Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Libya
Malaysia Akui Pemerintahan Transisi Libya
Sunday 28 Aug 2011 00:23:58
 

Rakyat Libya bergembira menyusul kabar tumbangnya Rezim Moammar Khadafi (Foto: AP Photo)
 
KUALA LUMPUR-Malaysia mengakui otoritas gerilyawan Libia di saat rezim pemimpin Moamar Khadafi jatuh. Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman mengatakan dalam satu pernyataan Jumat (26/8) malam bahwa negaranya menerima Dewan Transisi Nasional (NTC) bentukan para pejuang anti Gaddafi, yang menguasai Tripoli pekan ini.

"Kami berharap Dewan Transisi Nasional akan memerintah pemerintahan sementara menuju persatuan nasional, rekonsiliasi, inklusif dan rekonstruksi yang membawa perdamaian dan stabilitas bagi Libia dan rakyatnya," kata Anifah.

"Untuk mencegah pertumpahan darah lebih jauh, Malaysia bersama dengan suara-suara internasional lainnya menyerukan pasukan Khadafi menyerahkan pilihan-pilihan mayoritas rakyat Libia," tambahnya, seperti dikabarkan Antara.

Sementara beberapa negara Barat juga telah mengakui NTC, tetapi Uni Afrika hingga kini belum mengakuinya. Mereka berjanji akan mengakui, setelah konflik sudah benar-benar mereda dan tak ada lagi kontak senjata antarkedua kubu yang bertikai di negeri kaya minyak tersebut. Namun, Uni Afrika menyerukan suatu pemerintahan transisi inklusif.

Dari Tripoli, seorang menteri di Dewan Transisi Nasional Libya (NTC) mengatakan, Jumat (26/8), pasukan pemberontak mengepung sebuah daerah Tripoli, tempat Moamar Khadafi dan rombongannya bersembunyi.

Seperti dikutip Reuters, Pemberontak mengawasi keberadaan orang-orang itu sebelum berusaha menangkap mereka. "Tempat persembunyian Khadafi telah dikepung. Pemberontak mengawasi daerah itu dan sedang mengurusnya," kata Menteri Kehakiman Mohammed al-Alagi.

Sejumlah pejabat lain mengatakan, mereka yakin tokoh kuat Libia yang telah jatuh itu bersembunyi di daerah Abu Salim di Tripoli selatan -- sebuah daerah yang dilanda bentrokan-bentrokan dalam beberapa hari ini. Pemimpin Libia yang berkuasa puluhan tahun itu kini menjadi buronan, hidup atau mati.

Negara Kaya
Bukan rahasia lagi bahwa Libia merupakan kantong mutiara hitam terbesar di Afrika. Sebelum konflik, negara tersebut dipandang sebagai negara dunia ketiga yang cukup sehat dengan pendapatan per kapita menurut International Monetary Fund (IMF) hingga 11.300 dolar AS.

Bagaimana nasib Libia tanpa Khadafi? Masa depan ekonomi Libia bisa jadi sangat cerah melihat negara tersebut mepunyai 41 miliar barel cadangan minyak. Ekonomi negara tersebut pun selama ini ditopang ekspor minyak, yakni menyumbangkan 95% porsi ekspor Libia dan merupakan 25% PDB negara tersebut.

Libia pun kaya dengan emas dengan jumlah cadangan ons yang diperkirakan IMF mencapai 4,6 juta setara 8 miliar dolar AS. Jumlah kepemilikan emas per kapita tersebut merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.

Tak hanya sumber daya, Libia juga kaya karena mempunyai banyak aset di luar negeri. Otoritas Investasi Libia (LIA) memperkirakan aset senilai 65 miliar dolar AS yang tersebar di sejumlah investasi. Satu di antarnya ada di tim sepak bola Italia Juventus, properti di London Barat, hingga saham di surat kabar Financial Times, Pearson.

Jual Emas
Sebelumnya, juga dikabarkan bahwa pemimpin Libya Moammar Khadafi mencoba menjual beberapa cadangan emas yang dimiliki Libya. Emas itu dibayarkan untuk membayar pengamanan dan mencegah kekisruhan antar suku di Libya.

Hal ini disampaikan oleh mantan Gubernur Bank Sentral Libya Farhat Bengdara. Bengdara yang merupakan sekutu dari Khadafi mengatakan bahwa pemimpin yang sudah berkuasa selama 42 tahun di Libya itu, pernah menawarkan 25 ton emas beberapa waktu lalu kepada seorang temannya.

"Teman saya pernah mengaku ditawari emas oleh Khadafi. Tetapi ia menolak pendekatan, namun jelas indikasinya memang dia (Khadafi) hendak bermaksud menjual emas tersebut," ucap Bengdara seperti dikutip Reuters.

Menurut Bengdara Bank Sentral Libya memang menyimpan cadangan emas yang nilainya mencapai 10 miliar dolar AS atau sekira Rp85,7 triliun (Rp8,571 per dolar).

Berdasarkan kabar yang berkembang, Khadafi bisa jadi mengambil sebagian dari cadangan emas tersebut.

Hingga saat ini, belum diketahui keberadaan dari Khadafi. Tetapi Bengdara meyakini bahwa Khadafi telah meninggalkan Khadafi dan kemungkinan besar saat ini tengah bergerak menuju AlJazair.

Mantan Gubernur Bank Sentral yang kini menjabat sebagai direktur Bank UniCredit di Italia mengatakan, Libya membutuhkan biaya pinjaman hingga USD7 miliar. Pinjaman itu rencananya akan digunakan untuk memulai kembali sistem perbankan di Libya.

Tetapi Bengdara mengatakan Libya tidak butuh donor, karena negaranya itu kaya. Menurutnya negaranya saat ini memiliki cadangan emas yang mencapai USD168 miliar, namun seluruh dana tersebut tengah dibekukan.(mic/sya)



 
   Berita Terkait > Libya
 
  Libya Hadapi Fase Kritis Setelah Berakhirnya Perang Saudara
  Aliansi Milisi Ambil Alih Bandara Tripol
  Bentrok di Benghazi, Libia, 38 Tewas
  Konflik Serius Terjadi di Parlemen Libia
  PM Libia Turun Karena Serangan Milisi
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2