TRIPOLI (BeritaHUKUM.com) – Perusahaan minyak Italia Eni memulai produksi di ladang minyak Libia setelah penentang Kolonel Muammar Gaddafi mulai menguasai perekonomian.
Eni, perusahan minyak asing terbesar di Libia sebelum Gaddafi digulingkan, mengatakan mereka akan membuka ladang minyak lain dalam beberapa hari mendatang. Perusahaan lain, termasuk Total dari Prancis, juga telah memulai operasi.
Dalam satu pernyataan seperti diberitakan BBC, Eni menyebutkan bahwa mereka memulai produksi di 15 sumur minyak di Abu Attifel, sekitar 300 km di selatan Benghazi.
Eni mengatakan, memompa 31.900 barel minyak per hari, sementara sebelum kerusuhan di Libia pecah mereka mendapatkan 70.000 barel per hari. Sumur-sumur minyak itu tutup Maret lalu di tengah meningkatnya kerusuhan antara pasukan pendukung dan anti-Gaddafi, yang kemudian membentuk NTC.
Sementara perusahaan Total, milik Prancis minggu lalu, mengumumkan telah memulai produksi lagi di fasilitas lepas pantai al-Jurf, dengan kapasitas 40.000 barel per hari. Sedangkan perusahaan negara Libia Arabian Gulf Oil (Agoco) mengumumkan bulan ini mereka mulai produksi 160.000 minyak dari ladang barat di timur. Libia memproduksi 1,6 juta barel minyak per hari sebelum kerusuhan dimulai.
Para pakar mengatakan, diperlukan paling tidak satu tahun sebelum mencapai angka produksi normal. Hal ini harus disyaratkan bahwa situasi serta kondisi Libya benar-benar sudah aman. Tidak ada peperangan antara pasukan pejuang dengan loyalis Khadafi.
Sementara itu, pasukan antikhadafi masih terus mengepung tempat kelahirannya Sirte dan beberapa kota lain yang masih dikuasai mereka. Pasukan Dewan Transisi Nasional (NTC) memulai serangan di kota itu akhir pekan lalu.
Pasukan itu mengepung kota dan mempersiapkan penyerbuan. Para pendukung Khadafi melakukan perlawanan untuk melindungi kota itu. Pasukan NTC sendiri hingga kini masih belum menemukan Khadafi, yang telah memerintah Libia lebih dari 40 tahun.(bbc/sya)
|