TRIPOLI (BeritaHUKUM.com) – Pemerintah transisi Libya mengumumkan kemerdekaan nasional di hadapan kerumunan massa di Benghazi, tempat dimana perlawanan terhadap rezim Moammar Khadafi dimulai. Pernyataan ini disampaikan Ketua Dewan Transisi Nasional (NTC) Mustafa Abdul Jalil di hadapan ratusan ribu rakyat Libya.
Seperti dilansir situs BBC, Senin (24/10), Mustafa mendesak warga Libya untuk menjauhkan konflik sipil dibelakang mereka untuk persatuan negara. Pengumuman kemerdekaan ini dilakukan, setelah Moammar Khadafi ditangkap dan tewas di Sirte, Kamis (20/10) waktu setempat lalu.
NTC sendiri menghadapi tekanan untuk menyelidiki penyebab kematian Khadafi . Hasil otopsi mengungkap bahwa Gaddafi mengalami luka tembak di kepala. Jenazahnya bersama anak lelakinya Mutassim, masih dipamerkan ke publik dalam sebuah fasilitas pendingin di Misrata.
Dalam kesmepatan itu, Abdul Jalil sebelumnya bersujud kepada Tuhan untuk mengungkapkan rasa terimakasih sebelum berpidato. Dia berterima kasih juga kepada semua orang yang ikut ambil bagian dalam revolusi—dari pejuang pemberontak hingga pengusaha dan wartawan.
"Hari ini kita adalah satu daging, satu daging nasional. Kita telah menjadi persatuan persaudaraan yang tidak terjadi pada masa dahulu. Saya meminta semua orang untuk memaafkan, toleransi dan rekonsiliasi. Kita harus menyingkirkan kebencian dan kecemburuan dari jiwa kita. Ini adalah kebutuhan penting untuk keberhasilan masa depan Libia,'' kata dia dalam pidatonya tersebut.
Abdul Jalil mengatakan, Libya akan menjadikan hukum Islam sebagai dasar negara. Bunga pinjaman di bank akan dipangkas, dan larangan untuk jumlah wanita yang bisa diperistri oleh suami akan dicabut. Dia juga mendoakan para pendemo antipemerintah di Suriah dan Yaman untuk mencapai sebuah ''kemenangan''.
Sedangkan pelaksana tugas Perdana Menteri Libya Mahmoud Jibril menyatakan, pemilu akan dilakukan pada Juni tahun depan. Pihaknya segera membentuk sebuah badan baru yang akan menyusun sebuah konstitusi untuk melakukan referendum dan membentuk pemerintahan sementara sebelum pemilihan presiden.
Sementara Wakil Ketua NTC Abdul Hafez Ghoga mengumumkan dari panggung bahwa Libya telah merdeka, dengan menyatakan: “Deklarasi Kemerdekaan. Angkat tinggi kepalamu. Anda adalah warga Libya yang meredeka. 'Anda seorang Libia yang merdeka,” katanya disambut teriakan dan tepuk tangan ratusan ribu suara bergemuruh.
Atas deklarasi kemerdekaan itu, Presiden Barack Obama mengucapkan selamat kepada Libya, dengan mengatakan: ''Setelah empat dekade dipimpin oleh diktator yang brutal dan delapan bulan konflik mematikan, warga Libia sekarang bisa merayakan kemerdekaan dan memulai era baru.''
Sedangkan Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen juga menyambut deklarasi kemerdekaan, tetapi menambahkan bahwa Nato akan tetap menjaga ''kapasitas untuk merespon setiap ancaman warga sipil, jika dibutuhkan.''
Ribuan orang tewas atau terluka dalam kekerasan memprotes rezim Khadafi pada Februari lalu, yang kemudian berkembang menjadi sebuah perang sipil besar. Pemerintahannya berhasil didorong keluar ibukota Tripoli, Agustus silam. Hal ini menyusul Khadafi menolak untuk menyerah dan mendesak para pengikutnya untuk melawan pemimpin baru.(bbc/sya)
|