KOREA UTARA, Berita HUKUM - Korea Utara mengancam akan melakukan serangan 'yang tidak spesifik' atas Amerika Serikat di tengah meningkatnya ketegangan keduanya menyusul serangan internet atas Sony Pictures. Dalam sebuah pernyataan yang keras, Pyongyang memperingatkan serangan atas Gedung Putih, Pentagon, dan 'seluruh daratan Amerika Serikat'.
"Tentara dari rakyat DPRK (Korea Utara) sepenuhya siap berdiri dalam konfrontasi dengan Amerika Serikat di semua ruang perang, termasuk ruang perang internet," seperti tertulis dalam pernyataan dari kantor berita resmi pemerintah Korut, KCNA.
Sebelumnya AS menuduh Korut yang bertanggung jawab atas diretasnya komputer Sony, yang memproduksi film parodi tentang upaya pembunuhan pemimpin Korut, Kim Jong-Un.
Namun Korut membantah tuduhan itu walau menyatakan mungkin para pendukung mereka yang melakukan serangan internet itu.
Dalam pernyataan terbarunya, Korut juga menuduh Presiden Barack Obama 'dengan ceroboh membuat kabar burung' bahwa mereka berada di belakang serangan internet atas Sony.
Pemerintah Pyongyang mengecam The Interview, yang pemutaran perdananya dibatalkan oleh Sony setelah komputer mereka diretas dan muncul ancaman baru.
Korea Utara mengajukan tawaran untuk melakukan penyelidikan bersama atas serangan internet itu namun ditolak Amerika Serikat.
Pembatalan atas pemutaran perdana, yang direncanakan pada 25 Desember, dikritik berbagai pihak.
Sebelumnya, AS menolak klaim Korea Utara yang menyatakan tidak bertanggung jawab atas serangan cyber terhadap perusahaan Sony Pictures. Korea Utara membantah telah melakukan serangan dan mengundang AS untuk melakukan penyelidikan bersama.
Seorang pejabat keamanan senior AS mengatakan Korea Utara seharusnya "mengakui kesalahan dan memberikan ganti rugi kepada Sony".
Korea Utara merupakan obyek film satir "The Interview" yang akan rencananya akan dirilis Sony pada Desember ini. Film itu menggambarkan fiksi pembunuhan terhadap pemimpin Korut, Kim Jong-Un.
Setelah serangan dan ancaman, Sony membatalkan rencana peluncuran film pada Hari Natal.
Sony mengatakan tengah mempertimbangkan untuk merilis film tersebut "dalam program yang berbeda".
Jumat (19/12) lalu, FBI mengatakan Korea Utara telah melakukan serangan cyber pada bulan lalu, dengan membocorkan detail dan email pribadi.
Kementerian pertahanan AS melalui juru bicara Keamanan Nasional Mark Stroh mengatakan : "Kami sangat yakin pemerintah Korea Utara bertanggung jawab terhadap serangan yang merusak ini".
"Jika pemerintah Korea Utara ingin membantu, mereka harus mengakui kesalahan dan memberikan ganti rugi terhadap Sony atas kerusakan yang disebabkan oleh serangan ini," kata dia.
Sabtu (20/12) Menteri Luar Negeri Korea Utara mengatakan: "Atas tuduhan AS itu, kami mengundang untuk melakukan penyelidikan bersama".
"Kami harus membuktikan bahwa insiden ini tidak aka kaitannya dengan kami."(BBC/bhc/sya) |