TRIPOLI (BeritaHUKUM.com) – Pemimpin Dewan Transisi Nasional Libia (NTC) telah mengajukan permohonan menambah senjata bagi pasukannya yang bertempur melawan pendukung Kolonel Muammar Gaddafi, di sejumlah wilayah.
Mustafa Abdul Jalil, seperti diberitakan BBC, mengatakan bahwa pemimpin Libia yang dipecat itu berada di selatan Libia dan berencana untuk melakukan balas dendam.
Sebuah pesan tertulis dengan atribut Kolonel Gaddafi disampaikan kepada PBB agar menghentikan 'kejahatan' terhadap kota kelahirannya Sirte.
Pasukan pendukung Gaddafi masih menguasai empat wilayah, termasuk Sirte, Bani Walid, Jufra, dan Sabha. Abdul Jalil mengatakan sebagian besar pendukung Gaddafi telah berpindah ke Sabha.
Dia mengatakan Kolonel Gaddafi memiliki rencana untuk menyerang ladang minyak dan pembangkit listrik.
Sebelumnya AS mendorong NTC agar meningkatkan pengawasan keamanan di sejumlah wilayah di negara tersebut.
Sebelumnya, pada Akhir pekan lalu, Abdul Jalil menetap di Tripoli dari Benghazi untuk menjalankan pemerintahan sementara Libia.
Dia memastikan bahwa NTC tidak akan memindahkan seluruh pemerintahannya ke Tripoli sampai seluruh pendukung Gaddafi berhasil ditangkap.
Pada Kamis (15/9), Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengunjungi Tripoli. "Kami mengatakan kepada para pemimpin untuk datang besok, dan mereka akan selamat," kata Abdul Jalil.
Dia tidak menjelaskan secara rinci pemimpin dunia mana saja yang akan datang bersama Presiden Sarkozy.
Sementara itu, sekitar 36 orang terdekat Gaddafi baik itu keluarga –termasuk anaknya Saadi- serta sejumlah jenderal melarikan diri ke negara tetangga Algeria dan Niger sejak Tripoli jatuh ke tangan pasukan NTC.(bbc/sya)
|