JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Seorang pemuda yang belakangan diketahui bernama Puguh Dwi (23), warga Jl Baru Ancol Selatan, RT 10/06, Sunter Agung, Tanjungpriok, Jakarta Utara, tewas akibat diduga suspect flu burung. Pria yang kesehariannya bekerja di bengkel las ini, diketahui memiliki unggas jenis burung merpati di sekitar tempat tinggalnya.
Sriyati (48), ibu korban menuturkan, anaknya itu awalnya mengeluh badannya menggigil dan menderita panas tinggi hingga 39 derajat celcius seusai merayakan tahun baru, Minggu (1/1) lalu. Setelah diberi obat, panas yang diderita korban sempat turun. Tapi esok harinya korban kembali merasakan panas tinggi hingga menggigil.
"Akhirnya, Senin (2/1) langsung dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Satyanegara, Sunter. Oleh dokter, anak saya hanya divonis menderita sakit maag dan dibolehkan pulang," ujar Sri yang ditemui dikediamannya, Minggu (8/1), seperti dikutip situs resmi Pemprov DKI Jakarta.
Setelah itu, dikatakan Sriyati, keesokan harinya, Selasa (3/1), kondisi Puguh membaik dan hanya dirawat di rumah. Namun, Rabu (4/1) siang, kondisinya menurun hingga tidak bisa berjalan, sehingga dibawa lagi ke rumah sakit Satyanegara dan dirawat hingga Sabtu (7/1) sore, masuk ruang ICU isolasi. Dari keterangan dokter, korban divonis penyakit maag, sesak nafas, DBD, jantung, dan gejala flu burung.
Dengan keterbasan alat di RS Satyanegara, lanjut Sriyati, pada Sabtu (7/1) sore, pihak RS Satyanegara akhirnya merujuk Puguh ke RS Sulianty Saroso. Namun, saat itu korban tidak mendapatkan kamar karena penuh. Pihak keluarga juga berusaha untuk mengontak RS Persahabatan, namun lagi-lagi, tidak ada kamar kosong.
"Setelah itu pihak RS Satyanegara merujuk Puguh ke RSUD Tangerang. Namun, saat sampai di RSUD Tangerang nyawa korban sudah meninggal, dan sempat diberikan alat pacu jantung untuk memancing jantung Puguh. Tapi hasilnya sia-sia. Korban meninggal hari Sabtu (7/1)sekitar jam 19.00 dan langsung dimandikan dan dimasukan ke dalam peti mati," ucapnya.
Puguh yang merupakan anak pasangan dari Sriyati (48) dan Mariono (58) ini merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Hampir setiap sore, Puguh selalu memainkan dan berhubungan langsung dengan burung merpati kesayangannya.
"Puguh punya beberapa burung merpati peliharaan, tetapi burung peliharaannya dititipkan ke rumah tetangga yang berjarak 200 meter dari rumah. Puguh pernah memegang burung merpati yang sudah sakit dan berhubungan langsung dengan burung yang sudah mati di selokan, sehingga diduga Puguh suspect flu burung," kata Sriyati.
Selain menewaskan Puguh, lanjut Sriyati, adik korban yang diketahui bernama, Adra Soraya Ramadani (5) yang merupakan anak keempatnya, sejak hari Sabtu (7/1) kemarin juga dirawat di ICU khusus flu burung RS Persahabatan Jakarta Timur dengan gejala demam, batuk dan pilek.
Kasie Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara, Arifiana menambahkan, sebanyak 43 unggas yang berada di sekitar rumah korban telah diambil sampelnya. Ke-43 unggas tersebut diantaranya burung merpati 31 ekor, burung ocehan 2 ekor, entok 2 ekor, dan ayam kampung 8 ekor. "Hasilnya akan dilihat 3 hari di laboratorium Balai Kesehatan Hewan dan Ikan DKI Jakarta," ujarnya.
Menurutnya, dengan kondisi musim hujan seperti saat ini sangatlah rawan terhadap kesehatan unggas. "Begitu kondisi tubuh menurun, masyarakat tidak boleh pelihara unggas dan juga tidak boleh unggas berada dipemukiman. Kejadian ini baru pertama kali terjadi di Sunter, dan besok rencananya tim kami akan menggelar sweeping terhadap unggas di wilayah ini," tuturnya.
Kasie Pengendalian Kesehatan Masyarakat Sudin Kesehatan Jakarta Utara Ati Sukmaningsih menambahkan, korban diduga suspect flu burung. Hal ini berdasarkan pemeriksaan Litbangkes Kemenkes RI yang dikirim dari RS Satyanegara yang diambil dari sempel korban pada cairan hidung, tenggorokan, dan darah korban.
"Sudah ada 8 orang kerabat dekat yang kontak dengan korban semasa hidupnya telah diberikan tami flu obat anti virus flu burung, dan diambil cairan hidung dan tenggorokannya. Selanjutnya akan dipantau 10 hari sejak korban dinyatakan flu burung. Selain itu, rumah korban juga diberikan cairan disinfektan, agar tidak terjadi penularan flu burung," jelas Ati Sukmaningsih.(bjc/irw)
|