RUSIA, Berita HUKUM - Rusia secara signifikan memperkuat pertahanan udara di Suriah dengan mengerahkan sistem rudal darat ke udara. Kementerian Pertahanan mengatakan rudal S-300 akan menjamin keamanan pangkalan Angkatan Laut Rusia di Tartus.
"Perlu kami sampaikan di sini bahwa S-300 semata-mata untuk mempertahankan diri, ini bukan ancaman ke pihak lain," kata Mayor Jenderal Igor Konashenkov, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia.
"Saya tak paham mengapa pengerahan sistem rudal S-300 membuat khawatir mitra Barat kami," tambahnya.
Meski Rusia menyebutnya sebagai tindakan defensif, wartawan BBC mengatakan persenjataan mematikan ini adalah isyarat kepada Amerika bahwa negara itu akan membayar ongkos yang mahal jika mencampuri operasi militer Rusia atau Suriah.
Tahun lalu Rusia mengerahkan sistem rudal yang lebih canggih di Suriah, S-400.
Pada hari Senin (3/10) Washington membekukan perundingan dengan Rusia terkait masalah Suriah dengan menuding Moskow sengaja tidak mentaati komitmen perjanjian gencatan senjata.
Amerika menuduh Rusia dan Suriah meningkatkan serangan terhadap warga sipil dengan menjadikan rumah sakit dan bantuan kemanusiaan sebagai sasaran.
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan menyesalkan keputusan Amerika.
Sementara, Amerika Serikat menangguhkan perundingan dengan Rusia terkait perang di Suriah, dan menuduh Moskow gagal memenuhi komitmennya tentang kesepakatan gencatan senjata.
Washington mengecam pemerintah Rusia dan Suriah yang meningkatkan serangan terhadap warga sipil.
Pekan lalu, AS sudah melontarkan ancaman untuk menghentikan perundingan jika Moskow tidak berhenti membom kota Aleppo.
Rusia mengatakan menyesalkan langkah itu, menuduh AS mengalihkan persoalan dari ambruknya gencatan senjata bulan lalu.
Aleppo, kota terbesar Suriah di utara, menjadi sasaran serangan udara dan pemboman besar-besaran sejak berakhirnya gencatan senjata dua minggu yang lalu.
Rumah sakit utama di bagian timur kota yang dikuasai pemberontak terkena serangan udara untuk ketiga kalinya dalam seminggu, lapor para pegiat.
Ratusan orang, termasuk anak-anak, tewas sejak pasukan pemerintah melancarkan serangan untuk merebut kembali Aleppo setelah ambruknya gencatan senjata yang berlangsung selama seminggu.
Sekitar 250.000 orang terjebak di Aleppo timur.
Saling tuding
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby mengatakan: "Amerika Serikat menangguhkan partisipasinya dalam saluran-saluran bilateral dengan Rusia yang awalnya didirikan untuk mempertahankan penghentian permusuhan.
"Sayangnya, Rusia tidak memenuhi komitmennya sendiri ... dan juga tidak bersedia atau tidak mampu untuk menjamin kepatuhan rezim Suriah pada kesepakatan yang disetujui Moskow.
"Sebaliknya, Rusia dan rezim Suriah telah memilih untuk mengambil jalan militer," kata Kirby, sambil mengakui bahwa "ini bukan keputusan yang diambil dengan ringan."
Kirby juga menuduh pasukan Moskow dan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah "menyasar infrastruktur penting seperti rumah sakit, dan menghalangi penyaluran bantuan kemanusiaan kepada warga sipil yang membutuhkan, antara lain dengan serangan 19 September pada konvoi bantuan kemanusiaan".
Moskow menyangkal keras keterlibatan pesawat mereka atau Suriah dalam serangan terhadap konvoi bantuan yang menewaskan puluhan orang, dan mengatakan insiden itu disebabkan oleh kobaran api di darat dan tidak karena serangan udara.
Menanggapi langkah AS, juru bicara kementerian luar negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan: "Kami menyesalkan keputusan Washington ini."
"Washington tidak memenuhi syarat pokok kesepakatan untuk memperbaiki kondisi kemanusiaan di seluruh Aleppo."
"Setelah tidak memenuhi perjanjian yang mereka turut rancang, mereka mencoba untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain," kata Zakharova.
Dia juga mengatakan bahwa AS gagal untuk memisahkan kelompok jihad di Suriah dari oposisi moderat.
Rusia dan Amerika Serikat dijadwalkan bertemu dalam sidang di Jenewa untuk mencoba mengkoordinasikan serangan udara terhadap kelompok jihad, namun para pejabat Amerika diperintahkan untuk kembali.
AS juga mengatakan bahwa mereka akan menarik personel "yang telah dikirim untuk mengantisipasi kemungkinan pembentukan Pusat Implementasi Bersama (AS-Rusia)."
Betapa pun, kedua belah pihak akan terus berhubungan terkait operasi kontra-terorisme di Suriah untuk menghindari bentrokan yang tidak perlu.(BBC/bh/sya) |