JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Polri memastikan pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton (GBIS Kepunton), Solo, Jawa Tengah pada Minggu (25/9) lalu, adalah Pino Damayanto alias Ahmad Urip alias Ahmad Yosep.
"Jenazah terduga pengebom gereja di Solo itu adalah Pino Damayanto alias Ahmad Urip alias Ahmad Yosepa alias Hayat," kata Kapusdokkes RS Polri Dr. Sukanto, Brigjen Musadeq Shaq dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (27/9).
Menurut dia, tim DVI (Disaster Victim Identification) telah melakukan pemeriksaan jenazah pelaku yang tiba di RS Polri pada Senin (26/9) pagi kemarin. Tim DVI telah mencocokkan sidik jari, gigi, dan DNA korban. "Sidik jari, gigi identik. Kami telah mengambil DNA korban. DNA pembanding diambil dari keluarga dari istrinya Sifria Yusefa Dewi (37) dan anaknya Naila Husna (4)," jelas dia.
Sementara Kadiv Humas Polri, Irjen Pol. Anton Bachrul Alam mengatakan, terduga teroris Pino Damayanto, masuk dalam jaringan teroris Cirebon. Selain itu, ia juga diduga terlibat dalam perusakan mini market dan rumah pada Oktober 2010. Selain itu, ia pernah mengantarkan M Syarif ke Masjid Adz Zikro, Mapolresta Cirebon. Syarif merupakan pelaku bom bunuh di Masjid Adz Zikro yang terjadi pada 5 April 2011 lalu.
"Dia (Pino) mengantarkan M Syarif ke masjid Adz Zikro. Pino Damayanto alias Ahmad Urip alias Ahmad Yosep alias Hayatlahir di Cirebon 19 Oktober 1980 dan berkulit sawo matang. Nama Ahmad Urip merupakan panggilan orang tuanya, saat pelaku masih kecil dan sering sakit-sakitan,” imbuh Anton.
Petugas kepolisian, lanjut dia, juga menemukan beberapa barang bukti yang diduga sebagai bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bom rakitan dari tas milik Pino Damayanto yang sempat dititipkan di Warnet Solonet.
Dari tas ransel warna hijau lumut merk eiger itu, petugas menemukan barang bukti lain selain barang-barang pribadi milik pelaku seperti sarung, minyak wangi dan Al-Quran. "Di dalam tas juga ditemukan gunting kecil, gunting kuku, pipa besi, battery kotak 9 volt, sakelar on off warna hitam dan potongan kabel. Sementara bom rakitan diledakan sendiri, diduga sakelar ini untuk memicu bom tersebut," kata Anton Bachrul Alam di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (27/9/2011).
Selain ditemukan bahan-bahan yang digunakan untuk merakit bom, petugas juga menemukan bahan-bahan yang dimasukan di dalam bom, yang digunakan untuk melukai korban. "Ditemukan juga mur kecil, paku ukuran 2 cm, dan lakban hitam," ujarnya.
Sebelumnya, Pino Damayanto melakukan aksi bom bunuh diri di Gereja GBIS Kepunton, Solo, pada Minggu (25/9). Dalam aksi bom bunuh diri tersebut, hanya Pino Damayanto yang tewas. Sedangkan 27 orang mengalami luka-luka akibat serpihan bom yang mengandung mur dan paku.
Sembunyikan Pelaku
Dalam kesempatan itu, Kadiv Humas juga menjelaskan, Polri masih mendalami dugaan siapa pihak keluarga pernah menyembunyikan pelaku bom bunuh diri di Solo, Pino Damayanto alias Ahmad Urip alias Ahmad Yosepa. "Itu masih didalami dan dicek," ungkapnya.
Menurut Anton, Pino dikabarkan pernah pulang ke rumah neneknya yang bernama Masriah di Desa Astanalanggar, Losari, Cirebon, Jawa Barat, pada bulan Ramadhan lalu. Padahal, saat itu Pino telah masuk dalam daftar pencarian orang terkait aksi bom Cirebon. Dari Cirebon, dengan mengunakan kereta api menuju Solo. Inilah tempat terakhir sekaligus target aksi terornya.
Anton menjelaskan, sudah ada dua pengantin yang berhasil meledakkan bom yakni M Syarif dan Pino Damayanto. Polri menduga masih ada empat pengantin yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Mereka adalah Yadi Al Hasan alias Abu Faqih alias Vijay, Beni Asri, Heru Komarudin dan Nanang Irawan alias Nang Endut alias Gendut alias Rian.
M Syarif dan kawan-kawan masuk dalam jaringan teroris Cirebon. Mereka diduga dilatih oleh murid Dr. Azhari, Sogir. Sogir ditangkap dalam Klaten beberapa waktu lalu. Bom yang diledakkan Pino masih terus ditelusur, meski diduga M Syarif dan kawan-kawan memiliki kemampuan merakit bom.
“Tapi Polri sedang menyelidiki siapa perakit bom untuk Pino. yang digunakan di GBIS Kepunton itu. Apakah benar dia (Pino) yang merakit atau bukan, namun yang kami diketahui dia sendiri jago (merakit bom)," jelas Anton.
Untuk membongkar jaringan tersebut, ungkapnya, Polri juga terus mengejar empat buronan yang diduga terkait jaringan teroris Cirebon. Langkah ini merupakan bagian dari pemberantasan terorisme yang ada di Indonesia. “Semuanya masih dalam pengejaran aparat untuk membongkar jaringan teroris itu,” tandasnya.(inc/bie)
|