Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Gaya Hidup    
Virus Corona
Penjelasan Menkes terkait Vaksin Moderna yang Diincar Pejabat dan Orang Kaya
2021-07-21 07:36:34
 

Vaksin COVID-19 Moderna.(Foto: Istimewa)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjawab isu terkait vaksin Moderna yang diincar pejabat dan warga kalangan menengah atas. Budi memastikan vaksin Moderna diprioritaskan untuk tenaga kesehatan.

Hal itu disampaikan Budi dalam eksklusif dengan CNN Indonesia di acara 'CNN Indonesia Newsroom', Senin (19/7). Budi menjawab pertanyaan tentang kabar pejabat dan warga kelas menengah atas mengincar vaksin Moderna karena efikasinya dianggap jauh lebih baik dibanding Sinovac.

"Itu sebabnya kenapa kita kasih ke nakes duluan, karena kita tahu vaksinnya efikasinya bagus, dan kita juga tahu nakes adalah prioritas, karena mereka tiap hari ketemu virus level tinggi, dan kemarin juga banyak yang kena walaupun saya bersyukur tidak sampai parah atau sampai masuk RS sebagian besar," ujar Budi.

Budi mengatakan saat ini sebagian vaksin Moderna sudah mulai disuntikkan ke nakes. Salah satunya di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Budi tidak menjelaskan secara tegas benar atau tidaknya kabar tersebut. Namun, Budi berharap semua pihak mengerti bahwa vaksin Moderna diprioritaskan untuk tenaga kesehatan dan warga yang belum divaksinasi.

"Dan saya berharap, saya tahu semua orang ingin juga mendapat suntikan 3, di sini saya ngomong, masih banyak rekan-rekan kita yang belum dapat (vaksin COVID-19), kita suntik 56 juta, tapi baru 40 juta orang, masih ada lagi 140 juta yang belum dapat, yuk kita memberikan empati yang baik dan memberikan kesempatan mereka duluan," tegas Budi.

"Tapi banyak pejabat dan juga warga kelas menengah atas yang telepon bapak untuk minta Moderna?" tanya presenter 'CNN Indonesia Newsroom', Rivana Pratiwi.

"Ya kita mengajak mereka mudah-mudahan mau memberikan kesempatan untuk yang belum dapat vaksin pertama," timpal Budi.

Lebih lanjut, Budi mengaku tidak bisa memprediksi kapan pandemi Corona ini berakhir. Meski begitu, dia meminta warga disiplin dan tetap patuh pada protokol kesehatan.

"Jadi kalau dibilang saya nggak berani memberikan prediksi, tapi satu yang saya berani, itu semua tergantung kita, kalau kita bisa lebih disiplin pakai masker, jaga jarak, mobilitas terbatas pasti lebih cepat, kalau kita tidak disiplin pasti lebih lama," ucap Budi.

Selain itu, Budi menjelaskan penyebab Indonesia mencetak rekor tinggi dunia untuk kasus positif harian dan kematian akibat Corona. Budi mengatakan salah satu penyebab naiknya kasus adalah varian Delta.

"Jadi kalau kita bandingkan replication zero-nya artinya penularannya, laju penularan dari varian Wuhan sekitar 1, kalau Alpha dari Inggris 3 sampai 4, ini (Delta) 7 sampai 8, jadi laju penularan Delta ini memang naiknya 3 sampai 4 kali lebih tinggi dari yang Alpha, dan mungkin bisa 7 sampai 8 kali dari yang pertama kita kena di first wave," jelasnya.

"Itu sebenarnya agak mengejutkan, kita sudah antisipasi sesudah Lebaran akan naik, tapi kecepatannya jauh lebih tinggi karena ada penyebaran varian Delta yang sangat cepat. Sebenarnya apa pun virusnya asal kita pakai masker dan jaga jarak, itu jurus yang lebih baik. Memang kita akui waktu Lebaran kemarin mobility tinggi sehingga terjadi penyebaran cepat, dan ini sifatnya eksponensial sehingga naiknya 3 sampai 4 minggu sesudah Lebaran itu cepat sekali," sambungnya.(zap/hri/detik/bh/sya)






 
   Berita Terkait > Virus Corona
 
  Pemerintah Perlu Prioritaskan Keselamatan dan Kesehatan Rakyat terkait Kedatangan Turis China
  Pemerintah Cabut Kebijakan PPKM di Penghujung Tahun 2022
  Indonesia Tidak Terapkan Syarat Khusus terhadap Pelancong dari China
  Temuan BPK Soal Kejanggalan Proses Vaksinasi Jangan Dianggap Angin Lalu
  Pemerintah Umumkan Kebijakan Bebas Masker di Ruang atau Area Publik Ini
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2