JAKARTA, Berita HUKUM - Bermodalkan 'passion' atau gairah terhadap sejarah dan keberpihakannya terhadap orang-orang kecil, Hendi Jo menelusuri serpihan kisah-kisah tragedi Takokak hingga Populisme sejarah menjadi sebuah buku kumpulan kisah perang yang menarik, mulai era kolonial hingga era perang kemerdekaan.
"Peristiwa yang tidak menjadi fokus utama dan nyaris tidak disinggung dalam sejarah, sejatinya justru adalah sesuatu yang penting, mengapa? Karena dari hal-hal kecil itulah kita bisa mengenali bagaimana kebesaran sejarah menampakan dirinya yang sejati, berikut baik dan buruknya, dijalankan oleh manusia biasa, bukan oleh manusia yang dianggap super atau titisan dewa," kata Hendi Jo saat diskusi bertajuk judul Peluncuran buku 'Zaman Perang' di Gedung Joang Menteng, Jakarta, Juma't (28/5).
Menariknya dalam buku Zaman Perang ini, lanjutnya, dikisahkan betapa arogannya kaum imperialis yang mengangap warga bumiputera sebagai ras bodoh yang tidak bermutu. Anggapan ini kemudian terbantahkan ketika orang-orang yang disebut Vuile Inlander (Pribumi tolol) ternyata sanggup membajak De Zeven Provincien, kepala perang paling modern di zamannya yang menjadi kebanggaan Koninklijke Marine (Angkatan laut kerajaan Belanda).
Selain kisah-kisah sejarah yang Membuat rasa nasionalisme kita membuncah itu, ada juga diceritakan hal-hal baru dari masa lalu yang belum diangkat. "Misalnya fakta baru tentang tragedi pembantaian orang Indonesia disebuah wilayah Cianjur yang bernama Takokak oleh militer Belanda pada 1948," jelasnya.
Namun, tragedi kemanusian itu kini hanya menyisahkan tiga saksi hidup yang suaranya masih terdengar sayup-sayup, karena tidak ada perhatian dari masyarakat dari pemerintah Indonesia
"Seharusnya di Takokak ini menjadi semacam pelajaran berharga bagi anak-anak muda hari ini bahwa, perjuangan untuk mencapai situasi seperti sekarang sungguh sangat tidak mudah. Ketidaktahuan kita hari ini terhadap segala hal yang terkait dengan sejarah kita merupakan bukti bahwa, kita belum menjadi bangsa yang besar seperti apa yang diharapkan oleh bung Karno. kita hanya bangsa yang memiliki jumlah yang besar dengan kepedulian yang kecil terhadap jasa-jasa para pendahulunya," ujarnya
Gaya bertutur Hendy Jo dalam buku ini juga menarik sejumlah kalangan, termasuk tokoh kondang sejarahwan Dr. Anhar Gongong yang menanggapinya. "Dalam buku ini, sejarah Indonesia tampil begitu renyah, tanpa harus terbebani dengan tahun dan nama tempat," ujar Anhar
Tidak hanya itu, pengamat pendidikan, Henny Supolo juga ikut mengapresiasikan buku ini. "Saya menyukai kisah-kisah dalam buku ini, karena begitu mudah dicerna dan cepat menempel dalam benak kita sebagai pembaca. Cocok untuk menjadi materi Workshop bagi para guru sejarah," papar Henny Supolo.
Sementara, salah satu tokoh anak muda, yang juga musisi Budi Doremi, sangat mengapresiasikan buku 'Zaman Perang ini'. "Membaca buku ini membuat saya sangat terharu, betapa keras kepalanya para pendahulu kita berjuang untuk kemerdekaan kita hari ini," ungkapi Budi.
Dari berbagai kalangan meng-apresiasikan buku ini, mengharapkan terbitnya buku ini bisa menjadi momentum bagi semua penulis sejarah Indonesia, untuk kembali memperkenalkan masa lalu negeri ini menjadi sesuatu yang menarik dan populis, terutama bagi kalangan anak mudanya.(bh/bar). |