Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Libya
Khadafi, Sosok Pemberani Penentang Pemimpin Barat
Thursday 20 Oct 2011 21:46:21
 

Moammar Khadafi sempat menjadi momok menakutkan para pemimpin Barat (Foto: AP Photo)
 
Kolonel Moammar Gaddafi merupakan salah satu tokoh dunia yang paling disegani. Ia bersama sejumlah kelompok kecil militer, berhasil merebut kekuasaan Raja Idris pada 1969. Sukses dengan kudetanya tersebut, perwira menengah yang masih muda usia itu membentuk pemerintahan baru dan mengubah sistem negara itu dari monarki kerajaan menjadi republik.

Selanjutnya, Khadafi diangkat sebagai Presiden dan pangkatnya dinaikan menjadi kolonel. Setelah ini, keluarlah kebijakan bahwa perwira tinggi militer berpangkat jenderal di negera tersebut, diturunkan pangkatnya di bawah dirinya yang menyandang kolonel itu. Sejak itu, Khadafi menjadi tokoh yang kontroversial Timur Tengah, Afrika, mapun di dunia Barat.

Begitu memimpi Libya, dia langsung menegaskan menolak kapitalisme dan komunisme. Seluruh perusahaan asing langsung diambil alih dan dikuasai negara. Pemuja berat pemimpin Mesir Gamal Abdul Nasser itu, memiliki aliran politik 'jalan ketiga' yang menurutnya merupakan kombinasi antara Islam dan Sosialisme. Namun dia mengaku bahwa ideologi itu masih memerlukan waktu untuk bisa berkembang.

Libya yang memiliki cadangan minyak yang besar dan Moammar Khadafi menggunakan pendapatan minyak untuk melakukan perubahan di dalam negeri dan sekaligus mendukung gerakan revolusioner internasional. Di bawah Khadafi, Libya menjadi tempat latihan bagi kelompok-kelompok pemberontak di kawasan Afrika Barat, termasuk antara lain panglima perang Liberia yang kemudian menjadi presiden, Charles Taylor. Bahkan, sejumlah gerilya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berasal dari Indonesia, juga sempat mencicipi latihan di negara kaya minyak tersebut.

Sementara itu sayap militer perjuangan Irlandia, IRA, dan Palestina, PLO, mendapat bantuan senjata maupun keuangan dari pemerintah Libya. Dan dia tidak memperdulikan kritik dari negara-negara Barat maupun Israel atas kebijakannya itu.

"Palestina adalah tanah kami. Itu bukan tanah warga Palestina saja atau Mesir. Itu adalah tanah semua warga Arab. Kami berharap bisa merebut kembali tanah itu dengan cara apapun. Dan jika peperangan diperlukan, itu ok," tegas Khadafi dalam sebuah pernyataan yang mengundang ketakutan Barat dan Israel.

Titik Nadir
Menyusul selanjutnya, hubungan antara Kolonel Khadafi dan Barat mencapai titik nadir pada masa 1980-an. Saat itu Inggris dipimpin Perdana Menteri Margaret Thatcher, sementara Amerika Serikat di bawah Presiden Ronald Reagan, menyebut Khadafi sebagai 'anjing gila'.

Pada masa itu pulalah, persisnya tahun 1984, seorang polisi perempuan Inggris, Yvonne Fletcher, ditembak mati di luar Kedubes Libya di London, ketika sedang bertugas mengawasi unjuk rasa antikhadafi. Dua tahun kemudian AS menuduh Libya terlibat dalam pemboman sebuah klub malam di Berlin Barat, Jerman Barat (saat itu) yang sering dikunjungi tentara AS. Selanjutnya, aksi bom itu ditanggapi AS dengan melakukan serangan udara atas ibukota Tripoli, yang antara lain menewaskan seorang putri angkat Khadafi yang berusia 15 bulan.

Tahun 1988 pesawat PanAm milik sebuah perusahaan maskapai penerbangan AS, meledak di atas Lockerbie, Skotlandia dan menewaskan 270 orang. Setahun kemudian pesawat Perancis yang meledak di atas Afrika Barat. Pemerintah-pemerintah Barat langsung menuding Khadafi di balik kedua serangan itu dan menerapkan sanksi atas Libia.Tapi Khadafi tidak tergugah dengan sanksi internasional terhadap Libya maupun kecaman-kecaman atas dirinya.

Khadafi menulis tiga jilid 'Buku Hijau' yang memaparkan konsep Jamahiriya, yang secara umum bisa diterjemahkan sebagai 'kondisi massa.' Kehadirannya dalam pertemuan-pertemuan di Timur Tengah, antara lain Liga Arab, selalu menarik pehatian media dunia. Dia juga sempat berkunjung ke kawasan hutan Amazon dengan didampingi sekelompok pengawal perempuan. Jika berkunjung ke luar negeri, Gaddafi selalu diikuti oleh rombongan yang besar dan memilih untuk tinggal di tenda besar ala Timur Tengah.

Dan banyak yang terkejut ketika pada akhir 1990-an, dia menempuh kebijakan yang bersahabat dengan dunia internasional. Selain menyerahkan pembom Lockerbie untuk diadili di Inggris, Gaddafi juga melucuti senjata pemusnah massal serta memutuskan hubungan dengan kelompok-kelompok militan dunia. Langkah Khadafi mengubah haluan dengan melucuti senjata perusak massal dan langkah itu, langsung mendapat pujian oleh pemimpin-pemimpin Barat.(bbc/sya)



 
   Berita Terkait > Libya
 
  Libya Hadapi Fase Kritis Setelah Berakhirnya Perang Saudara
  Aliansi Milisi Ambil Alih Bandara Tripol
  Bentrok di Benghazi, Libia, 38 Tewas
  Konflik Serius Terjadi di Parlemen Libia
  PM Libia Turun Karena Serangan Milisi
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2