Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Pencemaran Lingkungan
Sekitar 10.000 Ekor Katak Mati Misterius di Peru
2016-10-19 12:37:41
 

Katak air jenis Titicaca merupakan spesies langka.(Foto: Istimewa).
 
PERU, Berita HUKUM - Organisasi lingkungan Peru tengah menyelidiki kematian sekitar 10.000 ekor katak yang bangkai-bangkainya ditemukan di sebuah sungai di bagian selatan negara itu.

Kelompok pegiat tersebut mengatakan polusi di Sungai Costa adalah penyebab kematian katak-katak itu.

Mereka mengatakan pemerintah telah mengabaikan permohonan untuk pembangunan pabrik pengolahan limbah di sana.

Katak air jenis Titicaca ini merupakan spesies langka yang hanya ditemukan di danau air tawar besar yang membelah negara Peru dan Bolivia serta anak-anak sungainya.

Kelompok pegiat The Committee Against the Pollution of the Coata Rivermengatakan kepada kantor berita AFP bahwa pemerintah Peru gagal untuk mengatasi masalah polusi yang serius.


Danau Titicaca



Image captionDanau Titicaca terletak di perbatasan Peru dan Bolivia.


Para aktivis kemudian mengambil sekitar 100 katak-katak mati ke alun-alun Puno, kota utama daerah itu.

"Saya harus membawa katak-katak mati itu kepada mereka. Pihak berwenang tidak menyadari bagaimana kita hidup, ujar pemimpin protes Maruja Inquilla kepada AFP.

"Mereka tidak tahu betapa besar dampak polusi itu. Situasi ini menjengkelkan."

Badan Kehutanan dan Satwa Liar Nasional Peru (Sefor) mengatakan mereka sedang menyelidiki apa yang terjadi.

"Berdasarkan laporan warga setempat dan sampel-sampel yang diambil pada hari-hari setelah insiden itu, diyakini bahwa lebih dari 10.000 katak terpapar polusi hingga lebih dari sekitar 50 kilometer," katanya dalam sebuah pernyataan.

Katak air Titicaca memiliki lipatan kulit yang besar, yang meningkatkan luas permukaan dan membantu amfibi ini menyerap lebih banyak oksigen dari udara sekitarnya.

Karena jenis kulit mereka yang kendur, katak-katak tersebut kadang-kadang disebut katak jenis skrotum Titicaca.

Katak-katak itu terancam punah karena perburuan untuk dimakan manusia, karena habitat mereka hilang dan spesies invasif mengambil alih apa yang tersisa.

Sementara, Maruja Inquilla Sucasaca, yang mewakili Komite untuk Memerangi Pencemaran Sungai Coata, melaporkan kematian di Hutan Nasional Peru dan Wildlife Service. The Coata River melewati Puno, sebuah kota danau di Peru tenggara, dan berakhir di Danau Titicaca ini Chucuito Bay.

Selama satu penyelidikan lingkungan, otoritas menyaksikan burung-burung camar makan dari katak mati. pejabat satwa liar Peru percaya lebih dari 10.000 katak telah meninggal lebih dari daerah yang membentang 30 mil dari jembatan Cacachi yang melewati kota Juliaca ke mulut Danau Titicaca.

Pihak berwenang baru-baru ini melihat lumpur dan limbah padat selama penyelidikan lain. Menurut La Republica, sebuah surat kabar Peru, warga yang tinggal di dekat Dasar Coata Sungai mengadakan demonstrasi di mana mereka membawa 100 deads katak menjadi perhatian otoritas lingkungan.

Mereka warga percaya limbah limpasan yang berasal dari Juliaca telah memainkan peran dalam kematian katak, kata surat kabar itu.Pihak berwenang Peru telah memperoleh sampel air. Segera mereka berniat untuk bekerja dengan spesialis Zoo Denver Roberto Elias dan Enrique Ramos untuk menentukan penyebab kematian dan berpotensi meluncurkan penyelidikan lebih lanjut.(CNN/BBC/bh/sya)




 
   Berita Terkait >
 
 
 
ads1

  Berita Utama
Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

Pakar Hukum: Berdasarkan Aturan MK, Kepala Daerah Dua Periode Tidak Boleh Maju Lagi di Pilkada

 

ads2

  Berita Terkini
 
Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Hari Guru Nasional, Psikiater Mintarsih Ingatkan Pemerintah Agar Segera Sejahterakan Para Guru

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Judi Haram dan Melanggar UU, PPBR Mendesak MUI Mengeluarkan Fatwa Lawan Judi

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2