CANBERRA (BeritaHUKUM.com) – Masih ingat dengan kejadian Perdana Meteri Australia Julia Gillard saat diselamatkan pengawalnya, ketika dikepung pengunjuk rasa warga asli negeri tersebut, Aborijin? Ternyata, saking panik dan terburu-buru, dia kehilangan sebelah sepatunya. Pengawal dan Gillard tidak lagi mempedulikan sepatu itu, karena sudah masuk mobil dan lokasi ‘berbahaya’ itu.
Setelah beberapa lama kejadian tersebut berlangsung, sebelah sepatu yang diklaim milik sang perdana menteri muncul di situs lelang eBay. Seorang aktivis Aborijin yang berunjuk rasa, mengklaim menemukan sepatu itu. "Dia (Gillard) tak bisa mendapatkan sepatunya kembali. Sepatu ini akan masuk eBay," kata aktivis itu.
Benar saja, tak lama kemudian, sepatu itu muncul di eBay. Bahkan, dalam pengantar lelangnya, situs itu memperingatkan calon penawar sebelum membelinya. "Anda menawar sepatu bekas ini, tapi perlu diingat bahwa sepatu ini hanya sebelah, tidak sepasang. Sehingga Anda akan kesulitan berjalan, kecuali Anda adalah perdana menteri," begitu tulis eBay, seperti dikutip harian Sydney Morning Herald.
Sepatu berwarna biru gelap itu, sempat ditawar seseorang sebesar 2.000 dolar Australia atau sekitar Rp 19 juta, sebelum sepatu itu ditarik dari eBay pada Jumat (27/1). Padahal, saat muncul pertama kali, eBay menawarkan sepatu itu dengan harga awal 148 dolar Australia atau sekitar Rp 1,4 juta.
Namun, sepatu itu hanya berada di eBay selama 25 menit sebelum pengelola situs itu mencabutnya. Ebay khawatir sepatu itu bukan milik Gillard sebab sesuai aturan e-bay penjual hanya bisa menjual barang miliknya atau mendapat izin dari pemilik barang itu. "Kami tahu pemilik sepatu ini adalah perdana menteri. Tapi penjual tidak menyatakan telah mendapat izin dari pemiliknya, sehingga kami mencabutnya," kata juru bicara eBay.
Seperti diketahui, dalam insiden Kamis (26/1) kemarin, aparat keamanan terpaksa menyeret keluar PM Gillard dan pemimpin oposisi Tony Abbott dari sebuah restoran di Canberra, ketika para pengunjuk rasa mengepung tempat itu dan meneriakkan kata ‘memalukan' dan 'rasis' kepada kedua tokoh itu. Saat Gillard bergegas menuju sebuah mobil yang menunggunya di luar restoran, dia terjatuh dan kehilangan sebelah sepatunya. Insiden iitu tertangkap kamera dan disiarkan ke seluruh dunia.
Para pengunjuk rasa itu menghadiri perayaan yang mereka sebut sebagai 'Hari Invasi' yang menandai kedatangan kapal kulit putih pertama ke Sydney Cove 1788. Penduduk asli Australia merayakan hari itu di sebuah kawasan yang dikenal dengan nama Aboriginal Tent Embassy sejak 40 tahun lalu.
Terkejut
Sementara itu, anggota Komisi Keadilan Sosial warga Aborijin dan Pulau Selat, Torres Mick Gooda menyatakan bahwa dirinya sangat terkejut dengan aksi unjuk rasa warga Aborigin yang mengakibatkan PM Julia Gillard harus dilarikan ke tempat aman.
Meski ada kemarahan, frustrasi dan sakit hati di antara warga asli Australia, tapi dirinya tetap meminta warga pribumi Australia tidak melakukan tindakan yang memalukan diri sendiri "Sebuah unjuk rasa yang agresif, memecah belah dan mengintimidasi seperti itu tidak pernah mendapat tempat dalam pembicaraan terkait masalah warga Aborijin dan Pulau Selat Torres atau dalam masalah lain," kata Gooda kepada radio ABC.
Sedangkan pemimpin warga asli Australia yang juga bekas Presiden Partai Buruh Australia Warren Mundine mengatakan, semua yang bertanggung jawab atas aksi itu, pantas mendapatkan sanksi. "Tak seorang pun, termasuk perdana menteri negeri ini, yang patut mendapat perlakuan seperti itu. Mereka yang melakukannya harus dijatuhkan hukuman,” tandasnya.
Kecaman kedua tokoh Aborijin itu, tidak diindahkan warganya sendiri. Sebab, pada Jumat (27/1) pagi, sekitar 200 aktivis warga pribumi kembali melakukan aksi serupa yang dimulai dari Tent Embassy menuju Gedung Parlemen di Canberra. Sepanjang perjalanan menuju Gedung Parlemen, mereka menyanyi dan menari sambil membakar bendera Australia.
Suku Aborijin yang telah mendiami Australia sejak ribuan tahun lalu diyakini berjumlah sekitar satu juta orang saat bangsa kulit putih mulai mendiami Negeri Kanguru itu. Namun kini, dari 22 juta rakyat Australia jumlah warga Aborijin tinggal 470.000 jiwa saja.
Tak hanya jumlahnya yang menyusut, Aborijin menjadi suku minoritas yang paling rendah taraf hidupnya. Angka harapan hidup warga Aborijin paling rendah dibanding warga dari etnis lainnya. Selain itu, jumlah warga Aborijin yang menjadi penghuni penjara dan menderita penyakit berat juga jauh lebih tinggi ketimbang etnis lainnya.(bbc/sya)
|