JAKARTA, Berita HUKUM - Aksi Bela Tauhid yang bakal digelar, Jumat (2/11/2018) esok diharapkan tak ditunggangi kepentingan politik. Sebab, jika sampai dihubung-hubungkan dengan kepetingan Pilpres atau Pemilu, maka sama saja merusak perjuangan Islam.
Aksi menolak politisasi Aksi Bela Tauhid ini didukung oleh beberapa gerakan Islam seperti Gerakan Pemuda Islam (GPI), Forum Syuhada Indonesia (FSI), Forum Umat Islam Bersatu (FUIB), Gerakan Pemuda Jakarta (GPJ), Pelajar Islam Indonesia (PII), Forum Islam Satu (FIS), Forum, Penegak Pancasila (FPP), Perempuan Milenial Indonesia (PERMISI), dan Forum Alumni Afganistan
Ketua Gerakan Pemuda Islam Zulham Arief menilai, menjadi persoalan jika ada oknum yang menggesernya ke ranah politik.
"Kami tak ingin besok itu ada umat atau masyarakat datang, ada hal yang bersifat pengkodisian dan dikondisikan sehingga gerakan keumatan yang harusnya murni membela keumatan, jadi kegiatan politik. Ini menjadi poin penting bagi kami," kata Zulham saat ditemui di Markas Bersama, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Kamis (1/10) malam.
Zulham melanjutkan, indikasi ada kepentingan politik adalah dimana adanya konsolidasi massa pada aksi Bela Tauhid jilid 1 lalu di Monas.
"Meski tak massif dan keseluruhan, ternyata muncul simbol-simbol yang mengarah kepada munculnya kelompok berkepentingan pada kelompok pada Pilpres 2019. Saya pikir kawan-kawan sudah tau lah," paparnya.
"Makanya kami tak ingin ada yang dicoreng dengan adanya kegiatan berbau politik," ungkap Zulham.
Zulham beranggapan, kalau memang murni untuk membela agama, hal itu sah-sah saja.
''Dalam kondisi seperti sekarang, membela agama itu sah-sah saja. Kami harap besok murni membela agama Islam," ucap Zulham.
Nantinya, mereka akan berkoordinasi dengan panitia untuk memastikan bahwa tak ada kegiatan politik disana.
"Besok itu harus dipastikan jangan ada yang memberikan bola lambung melakukan aksi politik besok. Kalau ada aksi politik disana, pasti itu adalah penumpang gelap," pungkasnya.(bh/as) |