JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Polri memberlakukan siaga satu bagi jajarannya yang bertugas di sana. Patroli bersama aparat TNI makin instensifkan, agar terciptanya situasi keamanan menjadi normal dan kondusif. Hal ini menyusul maraknya aksi penembakan oleh kelompok bersenjata tak dikenal.
“Polri tetap melakukan siaga satu untuk anggota yang bertugas di Papua. Siaga kekuatan dalam rangka melakukan tugas secepatnya. Siaga satu ini jangan dianggap mau perang saja dan dikonokasikan menakutkan,” kata Kadiv Humas Irjen Pol. Saud Usman Nasution di Mabes Polri, Jakarta, Senin (31/10).
Kesiagaan tinggi ini, lanjut dia, dimaksudkan agar personel kepolisian tidak lalai dalam melaksanakan tugasnya, khusunya mereka yang berada di lapangan dan sewaktu-waktu bisa diserang oleh kelompok bersenjata. Kepada para Kapolres juga telah diminta kesiagaannya. Jika sewaktu-waktu dibutuhkan, bisa dengan cepat mengerahkan anggotanya.
“Untuk patroli keamanan, kami tetapkan harus dilakukan sedikitnya lima personel. Hal ini sesuai prosedur terhadap daerah yang rawan konflik. Tapi hingga kini, Polri belum merasa perlu menambah jumlah personil, khususnya Brimob untuk kembali diperbantukan memperkuat keamanan di Papua,” jelas dia.
Pada bagian lain, Kadiv Humas menyatakan bahwa pihaknya belum berhasil menangkap pelaku penembakan terhadap petugas patroli dan karyawan PT Freeport, termasuk penembakan terhadap Kapolse Mulia, Puncak Jaya, Kompol (Anumerta) Dominggus Oktovianus Awes. Namun, pengejaran masih terus dilakukan. “Kami kesulitan, karena kondisi medan dan cuaca yang sangat ekstrim,” jelasnya.
Terkait kasus penembakan Dominggus, polisi juga mengembangkan penyelidikan. Petugas masih mencari dua pelakunya yang diduga OPM (Organisasi Papua Merdeka). Hal ini terkait dengan sepucuk surat dari pengirim tak dikenal yang dikirim ke Bupati Puncak Wijaya. Dalam surat itu, mereka menyatakan bertanggung jawab atas penembakan terhadap Dominggus.(tnc/bie)
|