RI. Kita memiliki seorang presiden incumbent yang menuliskan sendiri apa yang dipikirkan dan dilakukan, yang tentu bermanfaat sebagai bahan belajar," kata Jakob Oetama.
Bangsa Indonesia, lanjut Jakob Oetama, patut berbangga memiliki seorang presiden yang tidak saja tampil dan kompeten sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara selama dua periode dalam kondisi yang tidak mudah, tetapi juga seorang akademisi yang memang menyatu sejak muda.
Presiden SBY sendiri dalam sambutannya mengatakan bahwa "Selalu Ada Pilihan" bukan sebuah otobiografi atau memoar politik. Dia mengatakan baru akan menulis memoar politik kelak setelah tidak lagi jadi presiden.
Hadir dalam peluncuran buku ini, antara lain, Wapres Boediono dan Ibu Herawati Boediono, mantan Wapres Tri Sutrisno, Jusuf Kalla, serta sejumlah jajaran Kabinet Indonesia Bersatu II.
Acara menjadi lebih istimewa ketika Ebiet G. Ade menyanyikan lagu ciptaan Presiden SBY yg berjudul "Mengarungi Keberkahan Tuhan". Sebelumnya Ebiet mendendangkan "Elegi Esok Pagi. Pada akhir penampilannya, Ebiet menyanyikan lagu terbarunya dalam album "Serenada", dan kemudian emberikan DVD album tersebut kepada Presiden SBY.
Selain Ebiet, Presiden SBY mengundang pula penyanyi muda Lala Karmela dalam iringan gitar Tohpati membawakan lagu cinta ciptaan Presiden SBY berjudul 'Malam Sunyi di Cipaganti'.(WID/ES/skb/bhc/sya) |