Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Politik    
PDIP
Pidato Politik di HUT ke-40 PDIP, Mega Beberkan Sejarah Waduk Jatiluhur
Thursday 10 Jan 2013 18:15:34
 

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri, saat berpidato pada perayaan HUT PDIP, Kamis (10/1).(Foto: Ist)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri menggelar peringatan HUT ke-40 PDIP di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jakarta Barat. Dalam pidato politiknya, Mega membeberkan sejarah tentang waduk yang dibangun ayahnya, Presiden Soekarno, itu.

"Peringatan 40 tahun PDI Perjuangan secara sengaja dilaksanakan di Waduk atau Bendungan Jatiluhur. Hal ini bukan saja karena Jatiluhur merupakan bendungan multifungsi pertama dan hingga kini tetap menjadi bendungan terbesar di Tanah Air. Hal yang lebih substansial justru terletak pada sejarah dan imajinasi besar di balik pembangunan bendungan ini, yang bisa menjadi ilham dalam melangkah ke depan," kata Mega mengawali pidatonya di tenda raksasa yang didirikan di tepi Waduk Jatiluhur, Kamis (10/1).

Ide pembangunan bendungan Jatiluhur, menurut Mega, sudah dimulai sejak abad 19, yang ditandai oleh adanya survei awal topografi dan hidrologi pada tahun 1888. Di tahun 1930, seorang insinyur Belanda kelahiran Solo, Dr Ir Blommenstein mulai melakukan kajian yang lebih mendalam.

"Setelah lama terabaikan, ide pembangunan bendungan ini kembali dihidupkan oleh Kepala Jawatan Irigasi di era 1950-an, Ir Agus Prawiranata yang dikonsultasikan dengan Ir Sedyatmo yang menugaskan Ir PC Harjosudirdjo untuk melaksanakan tugas pembangunan waduk ini," beber Mega.

Di luar sejarah panjangnya di atas, bendungan dengan area tangkapan 4.500 km2 ini sejak awal didesain sebagai bendungan multiguna. Ia dimaksudkan sebagai pusat pembangkit tenaga listrik, dengan kapasitas hingga mencapai 187 MW dengan 6 unit turbin. Sebuah syarat mutlak untuk bisa memasuki fase industrialisasi.

"Bendungan yang sama juga dirancang sebagai pengendali banjir, khususnya untuk kawasan Bekasi dan Karawang. Pada saat bersamaan, bendungan ini juga didesain sebagai sumber irigasi persawahan yang mencakup wilayah hingga 242.000 Ha. Hal ini dimaksudkan untuk membawa Indonesia untuk mampu berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) secara ekonomi menjadi bangsa yang dapat berdaulat dalam pangan," kata Mega yang memakai kacamata gelap dan berbaju merah ini.

Sayangnya, Mega melanjutkan, kapasitas irigasi yang begitu besar, kini tereduksi akibat konversi lahan secara masif, bukan oleh petani, melainkan akibat kecerobohan kebijakan. Di era pemerintahan kolonial Belanda sekalipun, mereka tidak memiliki keberanian untuk melakukan alih fungsi lahan di Karawang dan Bekasi. Namun anehnya, pada era 80-an kita justru merombak dan mengalihfungsikan sentra produksi pangan tersebut.

"Jatiluhur juga berfungsi sebagai pusat budidaya perikanan darat. Bendungan Jatiluhur sekaligus dimaksudkan untuk tujuan periwisata. Di luar tujuan-tujuan di atas, bendungan ini juga dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan air baku, terutama untuk Ibukota. Peletakan batu pertama pembangunan bendungan yang nama resminya adalah Bendungan dan Pembangkit Listrik Ir Juanda ini dilakukan oleh Bung Karno pada tahun 1957. Pada tanggal 19 September 1965, beliau kembali melakukan kunjungan ke bendungan ini. Tapi baru pada tahun 1967, Bendungan ini diresmikan penggunaannya," kata Mega.

Bendungan Jatiluhur, lanjut Mega, sekaligus menjadi monumen hidup yang menyimpan banyak dimensi sejarah bangsa. Sebagai bagian dari proses nation-building. "Di sini terekam data Proklamasi: pompa hidraulik saluran Tarum Barat berjumlah 17 buah, pilar pemegang pintu pengatur untuk meneruskan aliran ke daerah Walahar beserta menaranya berjumlah 8 buah, dan angka 45 adalah derajat kemiringan pompa listrik saluran Tarum Timur. Tidak hanya itu, desain turbin dengan tata-letaknya yang unik, menjadikan turbin hasil manufakturing para insinyur Perancis, memiliki ketangguhan sebagai penjaga stabilitas ketersediaan listrik di Jawa Barat dan DKI Jakarta," ungkap Mega.

"Kita merayakan ulang tahun partai yang ke-40 di sini agar kita tidak lupa, bahwa di sini tersimpan begitu banyak imajinasi tentang Indonesia yang lebih baik; Indonesia yang lebih adil dan lebih makmur. Di atas segalanya, di bendungan ini, jejak-jejak tekad untuk mencapai imajinasi di atas masih tersimpan rapih. Tekad untuk berdaulat dalam bidang kelistrikan, tekad untuk berdaulat dalam bidang pangan, tekad untuk menjamin ketersediaan kebutuhan dasar warga negara akan air baku. Tekad untuk menghindarkan warga negara dari bencana banjir, dan secara umum tekad untuk mengembangkan bekerjanya ekonomi kerakyatan. Inilah pesan yang ingin PDI Perjuangan sampaikan pada bangsa ini," tegasnya.

Selain itu, Ketum PDIP Megawati Soekarno Putri menjelaskan alasan memilih waduk berpemandangan bukit hijau itu sebagai tempat perayaan HUT PDIP.

"Bendungan ini jejak-jejak tekad untuk berdaulat di bidang pangan yang masih tersisa. Ini menjadi krusial bagi bagi kita saat ini," kata Mega yang mengenakan kacamata gelap saat berpidato politik di panggung megah yang didirikan di alam terbuka, di tepi Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (10/1) siang.

Mega yang memegang teks, lantas berbicara mengenai sejarah Waduk Jatiluhur yang dipugar di era Presiden Soekarno tersebut. Waduk tersebut kala itu berperan penting dalam kedaulatan pangan Indonesia.

"Ini bukan saja karena Jatiluhur bendungan multifungsi pertama dan hingga kini tetap menjadi bendungan terbesar di Tanah Air. Yang lebih substansial justru terletak pada sejarah dan imajinasi balik pembangunan bendungan ini. Yang bisa menjadi ilham dalam melangkah ke depan," kata Mega yang berbaju merah ini.

Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo sempat memberikan keterangan sebelum Megawati menyampaikan pidato politiknya. Pemilihan tempat di Waduk Jatiluhur juga diarahkan untuk menyindir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Alasan di Waduk Jatiluhur ini menyangkut isu partai. Jadi pemerintah harus meningkatkan ketahanan pangan dan swasembada beras. Makanya pemerintah harus serius membangun waduk baru agar pengairan bisa lebih baik. Juga meningkatkan pengairan agar pertanian bisa lebih baik, karena ini penting," kata Tjahjo.

Mega juga ingin memastikan kekuatan basis PDIP di Jabar untuk kemenangan Rieke-Teten di Pilgub Jabar. "Sekaligus sosialiasi di sana memang karena momentumnya ada Rieke-Teten dan itu wajar," tegasnya.

Perayaan HUT ke-40 PDI Perjuangan pada tahun ini dikemas dalam suasana berbeda. Acara digelar di sejumlah tenda raksasa di tepi waduk.

Di panggung utama, bersama Mega, duduk sejumlah tokoh nasional seperti Ketua Wantim Golkar Akbar Tandjung, Wakapolri Nanan Sukarna, Jimly Asshiddiqie, pasangan cagub Jabar dari PDIP Rieke-Teten, Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo, dan ratusan pengurus dan kader PDIP.

Sementara, politisi senior PDIP Taufiq Kiemas dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) tak hadir dalam acara tersebut.

"Jokowi berhalangan hadir, sudah menyampaikan salam kepada saya," kata Megawati di sela-sela pidato politiknya di tenda raksasa perayaan HUT PDIP di tepi waduk Jatiluhur, Kamis (10/1). Semilir angin menemani kegiatan yang memerahkan bendungan multifungsi ini.

Perayaan HUT PDI Perjuangan ke-40 pada tahun ini memang dikemas dalam suasana berbeda. Mega memilih Waduk Jatiluhur di Purwakarta sebagai tempat perayaan HUT PDIP. Sebelumnya, Mega telah menjelaskan alasan pemilihan tempat tersebut.

"Bendungan ini jejak-jejak tekad untuk berdaulat di bidang pangan yang masih tersisa. Ini menjadi krusial bagi bagi kita saat ini," kata Mega yang mengenakan kacamata gelap saat menyampaikan pidato politik ini.

Acara ini dihadiri ratusan pengurus dan kader PDIP dari seluruh Indonesia. Di panggung utama, duduk sebaris dengan Mega sejumlah tokoh nasional seperti Ketua Wantim Golkar Akbar Tandjung, Wakapolri Komjen Nanan Sukarna, Jimly Asshiddiqie, pasangan cagub Jabar dari PDIP Rieke-Teten, Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo, dan sejumlah pegurus teras PDIP.

Namun kali ini yang duduk mendampingi Mega adalah Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo dan mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie. Tak tampak Taufiq Kiemas hadir di acara ini.

Hingga pukul 12.00 WIB Mega masih menyampaikan pidato politiknya. Secara simbolis, Mega juga memberikan penghargaan kepada para petani di sekitar waduk.(dbs/bhc/opn)



 
   Berita Terkait > PDIP
 
  PDIP Buka Peluang Bakal Usung Anies Baswedan Jadi Cagub DKI, Begini Reaksi Ahok
  Kemiskinan Jateng Meningkat, Pengamat: PDIP Harusnya Tegur Ganjar
  Sederet Fakta Soal Banteng Vs Celeng di PDIP
  Ahmad Basarah Harap AS dan Tiongkok Tidak Terjebak 'Perangkap Thucydides'
  Setelah Korupsi Juliari, Bagaimana Cara Menyelamatkan PDIP?
 
ads1

  Berita Utama
Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

Pakar Hukum: Berdasarkan Aturan MK, Kepala Daerah Dua Periode Tidak Boleh Maju Lagi di Pilkada

 

ads2

  Berita Terkini
 
Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Hari Guru Nasional, Psikiater Mintarsih Ingatkan Pemerintah Agar Segera Sejahterakan Para Guru

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Judi Haram dan Melanggar UU, PPBR Mendesak MUI Mengeluarkan Fatwa Lawan Judi

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2