JAKARTA-Komunikasi para pemimpin bangsa di tingkat nasional tidak terjalin baik dan intens. Hal inilah yang menyebabkan para pemimpin justru saling mengambil jarak. "Pemimpin saat ini mengambil jarak dari pemimpin lainnya. Ini menyulitkan pengambilan keputusan di Indonesia,” kata Rektor Universitas Paramadina, Anis Baswedan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (12/8).
Jarak ini terlihat jelas di antara para pemimpin. Terutama terlihat pada para pimpinan partai politik. Untuk itu, perlu ada terobosan keberanian dari kepemimpinan nasional. Pemimpin itu harus hadir dan bekerja secara real. Bukan hanya dalam upacara-upacara tertentu. Pemimpin harus hadir mengarahkan ke masyarakat.
“Para pemimpin malah berkomunikasi lewat televisi plus 'prihatin'. Ini akan menjadi berbeda pesannya. Apa sulitnya berbicara, berkomunikasi langsung. Ini yang hilang dari budaya Indonesia bahwa pemimpin malah mengambil jarak dengan rakyatnya. Sikap ini ditiru rakyat dan saling bermusuhan. Indonesia krisis kepemimpinan,” jelasnya.
Menurut dia, krisis kepemimpinan politik yang mengemuka saat ini, terjadi karena merupakan efek menular dari krisis kepemimpinan di tingkat nasional. Hal ini disebabkan akibat ketidaktegasan dari gaya kepemimpinannya.
"Krisis kepemimpinan politik, merupakan efek tular dari kepemimpinan nasional yang menurun kemana-mana sehingga tidak mengambil keputusan yang tegas. Ketidaktegasan ini sekarang menular luar biasa," ungkap Anis.(mic/rob)
|