CIAMIS, Berita HUKUM - Indonesia merupakan negara yang kaya akan tradisi dan budaya. Di setiap Provinsi, Kecamatan, dan juga Desa memiliki tradisi yang berbeda. Tradisi unik, mulai dari upacara adat, kehidupan sehari-hari, dan berbagai perayaan di bulan-bulan tertentu. Sebut saja bulan Maulud yang jatuh pada bulan November mendatang.
Salah satu tradisi yang diselenggarakan pada Bulan Maulid adalah tradisi Merlawu di Situs Kabuyutan Gandoang, Desa Wanasigra, Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Pada tahun ini, puncak Merlawu akan digelar pada 14-15 November 2019. Rangkaian acara pada tahun-tahun lalu, dimulai sehari sebelumnya dengan ritual siraman, yakni memandikan atau pencucian benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Galuh Wanasigra, seperti keris yang bertujuan untuk pemeliharaan benda-benda pusaka tersebut agar awet dan terawat.
"Keris ini nantinya akan dimandikan menggunakan air dan perasan jeruk nipis. Tujuannya biar benda pusaka ini awet dan terawat," jelas Yudi, Kuwu Desa Wanasigra.
Sedangkan puncak acaranya, akan dilaksanakan keesokan harinya di Kabuyutan Gandoang yang berada di tepi Sungai Citanduy, Dusun Cipeucang, Desa Wanasigra. Usai subuh, biasanya ribuan warga sudah mulai berdatangan memadati Kabuyutan Gandoang.
Di Kabuyutan Gandoang inilah Syeh Padamatang, pemuka agama Islam dan leluhur Wanasigra, dimakamkan. Di sisi jalan setapak menjelang makam Eyang Padamatang terdapat sebuah prasasti dari batu besar yang tulisan kunonya belum dipahami artinya. Ada tanda berupa tapak kaki dan tangan manusia dan bekas cakar hewan.
"Warga yang datang tak hanya dari Wanasigra saja, ada banyak yang dari luar desa. Lima tahun terakhir, warga yang datang semakin banyak saja," ujar Yudi.
Tahun ini, ritual Merlawu mendapat perhatian khusus dari Komisi Pembinaan Seni dan Budaya Islam Majelis Ulama Indonesia (KPSBI MUI). Hal ini ditunjukkan secara langsung melalui kunjungan KPSBI ke Situs Kabuyutan Gandoang, Wanasigra, Ciamis, Jawa Barat.
Kedatangan KPSBI MUI ke Wanasigra, disambut hangat oleh Kuwu dan Kepala Dusun beserta Pamong Desa. Yudi berharap dengan kedatangan MUI ke Wanasigra, nantinya bisa memberikan edukasi dan pembinaan kepada warga setempat agar tidak ada yang menyalahgunakan tradisi Merlawu.
"Kami berharap, MUI bisa memberikan edukasi dan pembinaan kepada warga, agar tidak ada lagi yang berbelok niat dalam pelaksanaan upaca tradisi Merlawu nanti. Mengingat masih ada beberapa orang yang menyalahgunakan ritual ini," kata Yudi.
Menanggapi hal tersebut, anggota KPSBI MUI, Hj.Anifah Qowiyatun mengatakan bahwa tradisi Merlawu ini merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Dalam pelaksanaannya, KPSBI akan melakukan dukungan dan pembinaan secara langsung pada saat puncak acara Merlawu.
"Kedatangan KPSBI hari ini, salah satu tujuannya untuk koordinasi acara Merlawu yang akan berlangsung bulan depan. Selain itu, kami juga akan memberikan dukungan dan pembinaan kepada warga setempat agar tetap menjaga dan melestarikan warisan budaya sesuai dengan syariat Islam," jelas Anifah, Selasa (22/10).
Tradisi Merlawu merupakan tradisi mauludan sekaligus ungkapan terima kasih dan rasa syukur atas jasa-jasa leluhur kampung Wanasigra yaitu Syeh Padamatang. Kegiatan warga yang datang saat acara puncak adalah bergotong royong mengganti pagar makam Syeh Padamatang, dilanjutkan dengan bertawasul dan doa bersama.(bh/na) |