Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Turki
Mengapa Kemenangan Erdogan Penting Bagi Negara-negara Barat?
2023-06-01 16:13:03
 

Recep Tayyip Erdogan (kiri) menolak untuk memberikan sanksi bagi Presiden Rusia Vladimir Putin setelah ia meluncurkan invasi skala besar terhadap Ukraina.(Foto: Anadolu Agency)
 
TURKI, Berita HUKUM - Posisi Turki dalam diplomasi global menjadi semakin penting di tengah perang Ukraina yang terus berkecamuk. Hal itu terlihat dari para pemimpin dunia yang segera memberikan ucapan selamat atas kemenangan Erdogan dalam Pilpres Turki pada Minggu (28/5).

Pemimpin negara yang pertama mengucapkan selamat kepada Erdogan adalah Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Ia bahkan tidak menunggu pengumuman hasil pemungutan suara resmi sebelum memuji Erdogan atas kemenangannya, yang ia sebut adalah berkat "kebijakan luar negeri yang independen" dari Erdogan.

Dapat diasumsikan bahwa kebijakan luar negeri yang dimaksud oleh Putin adalah keputusan Erdogan untuk tidak memberikan sanksi kepada Rusia setelah Kremlin meluncurkan invasi skala besar terhadap Ukraina. Padahal, paara sekutu Turki yang duduk di NATO tetap memberlakukan sanksi terhadap Rusia dan memutus ketergantungan dengan bahan bakar Rusia.

Perdagangan antara Rusia dan Turki juga meningkat secara signifikan sejak awal perang Ukraina.

Tak lama setelah Putin, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menyampaikan ucapan selamat kepada Erdogan.

Kedua sosok ini sebenarnya kurang setuju dengan keakraban Erdogan dan Rusia - serta aksi Erdogan membungkam kebebasan berpendapat dan nilai-nilai demokrasi selama kepemimpinannya.

Namun, Turki menjadi sekutu yang krusial bagi Barat, meski terkadang sulit dan tak bisa diprediksi.

Apa yang membuat Turki penting bagi Barat?

Erdogan mengatakan "tidak ada yang kalah" dalam pidato kemenangannya

Turki merupakan anggota penting dalam persekutuan militer NATO dan negara-negara Barat.

Erdogan tetap memberikan dukungan militer kepada Ukraina seperti dilakukan anggota-anggota NATO lainnya, walaupun dia memiliki hubungan erat dengan Rusia.

Alhasil dia bisa menjembatani kesepakatan dengan Rusia agar Putin menghapus blokade ekspor gandum Ukraina ke negara-negara yang membutuhkannya.

Setelah lama mempertimbangkan, Erdogan juga akhirnya memberikan persetujuan kepada tetangga Rusia, Finlandia, untuk bergabung dalam NATO.

Dulu Erdogan sangat menginginkan agar Turki dapat bergabung dalam Uni Eropa. Namun, kini Erdogan lebih sering menyuarakan impiannya untuk "membuat Turki hebat lagi".

Bagi dia penting untuk memiliki kebijakan luar negeri yang lebih independen. Karena itu, dalam beberapa tahun terakhir, ia menciptakan hubungan yang sangat transaksional dengan para sekutunya.

Pemerintah AS sudah lama berupaya untuk melobi Erdogan agar ia memberi persetujuan bagi Swedia untuk menjadi anggota NATO mengingat Swedia dapat memberikan akses ke Laut Baltik untuk melawan Rusia.

Negara-negara Barat berharap keadaan ekonomi Turki yang sulit serta kemungkinan Erdogan harus berfokus pada menstabilkan keuangannya dan membutuhkan investasi asing, dapat menjadi titik tumpu untuk mendorong persetujuannya kepada Swedia untuk menjadi anggota NATO.

Turki dan Hungaria adalah dua negara yang masih menolak permintaan Swedia untuk masuk NATO.

Sementara, Presiden Macron khawatir mengenai migrasi penduduk Suriah ke Uni Eropa dan berharap dapat mendapatkan kepastian dari Presiden Erdogan secepat mungkin.

Selama krisis migrasi pada 2015, lebih dari satu juta pengungsi dan pencari suaka - kebanyakan dari Suriah - menempuh perjalanan berbahaya melewati Laut Mediterania ke Uni Eropa menggunakan kapal-kapal penyelundup.

Untuk mencegah terulangnya kejadian tersebut, Uni Eropa membuat kesepakatan dengan Turki.

Mereka memberikan dana besar dan akses tanpa visa bagi orang Turki yang ingin masuk wilayah Uni Eropa (meski ini tak jadi diterapkan setelah Erdogan memenjarakan kritikus dan lawan politiknya).

Sebagai imbalan, Erdogan akan berusaha untuk mencegah migran tanpa dokumen resmi meninggalkan wilayah Turki dan masuk ke Uni Eropa.

Namun, jumlah pengungsi Suriah yang meluap di Turki menuai banyak protes dari penduduknya.

Bahkan, di masa pemilihan umum, semua partai politik berjanji untuk memberikan solusi untuk "masalah migran" itu.

Uni Eropa berprasangka bahwa ada kemungkinan para pengungsi akan dikeluarkan oleh Turki dan dikembalikan ke Suriah yang dapat membahayakan mereka.

Tak hanya itu, Turki bisa saja memperbolehkan penyelundup migran kembali berulah serta mengirim kapal untuk para pencari suaka dan pengungsi agar dapat melintasi Laut Mediterania.

Di sisi lain, para pemimpin Uni Eropa juga sedang kurang bersahabat dengan Turki akibat anggota mereka, Yunani, yang menghadapi perselisihan dengan Erdogan terkait sejumlah pulau yang ada di Laut Aegea.

Sementara, Siprus masih menaruh dendam setelah Erdogan memberikan solusi yang menyatukan Yunani dan Turki untuk terbelahnya wilayah itu akibat invasi Turki yang terjadi hampir 50 tahun lalu.

Pihak Barat dulu memandang Turki sebagai negara yang strategis karena posisinya sebagai jembatan antara Eropa dan Timur Tengah. Namun, status Turki kini sudah berubah akibat invasi Rusia terhadap Ukraina.

Tak banyak yang mengira akan ada perubahan kebijakan besar-besaran saat Erdogan memasuki dekade ketiganya berkuasa. Namun, para sekutu Turki sedang memantau keputusan-keputusannya dengan sangat

Sebab, apa pun yang dilakukan Turki akan berdampak kepada mereka.(BBC/bh/sya)






 
   Berita Terkait > Turki
 
  Mengapa Kemenangan Erdogan Penting Bagi Negara-negara Barat?
  Hagia Sophia: Salat Jumat Pertama Setelah 86 Tahun, 'Allahu Akbar, Terharu dan Merinding', Antusiasme Masyarakat Beribadah
  Perang Saudara di Suriah: Turki Kutuk Serangan Udara oleh Suriah terhadap Konvoinya
  Turki Tetap Datangkan Sistem Rudal S-400 Buatan Rusia Walau Ditentang AS
  Lira, Mata Uang Turki Terjun Bebas, Erdogan Sebut 'Ini Ulah Amerika Serikat dan Barat'
 
ads1

  Berita Utama
Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

Pakar Hukum: Berdasarkan Aturan MK, Kepala Daerah Dua Periode Tidak Boleh Maju Lagi di Pilkada

Kejagung Kembali Sita Hasil TPPU Kasus Korupsi Korporasi Sawit, Jumlah Mencapai Rp 1,1 Triliun

 

ads2

  Berita Terkini
 
Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Judi Haram dan Melanggar UU, PPBR Mendesak MUI Mengeluarkan Fatwa Lawan Judi

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

Pakar Hukum: Berdasarkan Aturan MK, Kepala Daerah Dua Periode Tidak Boleh Maju Lagi di Pilkada

Kejagung Kembali Sita Hasil TPPU Kasus Korupsi Korporasi Sawit, Jumlah Mencapai Rp 1,1 Triliun

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2