Oleh: Wirendro Sumargo,
Juru Kampanye Minyak Sawit Greenpeace Asia Tenggara - Indonesia.
ORANGUTAN yang cantik itu duduk hanya beberapa meter dari saya, dengan tenang makan buah yang diletakan di bawah. Sebuah pengalaman luar biasa melihat makhluk-makhluk ini begitu dekat dan sangat nyaman di hutan, rumah mereka. Tapi orangutan ini hanya mewakili salah satu satwa langka yang hutannya (rumah mereka) sedang berada dalam ancaman.
Sampai saat ini, tempat pemberian makan dan hutan disekitarnya adalah bagian dari taman nasional yang dilindungi. Tapi sekarang tempat ini sekarang dimiliki oleh perusahaan kelapa sawit, bernama Bumitama, yang dengan bangga sesumbar tentang ekspansi perkebunan mereka yang agresif, dengan 15.000 hektar untuk pengembangan kelapa sawit baru tahun ini, yang hampir sama besarnya dengan 60 lapangan sepak bola setiap hari! Tapi untuk saat ini, orangutan ini beruntung.
Kuburan Orangutan
Bulan Agustus 2013 lalu, investigasi Greenpeace dengan Friends of National Parks Foundation (FNPF) mengekspos lokasi kejahatan di dalam konsesi Bumitama yang baru (PT ASMR) dan hanya beberapa meter jauhnya dari perkebunan kelapa sawit PT BLP (bagian dari Perkebunan BW). Disini mereka yang melakukan investigasi mendokumentasikan tengkorak orangutan.
Sejak bulan Maret 2013, beberapa orangutan yang masih tersisa telah didokumentasikan oleh Orangutan Foundation International (OFI) dan FNPF di beberapa lokasi berbeda di sepanjang perbatasan antara dua konsesi kelapa sawit. Dalam surat kepada pihak berwenang yang meminta intervensi, organisasi-organisasi ini menggambarkan kawasan ini sebagai ‘kuburan’ orangutan.
Investigasi polisi sekarang tengah dalam proses dan merupakan tanggung jawab pihak kepolisian untuk menentukan bagaimana binatang-binatang ini mati dan siapa yang bertanggung jawab.
Menunggu keputusan pihak yang berwajib, sangat menganggu bahwa insiden yang mengerikan itu telah terungkap terjadi di tempat yang sangat dekat dengan konsesi dari dua anggota RSPO – Perkebunan BW dan Bumitama – tanpa adanya pernyataan publik. Permintaan dari Greenpeace dan jurnalis baru-baru ini untuk informasi tentang status investigasi polisi gagal mendapatkan jawaban memuaskan dari petugas.
Tragisnya, Bumitama telah menjadi sorotan sebelum ini. Operasional Bumitama, PT Ladang Sawit Mas, sebuah perusahaan dengan konsensi mencakup hampir 6.500 hektar di Kalimantan Barat, menjadi perhatian publik di awal tahun 2013 karena gambar-gambar dramatis yang dirilis oleh International Animal Rescue Indonesia (IAR-I) yang menyelamatkan empat ekor orangutan yang menderita malnutrisi.
Dan tidak hanya orangutan saja
Setiap tahun, Indonesia kehilangan kawasan hutan hujan yang sama besarnya dengan hampir 100 pulau di Manhattan (620.000 hektar) yang mendorong semua jenis satwa ikonik menuju ambang kepunahan. Di Pulau Sumatera hanya sekitar 400 harimau yang masih bertahan hidup dengan habitat mereka dihancurkan untuk ekspansi kebun kelapa sawit yang merupakan ancaman utama masa depan mereka,
Jadi, apa yang bisa dilakukan?
Greenpeace percaya minyak sawit dapat diproduksi secara bertanggung jawab. Minyak sawit dapat dan harus memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan Indonesia dan bukan malah menghancurkan masa depan masyarakatnya, satwa serta iklim global yang menjadi sesuatu yang penting bagi semua orang. Tapi kepemimpinan harus dimulai.
Hari ini Unilever mengumumkan langkah-langkah untuk mengatasi deforestasi – siapa selanjutnya?
Baru hari ini, di Roundtable on Sustainable Palm Oil AGM di Indonesia, salah satu perusahaan produk-produk konsumen terbesar di dunia, Unilever mengumumkan langkah-langkah untuk mengatasi deforestasi. Unilever bergabung dengan Nestlé, yang sebelumnya telah berkomitmen untuk Kebijakan Nol Deforestasi. Jika kita bisa membuat lebih banyak lagi perusahaan konsumen memperkenalkan kebijakan yang sama, maka kita memberikan tekanan yang lebih lagi kepada seluruh industri untuk membersihkan aksi mereka – termasuk pemain yang mendominasi industri minyak sawit. Wilmar – pedagang minyak sawit dan produk-produk turunan terbesar di dunia – adalah ‘investor utama’ kelompok Bumitama dan menyumbangkan 70% dari perdagangan minyak sawit Bumitama serta 30% perdagangan dari Perkebunan BW.
Hanya beberapa minggu lalu, kami mengekspos bagaimana Wilmar berdagang minyak sawit dari perusahaan-perusahaan yang menghancurkan habitat harimau di Sumatera.
Wilmar berada di pusat jaringan korporasi global - yang mencakup produsen minyak sawit seperti Bumitama dan Perkebunan BW hingga perusahaan-perusahaan dibalik merek-merek produk rumah tangga – yang membuat kita semua, konsumen, tanpa disadari menjadi kaki tangan dalam penghancuran ini.
Bergabunglah bersama Tiger Manifesto sebagai salah satu aksi melindungi hutan.
Wilmar memperdagangkan lebih dari sepertiga minyak sawit di seluruh dunia. Wilmar dapat mentransformasi industri minyak sawit. Kami menantang Wilmar untuk mengambil peran kepemimpinan dengan dominasinya sebagai pemasok minyak sawit dunia. Wilmar harus membersihkan rantai pasokan minyak sawitnya dan mengecualikan semua perdagangan produk minyak sawit yang terhubung dengan pengrusakan hutan dan lahan gambut. Wilmar harus menyambut tantangan ini sekarang. Orangutan dan harimau yang tersisa tak bisa menunggu lebih lama lagi.(wir/gp/bhc/sya)
|