JAKARTA, Berita HUKUM - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi pada Januari 2013 tercatat sebesar 1,03 persen, yang merupakan angka tertinggi sejak 2009. Kepala BPS Suryamin dalam jumpa pers di kantor BPS, Jakarta, Jumat (21/2) mengatakan, angka ini tertinggi dibandingkan bulan yang sama dalam empat tahun terakhir.
"Inflasi ini naik dibandingkan 2012 yang hanya mencapai 0,76 persen, dan lebih tinggi dari 2009 yang tercatat deflasi. Inflasi ini naik dibandingkan 2012 yang hanya mencapai 0,76 persen, dan lebih tinggi dari 2009 yang tercatat deflasi," kata Suryamin.
Inflasi sebesar 1,03 persen itu juga mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 136,88. Dari 66 kota IHK, tercatat 62 kota mengalami inflasi dan 4 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sibolga sebesar 3,78 persen dengan IHK 145,96. Sedang inflasi terendah terjadi di Pontianak 0,01 persen, dengan IHK 146,32
Dengan tingginya inflasi bulan Januari itu, Kepala BPS Suryamin mengharapkan para pengambil kebijakan dapat mengambil langkah untuk mengendalikan laju inflasi, yang telah tercatat tinggi, mulai awal tahun ini.
"Jadi sangat penting untuk mengendalikan harga mulai saat ini, agar inflasi dapat terkendali," ujarnya.
Berdasarkan komponen pengeluaran, kelompok bahan makanan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar yaitu 3,39 persen yang diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,56 persen.
Kemudian, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,46 persen, kelompok kesehatan 0,29 persen, kelompok sandang 0,25 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,05 persen.
"Komoditas yang dipengaruhi musim seperti sayuran, ayam, cabai, dan bawang, harganya kurang bersahabat pada Januari ini," sebut Suryamin.
Defisit Perdagangan
Mengenai neraca perdagangan pada Desember 2012, Kepala BPS Suryamin menjelaskan, ekspor Indonesia pada Desember 2012 mengalami penurunan sebesar 5,58 persen dibanding November 2012, yaitu dari 16.316,9 juta dollar AS menjadi 15.406,7 juta dollar AS.
Sedangkan impor bulan Desember 2012 mencapai 15,56 miliar dollar AS, ini menurun dibanding 5,55 persen dibanding Desember 2011 dan menurun 8,11 persen dibanding bulan sebelumnya (November 2012 sebesar 16,94 persen dollar AS).
Dengan demikian pada Desember 2012 tercatat defisit perdagangan sebesar 104 juta dollar AS.
Bila dibandingkan dengan Desember 2011, ekspor mengalami penurunan sebesar 9,78 persen. Penurunan ekspor Desember 2012 disebabkan oleh menurunnya ekspor nonmigas sebesar 8,50 persen, yaitu dari 13.599,9 juta dollar AS menjadi 12.444,0 juta dollar AS, sementara ekspor migas naik sebesar 9,04 persen dari 2.717,0 juta dollar AS menjadi 2.962,7 juta dollar AS.
Lebih lanjut dikatakan peningkatan ekspor migas disebabkan oleh meningkatnya ekspor minyak mentah sebesar 22,94 persen menjadi 1.116,3 juta dollar AS, dan ekspor hasil minyak sebesar 24,40 persen menjadi 337,5 juta dollar AS.
Ekspor nonmigas Desember 2012 mencapai 12,44 miliar dollar AS, turun 8,50 persen dibanding November 2012, demikian juga bila dibanding ekspor Desember 2011 turun 8,45 persen.
Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari–Desember 2012 mencapai 190,04 miliar dollar AS atau turun 6,61 persen dibanding periode yang sama tahun 2011, demikian juga ekspor nonmigas mencapai 153,07 miliar dollar AS atau turun 5,52 persen.
Penurunan terbesar ekspor nonmigas Desember 2012 terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 471,6 juta dollar AS, sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bijih, kerak dan abu logam sebesar 63,7 juta dollar AS.
Ekspor nonmigas ke Cina Desember 2012 mencapai angka terbesar yaitu 1,97 miliar dollar AS, disusul Jepang 1,33 miliar dollar AS, dan India 1,19 miliar dollar AS, dengan kontribusi ketiganya mencapai 36,01 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar 1,39 miliar dollar AS.
Adapun nilai impor pada 2012 meningkat 8,02 persen dibandingkan tahun 2011. Total impor sepanjang tahun 2012 mencapai 191,67 miliar dollar AS, sedangkan tahun sebelumnya 177,44 miliar dollar AS. Kinerja impor bulan Desember 2012 mencapai 15,56 miliar dollar AS, menurun dibanding 5,55 persen dibanding Desember 2011 dan menurun 8,11 persen dibanding bulan sebelumnya (November 2012 sebesar 16,94 miliar dollar AS).
Impor non migas selama 2012 mencapai 149,1 miliar dollar AS, meningkat 9,02 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 136,7 miliar dollar AS. Kemudian untuk impor migas mengalami peningkatan dari 40,7 miliar dollar AS pada 2011 menjadi 42,25 miliar dollar AS pada 2012.
Secara keseluruhan, kinerja perdagangan Indonesia pada 2012, total impor mencapai 191,67 miliar dollar AS dan total ekspor mencapai 190,04 miliar dollar AS. Dengan demikian terjadi defisit sebesar 1,63 miliar dollar AS.
Defisit neraca perdagangan ini, menurut Suryamin, berasal dari defisit migas sebesar 5,59 miliar dollar AS yang diredam oleh surplus ekspor non migas sebesar 3,96 miliar dollar AS.(wid/es/skb/bhc/opn) |