Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Korea Utara
Pasukan Korut Siaga Penuh, Korsel Siap Merespons
Saturday 22 Aug 2015 17:13:08
 

Kendaraan lapis baja militer Korsel disiagakan dekat perbatasan. Pemimpin Korut Kim Jong-un meminta militer Korut bersiaga perang. Pengeras suara yang memutar siaran propaganda diarahkan ke wilayah Korut.(Foto: Istimewa)
 
KOREA UTARA, Berita HUKUM - Beberapa jam menjelang tenggat ultimatum Korea Utara terhadap siaran propaganda Korea Selatan, militer Korut dilaporkan berada dalam kondisi siaga perang. Di sisi lain, Korsel menyatakan siap merespons.

Angkatan Darat Korea Utara (KPA) menyatakan pasukan garis depan berada dalam keadaan �bersenjata lengkap, siaga perang� sesuai dengan keinginan Kim Jong-un menjelang tenggat ultimatum pada Sabtu (22/8).

�Situasi yang saat ini mencapai permulaan perang, sulit dikendalikan,� kata Kementerian Luar Negeri Korut.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, mengutip sebuah sumber militer yang menyebutkan Korut telah memobilisasi unit artileri ke dekat perbatasan. Diduga unit artileri itu disiapkan untuk menyerang 11 pengeras suara yang memutar siaran propaganda ke arah perbatasan Korut.

Akan tetapi, pemerintah Korsel menyatakan akan melanjutkan siaran tersebut. �Kami siap merespons dengan kuat setiap provokasi Korea Utara,� kata juru bicara kantor kepresidenan Korsel.

Pernyataan itu sejalan dengan sikap Presiden Korsel Park Geun-hye yang mengenakan seragam militer dalam siaran langsung televisi, Jumat (21/8). Kala itu, dia menyampaikan kepada komandan militer Korsel bahwa aksi provokasi Korut �tidak akan ditoleransi�.

Sebagai aksi penggentar, empat pesawat jet F-16 milik militer Amerika Serikat dan empat pesawat jet F-15K milik Korsel mensimulasikan serangan pengeboman yang dimulai dari pesisir timur Korsel ke pangkalan militer AS di Osan, dekat Seoul.

Baku tembak

Koresponden BBC di Seoul, Korsel, Steve Evans, mengatakan posisi kedua negara tersebut lebih serius dari biasanya. Bahkan, menurut Evans, semua warga sipil di wilayah perbatasan Korsel telah diungsikan.

Perselisihan kedua negara selama beberapa hari terakhir bermula tatkala Korsel mengarahkan siaran propaganda ke wilayah Korut di perbatasan. Siaran itu berisi buletin berita, perkiraan cuaca, dan musik.

Korut lalu menembakkan artileri di sepanjang perbatasan untuk memprotes siaran propaganda tersebut. Korsel kemudian balas menembakkan artileri ke wilayah Korut dekat perbatasan kedua negara.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un kemudian memerintahkan pasukan di garis depan pertahanan untuk siaga perang.
Korut memperingatkan bahwa akan menempuh aksi militer apabila Korea Selatan tidak menghentikan siaran propaganda di perbatasan dan membongkar fasilitas siaran dalam kurun 48 jam. Ultimatum itu akan mencapai tenggat pada Sabtu (22/8) pukul 17.00 waktu Pyongyang.

Korut dan Korsel sejatinya masih dalam status berperang karena pertempuran antara keduanya pada periode 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, alih-alih kesepakatan damai.

Sementara sebelumnya, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memerintahkan pasukan di garis depan pertahanan untuk siaga perang setelah terjadi baku tembak artileri dengan Korea Selatan pada Kamis (20/8).

Laporan kantor berita Korut, KCNA, menyebutkan Kim mendeklarasikan kondisi semi-perang dalam sebuah rapat darurat.
Kim kemudian memerintahkan pasukan �bersiaga penuh untuk setiap operasi militer yang bisa tejadi sewaktu-waktu� mulai pukul 17.00 waktu setempat, pada Jumat (21/8).

Sebelumnya, Korut memperingatkan bahwa akan menempuh aksi militer apabila Korea Selatan tidak menghentikan siaran propaganda di perbatasan dan membongkar fasilitas siaran dalam kurun 48 jam.

Korut lalu menembakkan artileri di sepanjang perbatasan untuk memprotes siaran propaganda tersebut. Korsel kemudian balas menembakkan artileri ke wilayah Korut dekat perbatasan kedua negara.

Akibat aksi ini, pemerintah Korsel memutuskan untuk mengevakuasi warga sipil dari sebuah kawasan di perbatasan bagian barat.

Koresponden BBC di Korsel, Steve Evans, mengatakan ketegangan antara Korut dan Korsel kerap diwarnai ancaman dan perang kata-kata. Namun, kali ini retorika lebih kuat dan artileri sungguhan telah digunakan.

Korut dan Korsel sejatinya masih dalam status berperang karena pertempuran antara keduanya pada periode 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, alih-alih kesepakatan damai.(BBC/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Korea Utara
 
  Korea Utara Biayai Program Rudal Nuklir Triliunan Rupiah dari Pencurian Kripto
  Tembakan Rudal Korea Utara ke Arah Jepang, 'Apa maunya Kim Jong-un?'
  Kim Jong-un Muncul di Depan Umum di Tengah Spekulasi tentang Kesehatannya, Ungkap Media Korut
  Korea Utara: Pyongyang 'Luncurkan Rudal dari Kapal Selam', Melesat Sejauh 450 Km
  Korea Utara Tolak Perundingan Damai dengan Korea Selatan
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2