JAKARTA, Berita HUKUM - Aktivis Rocky Gerung menilai sikap kontradiksi Presiden Joko Widodo bisa dilihat oleh pihak asing. Hal ini disampaikannya melalui podcast di kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored yang di publikasikan pada Senin (19/10/2020).
Dalam diskusi dengan Akbar Faizal, Rocky Gerung memiliki alasan mengapa dirinya selalu memberi kritikan tajam ke pemerintahan Jokowi. Bahkan dia tidak ingin menyisakan ruang untuk tidak mengkritik Jokowi. Menurutnya, kalau ada ruang yang disisakan, seolah-olah memberi pujian pada kekuasaan.
"Lalu gerombolan penjilat, kaum fanatik yang tanpa argumen mendukung presiden lalu hura-hura," ujar Rocky Gerung, Rabu (21/10).
Rocky Gerung mengatakan, seorang presiden terpilih dengan dua dukungan, yaitu legalitas dan legitimasi.
"Legalitas adalah aturan negara, aturan hukum, beliau terpilih. Tapi bagi saya waktu itu legitimasinya tidak ada atau sangat kurang. Jadi saya ingin tambal legitimasi itu dengan memberi kritik," ucapnya.
Saat ini, Rocky Gerung menilai dalam politik presidennya legal namun legitimasinya drop. Lantas ia mengarah pada pengesahan Omnibus Law Undang-undang (UU) Cipta Kerja yang menurutnya telah menjadi perhatian media-media asing.
"Saya baca gara-gara demo ini, seluruh pers dunia dari Yerussalem sampai Washington, dari Moskow sampai Melbourne, itu menghujat pemerintah Indonesia. Dengan satu kesimpulan, demokrasi hilang di dalam pemerintahan presiden," ungkap Rocky.
Maka dari itu, jika media asing yang menyorot perihal aksi tersebut, Rocky mengatakan pasti bukan bersumber dari kritiknya.
"Pasti mereka bukan karena saya komporin kan, jadi itu situasi politik yang riil yang memerlukan evaluasi dengan tingkat kedinginan berpikir, bukan karena marah-marah," kata dia.
Lebih lanjut, Rocky menegaskan tidak melayangkan kritik kepada Jokowi sebagai pribadi. "Saya nggak pernah marah pada Pak Jokowi sebagai manusia, yang saya marah adalah jalan pikiran kabinet dalam mengatasi problem sosial. Dan saya terangkan itu dengan argumentasi dengan logika," ujarnya.
"Kalau orang nggak setuju ya saya anggap bahwa memang harus ada yang nggak setuju, kalau semua orang setuju pada saya, saya jadi otoriter dalam argumentasi," sambungnya.
Rocky Gerung juga berpendapat Presiden Jokowi tidak memiliki semacam otonomi untuk menentukan kebijakannya sendiri.
"Saya duga dan ini adalah dugaan yang saya susun agar supaya tidak menjadi delik, yaitu beliau menerima semua bisikan sehingga yang keluar di publik adalah kontradiksi," kata dia.
Jadi, kata dia, satu waktu presiden milih soal justice, habis itu presiden ngomong tentang bahaya makar. "Jadi nggak ada spektrum yang bisa orang pegang, itu kritik saya dari dulu," tuturnya.
Rocky menyebut kritikan tersebut juga dimasukkan dalam sebuah buku ciptaan orang asing, berjudul Man of Contradictions: Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia dan Buku tersebut ditulis oleh Ben Bland.
"Akhirnya terbukti kan, bukan karena saya berkolaborasi dengan penulis, tapi orang asing bisa melihat presiden penuh dengan kontradiksi dalam mengambil kebijakan," ujarnya.
"Nah itu tentu ada asal-usul politik mengapa begitu, mungkin karena ada banyak faktor yang harus beliau layani," sambungnya.
Lebih lanjut, Rocky menegaskan tidak melayangkan kritik kepada Jokowi sebagai pribadi. "Saya nggak pernah marah pada Pak Jokowi sebagai manusia, yang saya marah adalah jalan pikiran kabinet dalam mengatasi problem sosial. Dan saya terangkan itu dengan argumentasi dengan logika," ujarnya.
"Kalau orang nggak setuju ya saya anggap bahwa memang harus ada yang nggak setuju, kalau semua orang setuju pada saya, saya jadi otoriter dalam argumentasi," sambungnya.
Rocky Gerung juga berpendapat Presiden Jokowi tidak memiliki semacam otonomi untuk menentukan kebijakannya sendiri.
"Saya duga dan ini adalah dugaan yang saya susun agar supaya tidak menjadi delik, yaitu beliau menerima semua bisikan sehingga yang keluar di publik adalah kontradiksi," kata dia.
Jadi, kata dia, satu waktu presiden milih soal justice, habis itu presiden ngomong tentang bahaya makar. "Jadi nggak ada spektrum yang bisa orang pegang, itu kritik saya dari dulu," tuturnya.
Rocky menyebut kritikan tersebut juga dimasukkan dalam sebuah buku ciptaan orang asing, berjudul Man of Contradictions: Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia dan Buku tersebut ditulis oleh Ben Bland.
"Akhirnya terbukti kan, bukan karena saya berkolaborasi dengan penulis, tapi orang asing bisa melihat presiden penuh dengan kontradiksi dalam mengambil kebijakan," ujarnya.
"Nah itu tentu ada asal-usul politik mengapa begitu, mungkin karena ada banyak faktor yang harus beliau layani," sambungnya.
Berikut pernyataan Rocky Gerung pada Youtube akun Akbar Faizal Uncensored : Rocky Gerung: Banyak Sampah di Istana | Akbar Faizal Uncensored ft. Rocky Gerung:
https://www.youtube.com/watch?v=lEx69MphWJk&feature=emb_logo
atau
Klik disini.
(akurat/bh/sya)